Thursday, June 23, 2011

[FF/S/NC-17/3] FALSE LOVE LIKE

previous chapter: 1|2



TITLE: FALSE LOVE LIKE
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun


Jonghoon dan gadis itu bersandar di punggung tempat tidur dan mengambil napas untuk menghilangkan rasa lelah akibat permainan yang telah mereka lakukan. Ya, saat ini mereka sedang berada di dalam sebuah kamar hotel. Semua orang pun pasti tau permainan apa yang mereka lakukan di tempat itu.
“Oppa, apa kau akan langsung pulang?,”tanya gadis itu.
“Ya, kurasa begitu,”jawab Jonghoon.
“Tapi aku lapar,”ucap gadis itu manja. Jonghoon menoleh menatap gadis itu.
“Kau mau makan apa?,”tanya Jonghoon kemudian.
“Pizza?,”ucap gadis itu dengan senyum manisnya.
“Baiklah,”ucap Jonghoon lalu meraih ponselnya yang berada di atas meja di sisi tempat tidur dan menelpon restoran pizza. Gadis itu sendiri kini berjalan menuju kamar mandi dengan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Gadis itu terlihat membawa kemeja Jonghoon di tangannya. Selesai memesan makanan, Jonghoon beranjak dan menggunakan celana panjangnya, dia duduk di sofa yang menghadap jendela lalu membuka jendela itu dan menyalakan rokoknya. Pikirannya ntah mengapa menjadi kalut. Baru kali ini dia merasakan hal seperti ini setelah bercinta dengan seorang gadis. Padahal dia sudah biasa melakukan ini saat di London dulu. Apa mungkin karena Yunmi adalah gadis korea? Ntahlah.
“Dia tidak mungkin hamil kan? Ya, tidak mungkin. Karena aku menggunakan kondom,”gumam Jonghoon.
“Oppa,”panggilan Yunmi terdengar dan Jonghoon menoleh menatap Yunmi yang kini berjalan ke arahnya hanya dengan sebuah kemeja—kemejanya--membalut tubuh mungilnya.
“Kau telah merobek bajuku. Bagaimana cara aku pulang?,”keluh Yunmi dan duduk di hadapan Jonghoon. Jonghoon menunduk menatap baju yang berserakan di lantai, dan melihat baju Yunmi telah robek karena ulahnya.
“Kau pakai kemejaku saja. Aku bisa memakai kaosku,”ucap Jonghoon. Ya, untungnya malam ini dia mengenakan kaos di dalam kemejanya. Mungkin sebenarnya dia sudah memiliki firasat bahwa hal ini akan terjadi.
“Oppa, apa kau akan meninggalkanku begitu saja?,”tanya Yunmi tiba-tiba. Jonghoon menatap gadis itu. Sejujurnya dia bingung harus menjawab bagaimana. Dan anehnya, kenapa dia bisa bingung? Padahal biasanya dia akan langsung meninggalkan gadis-gadis yang sudah tidur dengannya dan kemudian bertingkah seolah mereka tidak saling mengenal. Tapi kenapa melihat tatapan Yunmi membuatnya bimbang untuk meninggalkan gadis itu?
“Berikan aku nomor ponselmu,”ucap Jonghoon menyodorkan ponselnya pada Yunmi. Yunmi sedikit terkesiap menatapnya.
“Mungkin saja lain kali kita bisa bertemu lagi,”terang Jonghoon.
“Jadi maksudmu kau akan meninggalkanku?,”tanya Yunmi kesal. Jonghoon menghela napas kesal dan mematikan rokoknya.
“Jadi sebenarnya apa maumu?,”tanya Jonghoon.
“Aku menyukaimu, Jonghoon-a. Dan kau jangan berpikir aku mau tidur denganmu hanya untuk kesenangan semata,”jawab Yunmi.
“Ya, aku mengerti. Tapi kita baru saja bertemu dan aku belum memikirkan untuk memiliki hubungan lebih denganmu,”ucap Jonghoon. Yunmi mencibir.
“Kurasa kau salah satu dari pria-pria brengsek,”cibir Yunmi. Jonghoon menyandarkan punggungnya dan menghela napas, mencoba untuk meredam emosinya. Gadis yang dianggapnya polos ini ternyata benar-benar pintar. Yunmi bangkit dari duduknya dan duduk di pangkuan Jonghoon. Jonghoon langsung menatapnya.
“Mungkin aku terlihat menyebalkan karena seperti ini. Tapi aku benar-benar menyukaimu, oppa,”ucap Yunmi manja seraya membelai wajah Jonghoon. Jonghoon pun balas melingkarkan tangannya di pinggang Yunmi dan menatapnya.
“Aku mengatakan aku belum berpikir untuk memiliki hubungan denganmu bukan berarti aku akan membuangmu begitu saja. Hanya saja, untuk saat ini marilah kita hanya berteman,”jelas Jonghoon. Suara bel di pintu membuat kesunyian yang terjadi beberapa detik itu buyar. Yunmi segera bangkit dari pangkuan Jonghoon dan duduk menatap Jonghoon yang kini berjalan ke arah pintu. Tak berapa lama, pria itu datang dengan sekotak pizza di tangan. Yunmi tersenyum senang saat melihat makanan itu di depan matanya. Dia pun langsung menyuapkan pizza ke dalam mulutnya. Jonghoon tersenyum simpul menatap ekspresi wajah Yunmi yang seperti anak kecil itu. Gadis itu terlihat seperti sudah melupakan percakapan mereka sebelumnya.
“Aku akan mengantarmu pulang,”ucap Jonghoon yang hanya dibalas dengan anggukan dan juga senyuman oleh Yunmi karena mulut gadis itu kini penuh. Yunmi menyodorkan pizza ke mulut Jonghoon, menyuapi pria itu.
==========================================
“Oppa, kau harus membantuku kali ini,”ucap Yewon yang datang dari arah dapur. Seunghyun langsung menoleh menatapnya heran.
“Ada apa?,”tanya Seunghyun.
“Bantu aku memasak. Kau tau kan Sunny ahjumma sedang sakit?,”jawab Yewon.
“Aku? Memasak? Yang benar saja, Yewon-a. Apa kau mau dapur hancur?,”ucap Seunghyun menolak dengan tegas tawaran Yewon.
“Tapi aku tidak bisa memasak sendiri,”ucap Yewon.
“Tidak usah memasak kalau begitu. Hari ini kita makan di luar saja. Kalau perlu kita jalan-jalan seharian, bagaimana?,”tawar Seunghyun.
“Kau gila? Aku masih harus menyelesaikan skirpsiku,”tolak Yewon.
“Aigoo~~ Liburlah untuk satu hari, Yewon-a. Memang kau tidak rindu bermain bersama Yebin? Sudah lama kita tidak jalan-jalan bertiga,”bujuk Seunghyun.
“Ya, baiklah. Tapi mana anak itu? Masih belum bangun juga?,”tanya Yewon.
“Ya, sepertinya begitu. Biar aku yang menghampirinya,”jawab Seunghyun lalu segera pergi ke kamar Yebin. Saat Seunghyun masuk, dia melihat Yebin ternyata sudah bangun dan duduk di kasur menatap ke spreinya. Seunghyun tersenyum dan menghampiri anak itu. Dia langsung tertegun saat melihat apa yang sebenarnya sedang dipandangi Yebin. Selembar foto Yewon dengan seorang pria yang tidak lain adalah Wonbin.
“Kau melihat apa, Yebin-a?,”tanya Seunghyun. Yebin mendongak menatap Seunghyun dan menunjuk wajah Wonbin.
“Dia teman ummamu. Kau menemukan foto itu dimana?,”tanya Seunghyun lembut.
“Disana,”jawab Yebin menunjuk ke arah letak bantalnya dan kini bantalnya sudah berada di tempat lain.
“Kenapa bisa ada di bawah bantalmu, Yebin-a?,”tanya Seunghyun.
“Aku tidak tau,”jawab Yebin polos.
“Ahh... Umma dan appa mau jalan-jalan hari ini. kau mau ikut kan?,”tanya Seunghyun mengganti topik pembicaraan. Yebin langsung mengangguk senang dan dengan semangat anak itu merangkul Seunghyun.
“Ayo kita siap-siap. Mandi dulu, Yebin-a,”ucap Seunghyun seraya menggendong Yebin.

Ketiga orang itu kini sedang berada di dalam mobil, mereka akan menuju Busan dan beberapa tempat wisata lainnya. Yebin kini tengah menatap keluar jendela dan bergumam sendiri.
“Yewon-a, Yebin sudah melihat foto Wonbin,”ucap Seunghyun, Yewon langsung menoleh dan membelalakan matanya.
“Apa?! Bagaimana mungkin?,”pekik Yewon. Yebin sedikit menoleh saat mendengar pekikkan Yewon, tetapi beberapa detik kemudian anak itu sudah kembali ke aktivitasnya, menatap jalanan.
“Aku juga tidak tau bagaimana. Tapi tadi pagi aku melihat Yebin memandangi foto Wonbin dan dia mengatakan bahwa dia menemukan foto itu di bawah bantalnya,”jawab Seunghyun. Yewon berpikir. Apakah dia pernah meletakkan foto itu? Seingatnya, dia sudah memusnahkan segala sesuatu yang mengingatkannya tentang Wonbin.
“Apa kau yang meletakkan foto itu, Yewon-a?,”tanya Seunghyun.
“Tidak. Seingatku, aku sudah membakar semua fotonya,”jawab Yewon sambil berpikir keras.
“Lalu, apakah dia menanyakannya?,”tanya Yewon.
“Ya, dan aku menjawab bahwa dia adalah temanmu,”jawab Seunghyun.
“Syukurlah...,”ucap Yewon lega. Dia menatap Yebin yang ternyata kini sudah tertidur dan bersandar di dadanya.
“Yewon-a, apa kau masih mencintai pria itu?,”tanya Seunghyun menatap sekilas Yewon yang kini tengah membenarkan poni Yebin.
“Tidak,”jawab Yewon singkat. Dia lalu menoleh dan menatap Seunghyun.
“Kau tenang saja. Orang yang saat ini aku cintai adalah kau,”ucap Yewon. Seunghyun meraih tangan kiri Yewon dan mengecupnya pelan.
“Kalau begitu ayo kita menikah,”ucap Seunghyun jahil.
“Oppa!!!”ucap Yewon kesal seraya memukul bahu pria itu.
“Hahaha... Ya, aku mengerti. Aku hanya ingin menggodamu saja,”ucap Seunghyun terkekeh.
===============================================
Wonbin masuk ke ruang kerja ibunya dengan malas. Ya, dia sudah tau pasti apa tujuan ibunya itu. Pasti ibunya akan menceramahinya dan memaksanya untuk menjadi penerus perusahaan peninggalan ayahnya ini.
“Ada apa,umma?,”tanya Wonbin berbasa-basi saat memasuki ruang kerja ibunya.
“Duduklah. Ada yang ingin aku tunjukkan,”ucap Jihyun seraya membuka lacinya dan mengeluarkan sebuah map. Wonbin sedikit bingung saat menatap map itu, tetapi akhirnya dia membukanya dan mengernyitkan dahinya saat melihat berlembar-lembar foto dengan objek yang sama.
“Apakah ini foto anak hilang?,”tanya Wonbin menatap lembar demi lembar yang memperlihatkan foto seorang gadis kecil yang berusia kurang lebih 3 tahun.
“Itu foto anakmu, Wonbin-a,”jawab Jihyun. Wonbin menatap ibunya bingung.
“Itu anakmu dengan Yewon,”jelas ibunya lagi.
“Umma, berhentilah bercanda. Itu sama sekali tidak lucu,”ucap Wonbin kesal.
“Tentu saja tidak lucu. Karena aku memang tidak sedang bercanda,”jawab Jihyun.
“Dengar, umma. Bagaimana mungkin umma bisa mengatakan anak ini adalah anakku dan Yewon?,”tanya Wonbin.
“Wonbin-a, jangan membodohiku. Memang kau pikir aku tidak tau bahwa dulu kau menghamili Yewon dan tidak mau bertanggung jawab?,”jawab Jihyun. Wonbin terkesiap. Dia tidak tau bahwa ternyata ibunya mengetahui hal itu, padahal dia sudah menyembunyikannya rapat-rapat.
“Memang dulu aku menghamili Yewon dan aku meninggalkannya, tapi itu tidak berarti bahwa Yewon melahirkan anak itu, umma,”ucap Wonbin keras kepala.
“Aku pun sebelumnya berpikir begitu, tetapi setelah aku mengumpulkan bukti-bukti, aku tau bahwa Yewon memang mempertahankan anak itu,”jelas Jihyun.
“Dan, apa kau tidak bisa melihat kemiripan antara kau dan gadis kecil itu?,”tanya Jihyun. Wonbin kembali mengamati wajah anak itu. Ya, harus dia akui bahwa banyak sekali kemiripan di antara mereka. Bahkan bisa dikatakan bahwa anak itu seperti dirinya versi gadis kecil. Wonbin terkesiap, ucapan Jonghoon tempo hari kembali terbersit di otaknya. Wonbin langsung beranjak dari tempatnya dan berjalan dengan sangat cepat keluar dari kantor Jihyun tanpa berpamitan pada ibunya itu.

“Jonghoon-a, kau ada dimana?,”Wonbin menelpon temannya itu sambil berjalan dengan cepat menuju basement.
“Ada apa?,”tanya Jonghoon heran mendengar suara temannya yang terdengar aneh.
“Aku perlu bertemu denganmu sekarang juga. Kau dimana?,”tanya Wonbin seraya masuk ke dalam mobilnya dan menstarternya.
“Kita bertemu di Primadonna cafe saja,”jawab Jonghoon dan Wonbin langsung memutus panggilan dua arah itu. Pria itu langsung melajukan mobilnya menuju tempat yang disebutkan Jonghoon. Jonghoon sendiri yang saat ini sedang berada di rumah Yunmi hanya mengernyitkan keningnya menatap ponselnya.
“Ada apa?,”tanya Yunmi yang baru datang dari dapur membawa dua gelas orange jus di tangannya. Dia menyerahkan segelas pada Jonghoon. Setelah meneguk minuman itu, Jonghoon berdiri dan memakai kembali jas kerjanya.
“Kau mau kemana,oppa?,”tanya Yunmi.
“Aku harus pergi, Yunmi-a. Aku ada keperluan,”jawab Jonghoon sambil merapikan dasinya.
“Tapi kau baru saja datang,”ucap Yunmi berdiri di hadapan Jonghoon.
“Maaf. Tapi temanku membutuhkanku sekarang. Nanti malam aku akan datang. Aku janji,”ucap Jonghoon seraya menepuk bahu Yunmi dan pergi meninggalkan gadis itu. Yunmi hanya bisa menghela napas pasrah. Baru saja Jonghoon punya waktu untuk menemuinya, tapi ternyata pria itu harus pergi lagi.
“Nasibmu malang sekali, Yunmi-a,”gumam Yunmi mengasihani dirinya sendiri.
=============================================
Yewon, Seunghyun dan juga Yebin kini tengah bermain air di salah satu pantai di Busan. Mereka sendiri tidak tau nama pantai ini. hanya saja pantai ini terlihat sepi dan juga indah, jadi mereka memutuskan untuk mengakhiri acara jalan-jalan dengan menunggu sunset di pantai ini.
“Hey, menolehlah!!,”teriak Seunghyun pada Yewon dan Yebin yang kini tengah menyusun pasir. Seunghyun mengarahkan kameranya ke mereka berdua dan memfotonya tepat saat kedua orang itu menoleh.
“Ya! Kenapa kau langsung memotretnya? Wajahku pasti aneh,”protes Yewon.
“Tidak. Kau cantik, Yewon-a,”ucap Seunghyun sambil berjalan mendekati kedua orang itu. Seunghyun menyerahkan kameranya pada Yewon dan duduk di samping Yebin, memperhatikan anak yang tengah bermain itu. Dia tidak menyadari bahwa kini Yewon tengah memotretnya, sampai akhirnya dia memergoki Yewon dan Yewon hanya tersenyum.
“Aish... Kau seperti stalker saja,”ucap Seunghyun menutupi wajahnya dari serangan bidikan Yewon.
“Hahaha... singkirkan tanganmu, oppa. Kau tampan saat sedang diam,”ucap Yewon. Seunghyun langsung menatapnya dan pura-pura marah.
“Jadi menurutmu aku terlihat jelek jika sedang bergerak? Huh?,”tanya Seunghyun.
“Iya, karena kau itu tidak bisa diam, oppa. Kau hanya diam saat memperhatikan Yebin dan itu benar-benar membuatku terpesona,”jawab Yewon.
“Baiklah, kalau begitu aku akan diam mulai sekarang. Aku akan menunjukkan betapa kerennya diriku,”ucap Seunghyun membanggakan dirinya sendiri.
“Hahaah... tidak perlu, oppa. Kau tidak akan bisa. Aku bertaruh. Hahaha...,”tawa Yewon langsung meledak saat Seunghyun mulai berpose keren, atau lebih tepatnya dibuat agar terlihat keren.
“Appa jelek,”komentar yang tak terduga terlontar dari mulut Yebin yang ternyata ikut memperhatikan. Seunghyun langsung cemberut dibuatnya.
“Kau kejam sekali, Yebin-a,”ucap Seunghyun sedih dan berpura-pura menangis. Yewon hanya bisa tertawa melihat tingkah Seunghyun yang sangat kekanak-kanakan itu. Memang benar-benar di luar dugaan bahwa ternya pria seperti Seunghyun sebenarnya adalah sosok suami dan juga ayah idaman.
“Ohh... Sunset,”ucap Yewon menatap matahari yang mulai terbenam. Yebin dan Seunghyun yang tadi sedang bercanda pun langsung menoleh dan ikut menatap sunset itu.
====================================================
“Ada apa, Wonbin-a?,”tanya Jonghoon langsung seraya menggeser kursi dan duduk di hadapan temannya itu.
“Aku ingin bertanya maksud ucapanmu tempo hari,”jawab Wonbin.
“Ucapan yang mana?,”tanya Jonghoon bingung.
“Saat kau mengatakan bahwa kau membayangkan jika ada seorang anak kecil perempuan mirip denganku,”jawab Wonbin.
“Ohh... itu. Waktu itu aku hanya sedang bercanda,”ucap Jonghoon santai.
“Benarkah?,”tanya Wonbin sangsi.
“Benar. Memang kau pikir kenapa?,”tanya Jonghoon mencoba terlihat tenang.
“Tadi umma memberikanku foto seorang gadis kecil yang sangat mirip denganku dan dia mengatakan bahwa itu adalah anakku dan Yewon,”jawab Wonbin sambil mengaduk kopinya. Jonghoon terkesiap mendengarnya. Apakah Wonbin sudah tau?
“Lalu bagaimana tanggapanmu?”tanya Jonghoon santai.
“Aku mengatakan pada umma bahwa itu tidak mungkin. Tapi umma tetap saja bersikeras bahwa anak itu adalah anakku. Menurutmu bagaimana?,”tanya Wonbin.
“Aku tidak tau. Aku kan tidak tau wajah anak itu,”jawab Jonghoon.
“Ahh... benar juga. Baiklah, nanti aku akan meminta foto anak itu pada umma dan akan aku tunjukkan padamu,”ucap Wonbin.
“Tapi benar-benar konyol sekali. Apakah umma sudah ingin mempunyai cucu sampai menganggap bahwa Yewon benar-benar melahirkan anakku? Ckckckc...,”ucap Wonbin lebih kepada dirinya sendiri. Jonghoon hanya diam. Dia merasa bimbang saat ini. haruskah dia mengatakan yang sebenarnya pada Wonbin?
====TBC====
“Seunghyun-a, apakah Yewon masih tinggal bersamamu?,”tanya Hyegyo, ibu dari Seunghyun.
“Ne, waeyo?,”tanya Seunghyun.
“Apakah... kau masih mencintainya?,”tanya Hyegyo ragu. Seunghyun menghela napas dan menatap ibunya itu.
“Sebenarnya apa yang ingin umma katakan?,”tanya Seunghyun. Hyegyo meremas jemarinya dan wajahnya terlihat ragu.
“Seunghyun-a, tidak bisa kah Yewon pergi dari rumahmu?,”tanya Hyegyo.
“Maksud umma apa?,”tanya Seunghyun.
“Kau... bisa mendapatkan wanita lain, Seunghyun-a. Tapi karena Yewon dan juga anaknya tinggal di rumahmu, semua gadis beranggapan bahwa kau sudah menikah. Umma ingin kau menikmati masa depanmu dan mencari istri. Disana masih ada gadis yang lebih baik dari Yewon,”jelas Hyegyo. Seunghyun mengepalkan tangannya dan wajahnya terlihat mengeras.
“Umma, apa umma mempermasalahkan status Yewon yang seorang single parent? Umma, itu bukan keinginannya. Itu semua sudah digariskan Tuhan,”jelas Seunghyun.
“Tapi tetap saja. Dia hamil di luar nikah. Melahirkan anak tanpa suami. Tetap saja... dia bukan...wanita baik-baik,”ucap Hyegyo.
“Aku tidak mau membahas ini. Yewon adalah gadis terbaik,”ucap Seunghyun lalu beranjak dan menyambar jasnya lalu pergi meninggalkan ibunya itu.

Seunghyun mengendarai mobilnya dengan perasaan kesal. Dia tidak pernah menyangka bahwa ibunya bisa memberi penilaian seperti itu tentang Yewon. Membiarkan Yewon pergi? Tentu saja tidak mungkin. Rumahnya pasti kembali sepi jika tidak ada Yewon dan juga Yebin. Dan lagi... situasi sekarang sedang bahaya, karena Oh Wonbin kembali dan pria itu sepertinya bisa kapan saja merebut Yewon dan Yebin dari sisinya. Atau lebih tepatnya, mengambil kembali dua orang yang sangat disayanginya itu.
“Ada apa, Yewon-a?,”Seunghyun menjawab panggilan dari Yewon.
“Oppa, aku sudah diterima bekerja. Tapi kantornya sangat jauh dari rumah,”jawab Yewon. Seunghyun mengernyitkan keningnya.
“Lalu?,”tanyanya.
“Mmmm... Kurasa, aku akan mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan kantor,”jawab Yewon.
“Apa?! Tidak boleh!,”ucap Seunghyun langsung membanting stirnya.
“Kau sekarang dimana? Kita bertemu dan bicarakan masalah ini,”ucap Seunghyun.

“Kenapa kau memutuskan untuk pindah dari rumahku?,”tanya Seunghyun dengan tatapan tajam.
“Aku sudah mendapat pekerjaan dan kantorku jauh dari rumahmu,”jawab Yewon.
“Aku bisa mengantar jemputmu setiap hari,”ucap Seunghyun. Yewon menghela napasnya.
“Seunghyun-a,kau sendiri harus bekerja dan aku tidak mau merepotkanmu,”ucap Yewon.
“Lalu bagaimana dengan Yebin? Apakah kau akan meninggalkannya sendirian setiap hari? Atau kau akan menitipkannya? Yang benar saja.... itu tidak akan bagus untuk pertumbuhannya,”keluh Seunghyun.
“Tidak. Tentu saja tidak. Apa kau bersedia jika Yebin tetap tinggal di rumahmu?,”tanya Yewon.
“Tentu saja. Dan aku pun masih dan akan selalu bersedia membiarkanmu tinggal di rumahku,”jawab Seunghyun.
“Jangan katakan bahwa kau akan menitipkan Yebin padaku dan menjengunknya tiap akhir pekan,”ucap Seunghyun sangsi dan dia sudah bisa menebak bahwa prediksinya benar.
“Yewon-a, kumohon jangan keras kepala. Kau mau tinggal dimana? Di apartemen? Apartemen yang seperti apa? Apakah keamanan disana terjamin? Kau akan mengalami banyak kesulitan, Yewon-a. Dan itu akan membuatku kesulitan untuk membantumu,”keluh Seunghyun.
“Kau tenang saja,oppa. Perusahaan sudah mencarikanku sebuah apartemen. Dan disana aman, jadi kau tenang saja,”ucap Yewon dengan eye-smile nya, satu-satunya jurus yang dia tau bisa meluluhkan hati Seunghyun.
========================================================
“Umma, apa kau gila?!!!!,”Wonbin langsung memekik saat membuka map di atas meja ibunya dan terlihat CV Yewon disana.
“Kenapa?,”tanya Jihyun santai.
“Umma, apa kau mau melihatku mati secara perlahan? Kenapa kau menerima Yewon bekerja disini?,”ucap Wonbin kesal.
“Karena dia berkualitas. Karena dia memenuhi syarat. Aku tidak mau ikut campur dengan urusanmu dan Yewon dan lagi pula, dia tidak tau bahwa aku adalah ibumu,”ucap Jihyun santai.
“Apakah kau mau aku menempatkan Yewon di bagianmu?,”tanya Jihyun.
“NO,”ucap Wonbin tegas lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Jihyun menatap punggung anak semata wayangnya itu dan hanya bisa menggeleng heran.
“Kau akan lebih terkejut nanti, Wonbin-a. Ini hanya permulaan dariku. Kau benar-benar sulit untuk menjadi dewasa,”ucap Jihyun dan kembali memeriksa CV calon karyawannya.

“Kau kenapa, Wonbin-a?,”tanya Jonghoon saat melihat temannya berjalan dengan wajah kesal lalu masuk ke dalam ruangannya tanpa menjawab pertanyaannya.
“Orang itu sedikit aneh akhir-akhir ini,”ucap Jonghoon menggeleng heran dan menyeruput kopi yang baru saja dia buat.
“Kurasa aku harus menghampirinya,”pikir Jonghoon lalu diapun berjalan ke arah ruangan temannya itu dan masuk begitu saja. Dilihatnya Wonbin sedang duduk di kursinya menatap ke jendela dan menyandarkan punggungnya.
“Kau kenapa? Apa yang terjadi? Yewon lagi kah? Bukankah kau sudah dengan sukses tidak bertemu dengannya selama 3 bulan sejak kedatanganmu kesini?,”tanya Jonghoon penasaran. Wonbin mendelik kesal menatapnya dan memutar kursinya.
“Dan kesuksesan itu akan segera berakhir,”ucap Wonbin yang membuat Jonghoon langsung mengeryitkan keningnya.
“Yewon akan bekeja di perusahaan ini. tepatnya besok,”lanjut Wonbin.
“Benarkah?,”tanya Jonghoon tidak percaya.
“Memang kau pikir aku berbohong? Haizz... bagaimana ini? apakah umma sudah merencanakan semuanya? Benar-benar menyebalkan!,”gerutu Wonbin.
“Bersikaplah seperti biasa, Wonbin-a. Bukankah kau sudah tidak menyukainya? Jadi kurasa...tidak akan sulit bagimu untuk bersikap biasa saja terhadapnya. Anggap saja dia teman lamamu atau mungkin... teman barumu,”ucap Jonghoon lalu keluar dari kantor Wonbin dengan santai. Wonbin tidak melihat bahwa Jonghoon sedang tersenyum licik melihat kepanikan temannya itu.
“Kau akan masuk ke dalam permainan kami, Wonbin-a,”gumam Jonghoon lalu kembali berjalan ke ruangannya.
=============================================================
Seunghyun menatap Yewon yang sedang mengepak pakaiannya dari pintu dengan Yebin di gendongannya.
“Kau benar-benar harus pergi? Kau benar-benar tega meninggalkan kami?,”tanya Seunghyun. Yewon langsung menoleh dan beberapa saat kemudian kembali melipat dan memasukkan pakaian-pakaiannya ke dalam sebuah koper.
“Ya. Bukankah aku sudah mengatakannya?,”ucap Yewon. Seunghyun berjalan mendekat, dia naik ke tempat tidur dan membiarkan Yebin duduk disana sedangkan dirinya duduk bersedekap memandang Yewon.
“Aku kan tidak mengatakan bahwa aku mengijinkanmu,”ucap Seunghyun.
“Aku memang tidak meminta ijinmu. Aku kan hanya memberitahumu,”ucap Yewon dengan cengiran kemenangan.
“Aishh... terserahlah,”ucap Seunghyun akhirnya lalu merebahkan tubuhnya di kasur dan memeluk Yebin.
“Yebin-a, mulai hari ini kau akan tidur denganku. Umma mu kejam sekali. Dia akan meninggalkan kita berdua,”ucap Seunghyun.
“Jangan berlebihan, oppa!,”omel Yewon.
“Tapi kau benar-benar menyebalkan, Yewon-a. Bagaimana kalau kau bertemu Wonbin?,”tanya Seunghyun.
“Aku sekarang sudah tidak peduli. Tapi yang pasti, aku tetap tidak akan membiarkan dia mengetahui bahwa aku melahirkan anaknya. Aku tidak mau Yebin tau bahwa dia mempunyai appa kandung yang tidak bertanggung jawab,”jawab Yewon dengan suara pelan agar Yebin tidak mendengar perkataannya.
“Tapi aku khawatir kau akan kembali jatuh cinta pada pria itu,”ucap Seunghyun. Yewon langsung mendelik menatap pria itu. raut wajah Seunghyun terlihat sangat serius dan... sedih?
“Kau tenang saja. Aku benar-benar sudah membenci pria itu,”ucap Yewon.
“Yahh... kuharap akan selamanya begitu,”ucap Seunghyun lalu memiringkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Yewon menatap Seunghyun dengan rasa bersalah. Dia benar-benar seorang gadis jahat.
“Jangan menatapku dengan tatapan itu, Yewon-a. Aku tidak suka,”ucap Seunghyun mengagetkan Yewon. Yewon sedikit terkesiap. Bagaimana mungkin pria itu menyadari tatapannya? Padahal tadi dia melihat mata Seunghyun terpejam.
“Yewon-a, bisakah kau membuktikan rasa cintamu padaku?,”tanya Seunghyun yang kini sudah berdiri di hadapan Yewon.
“Ne?,”tanya Yewon bingung. Seunghyun hanya tersenyum dan dengan sigap mengangkat tubuh Yewon dengan bridal style.
“Oppa, kau mau apa?,”tanya Yewon.
“Kita lihat saja,”jawab Seunghyun dan mereka melangkah keluar kamar dan masuk ke dalam kamar Seunghyun.
“Oppa!,”pekik Yewon kaget saat Seunghyun menghempaskan tubuhnya ke kasur.
“Bolehkah?,”tanya Seunghyun yang kini sudah tepat berada di atas Yewon. Yewon menelan ludahnya berkali-kali. Dan pada akhirnya, sebuah anggukan dia berikan.

Seunghyun mengerjapkan matanya. Saat hendak bangun, dia merasakan sesuatu yang berat menahan lengannya. Dia menoleh dan melihat Yewon terbaring di sampingnya hanya dengan selimut yang melilit tubuhnya. Seunghyun seketika itu tersenyum saat kembali teringat kejadian semalam. Sebuah momen yang tidak pernah dia bayangkan akan terjadi. Yah... sesuatu yang membuatnya menjadi seorang pria karena telah berhasil membuat Yewon mendesah dan meneriakkan namanya. Seunghyun membelai wajah Yewon yang masih terpejam, mengecup bahu wanita itu dengan penuh cinta.
“Bangun! Sudah pagi,”ucapnya di telinga Yewon.
“Aku masih mengantuk,”ucap Yewon masih dengan mata terpejam. Yewon membalik tubuhnya sehingga menghadap Seunghyun dan menyenderkan kepalanya di dada pria itu.
“Bagaimana kalau Yebin ternyata sudah bangun?,”tanya Seunghyun sambil membelai rambut Yewon.
“Sunny ahjumma pasti akan menghampirinya. Sudahlah, aku masih mengantuk,”jawab Yewon tetap dengan mata terpejam.
“Tidurlah,”ucap Seunghyun akhirnya. Dia mendekap Yewon dan Yewon pun dengan otomatis menyamankan posisinya.
“Aku ingin selamanya seperti ini,”gumam Seunghyun.
“Babo!,”ucap Yewon diiringi tawa pelan.
=============================================
Wonbin tertegun saat lift terbuka dan dilihatnya Yewon berada di dalam. Dia melangkahkan kakinya masuk dan semua karyawan menyapanya hormat. Wonbin melirik Yewon dan melihat bahwa gadis itu terlihat biasa saja bahkan seolah tidak mengenalnya. Apa?! Hahaha... apakah gadis ini ingin memainkan sebuah peran? Baiklah...
“Apakah...kau karyawan baru?,”tanya Wonbin membuka percakapan.
“Iya,”jawab Yewon santai.
“Ahhh... Kau di bagian mana?,”tanya Wonbin.
“Akuntansi. Maaf, Tuan. Aku sudah sampai,”pamit Yewon saat pintu lift terbuka dan memberikan sebuah senyuman pada Wonbin lalu berlalu begitu saja. Wonbin hanya bisa membuka mulutnya tidak percaya.
“Gadis itu... Aish!,”gerutu Wonbin kesal. Semua orang yang berada di lift itu menatapnya tetapi mereka langsung menunduk saat Wonbin menatap mereka tajam.

Yewon tersenyum puas. Ntah kenapa dia merasa bahagia bisa mempelakukan Wonbin seperti itu. tentu saja pada awalnya dia kaget saat melihat pria itu. tapi, ntah kenapa pada akhirnya dia bisa bersikap biasa saja. Dia tau pasti Wonbin sangat kesal, tapi dia tidak peduli.
“Aku tidak akan berbaik-baik denganmu,”gumam Yewon melangkah menuju mejanya dan tertegun menatap sebuah kertas yang menempel di monitornya.
Kau harus mentraktirku makan siang, kekekkeke...
Prince Jonghoon
“Pria itu. ckkck...,”ucap Yewon lalu mengambil kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah.
“Ok. Aku harus mulai bekerja. Hhh.... Fighting!!!,”ucap Yewon.
Jonghoon yang memperhatikannya dari jauh hanya bisa tersenyum melihatnya.
“Kau benar-benar mengagumkan, Yewon-a. Untung aku sudah punya Yunmi, kalau tidak...mungkin aku akan jatuh cinta padamu,”gumam Jonghoon.
“Kurasa sekarang saatnya mengecek keadaan Wonbin,”Jonghoon pun berjalan pergi menuju ruangannya atau tepatnya, menuju ruangan Wonbin.

Wonbin tiba-tiba berjalan ke ruangan Yewon, dia bahkan menghiraukan Jonghoon yang menyapanya.
“Ikut denganku!,”Wonbin langsung menarik tangan Yewon. Membuat semua orang di ruangan itu menatapnya.
“Kau mau apa, Wonbin-ssi?,”tanya Yewon menghempaskan tangannya. Wonbin menatapnya kesal.
=====TBC=====


Please give reaction and leave comment

CREDIT to Yewonnie @Primadonnas' Island blog

 
 

Followers

My Update