Sunday, July 10, 2011

[FF/S/PG-15/3-END] I DON'T KNOW WHY



TITLE: I DON'T KNOW WHY
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: PG-15/Straight
CASTS:
- Han Ye Won
- Kim Soo Yoon (Drummer of Royal Pirates)
- Kim Myoung Jae (Korean ulzzang boy)


Myoungjae menghentikan langkahnya saat dilihatnya Yewon berdiri di depan gerbang sekolahnya, menatapnya dengan tangan bersedakap di perutnya. Myoungjae dengan ragu berjalan menghampirinya, menghampiri Yewon yang kini tengah menatapnya dengan kesal. Dia kurang yakin dengan kemungkinan maksud kedatangan Yewon ke sekolahnya. Apakah Yewon akan memarahinya? Ntahlah, hanya saja memang sudah 1 bulan ini dia tidak bertemu dengan Yewon, atau lebih tepatnya dia menghindari Yewon.
“Oh? Noona. Ada apa?,”tanyanya saat sudah berdiri di hadapan Yewon. Yewon masih saja menatapnya dengan kesal.
“Kemana saja kau sebulan ini?,”tanya Yewon langsung. Myoungjae lama terdiam hanya untuk menjawab pertanyaan itu. Haruskah dia menjawabnya dengan jujur?
“Aku sibuk untuk ujian, noona,”jawab Myoungjae tidak sepenuhnya berbohong, walau memang alasan utamanya bukanlah itu.
“Apakah kau benar-benar sesibuk itu? benar-benar tidak bisa meluangkan satu haripun untukku?,”tanya Yewon sangsi.
“Maaf, noona,”ucap Myoungjae menundukkan kepalanya. Yewon menghela napas kesal melihat perlakuan Myoungjae padanya. Kenapa pria itu jadi sekaku ini padanya?
“Kau tidak perlu membungkuk sampai 90 derajat, Myoungjae-a,”ucap Yewon menghela napas kesal saat dilihatnya semua orang atau murid-murid menatap ke arah mereka.
“Noona, kita tidak usah bertemu lagi,”ucap Myoungjae menatap lurus mata Yewon.
“Anggap saja, perkenalan kita sampai hari ini. Aku tidak mau bertemu denganmu lagi, noona,”jelas Myoungjae. Yewon terlihat membuka mulutnya shock. Dia benar-benar tidak percaya dengan ucapan Myoungjae. Tetapi belum sempat dia menanyakan kebenaran hal itu, Myoungjae telah terlebih dahulu berjalan meninggalkannya. Yewon hanya bisa terdiam beberapa saat di tempatnya, sebelum akhirnya dia meninggalkan tempat itu, melalui arah yang berlawanan dengan Myoungjae.

Myoungjae duduk di tepi sungai Han sambil melempar kerikil ke dalam sungai itu. Ntah kenapa perasaannya sama sekali tidak menjadi lega setelah mengatakan kalimat itu pada Yewon. Padahal sebelumnya dia berpikir bahwa dia akan merasa lebih tenang jika menyampaikan hal itu secara langsung, tapi nyatanya? Perasaannya menjadi galau dan... sedih. Ntahlah, sejujurnya sebulan tidak bertemu Yewon bukan membuatnya bisa melupakan gadis itu, tetapi justru sebaliknya. Apakah dia benar-benar jatuh cinta pada Yewon? Dia sendiri tidak tau, bahkan dia mencoba mengingkari hal itu. Dia tetap berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanyalah cinta sesaat. Ya, pasti.
Myoungjae menoleh saat ada seseorang yang duduk di sebelahnya, dia sedikit tertegun saat menyadari bahwa orang itu adalah Yewon.
“Apakah kau sedang memikirkanku?,”tanya Yewon tanpa menatap Myoungjae. Myoungjae hanya terdiam.
“Kakiku mengantarku kesini, karena sepertinya kau memanggilku. Jika tidak, aku akan pergi. Seperti yang kau pinta,”ucap Yewon lalu berdiri. Myoungjae segera meraih tangan gadis itu.
“Duduklah...,”perintahnya tanpa memandang Yewon.
“Untuk apa? Bukankah kau ingin aku pergi?,”tanya Yewon tetap berdiri.
“Ya, tapi aku juga bilang bahwa perkenalan kita biarlah hanya sampai hari ini. Dan hari ini belum berakhir,”jawab Myoungjae.
“Aku tidak suka dengan perpisahan. Sebaiknya tidak usah ada kata perpisahan kalau kau memang tidak ingin mengenalku lagi,”ucap Yewon menyingkirkan genggaman Myoungjae pada tangannya dan beranjak pergi. Myoungjae menoleh menatap punggung yang semakin menjauh itu.
“Aku juga tidak suka perpisahan. Hanya saja, mungkin itu justru jalan terbaik,”gumam Myoungjae.

Yewon berjalan dengan lesu. Ntah sudah berapa lama dia berjalan, dia hanya tau bahwa langit sudah gelap. Pikirannya terus tertuju pada ucapan Myoungjae. Apakah dia ditinggalkan pria untuk kedua kalinya? Jika iya, maka malang sekali nasibnya. Apakah semua ini takdir hidupnya? selalu ditinggalkan oleh pria yang dicintainya. Yewon menghela napasnya berat, dia benar-benar tidak mengerti dengan semuanya. Jika pada akhirnya dia harus patah hati, untuk apa Tuhan mempertemukannya dengan Myoungjae? Padahal, dia sudah sedikit berharap pada pria itu. dia sudah berpikir untuk memberikan cintanya pada pria itu. tidak peduli bahwa pada kenyataannya Myoungjae jauh lebih muda darinya. Tapi, sepertinya semua itu tidak mungkin. Ya, tidak mungkin Myoungjae mau menerima cintanya. Bahkan pria itu sudah secara terang-teranganya menolaknya tanpa perlu dia mengungkapkan cintanya.
“Yewon-a, malang sekali nasibmu,”ucap Yewon pada dirinya sendiri.
-_-_-_-_-_-_-_
Sooyoon masuk ke dalam kamar Yewon, kamar itu sangat gelap, sehingga Sooyoon pun menyalakan lampu kamar itu. dilihatnya Yewon sedang terduduk memeluk kakinya di sisi tempat tidur. Wajah gadis itu terlihat sedih. “Apa yang sudah terjadi?,”pikirnya. Dia pun menghampiri Yewon dan gadis itu mendongak menatapnya. Sooyoon merengkuh bahu Yewon dan menyuruhnya berdiri.
“Kau kenapa?,”tanya Sooyoon memandang wajah Yewon. Yewon tidak menjawab dan langsung memeluk pria itu. Sooyoon sudah bisa menebak apa yang terjadi.
“Kau sudah bertemu dengannya?,”tanya Sooyoon sambil membelai rambut panjang Yewon, Yewon hanya mengangguk dalam pelukannya.
“Lalu apa yang terjadi?,”tanya Sooyoon.
“Dia memintaku untuk tidak bertemu dengannya lagi,”jawab Yewon. Sooyoon meregangkan pelukannya dan menatap Yewon.
“Dan apa yang akan kau lakukan?,”tanya Sooyoon. Yewon mendongak dan menatapnya.
“Aku akan pergi. Aku akan pergi dari kehidupannya,”jawab Yewon, membuat Sooyoon mengernyitkan keningnya.
“Aku akan kembali ke California. Kurasa, disanalah seharusnya aku melewati hari-hariku,”jelas Yewon.
“Dan kau akan meninggalkanku?,”tanya Sooyoon. Yewon hanya tertawa sumbang.
“Ya, aku akan meninggalkanmu. Aku tidak akan menjadi bebanmu lagi, oppa,”ucap Yewon.
“Kau bukanlah bebanku. Kau adalah orang yang paling aku cintai,”ucap Sooyoon. Yewon terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum simpul dan menyentuh pipi Sooyoon.
“Aku tau. Terima kasih. Tapi maaf, aku tidak bisa berada di posisi itu,”ucap Yewon.
“Oppa, pasti ada gadis yang lebih baik dariku yang bisa menemani hari-harimu,”ucap Yewon lagi setelah menghela napas berat, menatap dalam mata Sooyoon. Sooyoon meraih tangan Yewon yang ada di pipinya dan menggenggamnya.
“Mengapa kau lakukan itu padaku?,”tanya Sooyoon.
“Apakah kau tidak percaya dengan perasaanku?,”desak Sooyoon. Yewon tersenyum dan mendekatkan bibirnya pada wajah Sooyoon, mengecup bibir pria itu pelan.
“Aku percaya. Hanya saja, aku tidak yakin bahwa aku bisa membalas cintamu. Aku tidak yakin bahwa aku bisa mencintaimu sebesar kau mencintaiku,”jawab Yewon.
“Oppa, aku mohon. Ijinkan aku pergi. Biarkan aku keluar dari kehidupanmu. Dan kau carilah kehidupan barumu yang baru, yang lebih baik. Aku yakin, semua akan berjalan seperti biasa dan kau akan bisa melalui hari-harimu dengan lebih baik setelah aku pergi,”ucap Yewon.

Malam itu juga, Sooyoon langsung bertemu dengan Myoungjae di sebuah cafe. Awalnya Myoungjae menolak ajakannya, tetapi saat dia mengatakan dia ingin membicarakan sesuatu yang penting tentang Yewon, Myoungjae pun akhirnya menyetujui untuk bertemu.
“Besok Yewon akan kembali ke California,”ucap Sooyoon langsung lalu meneguk wine nya. Myoungjae sedikit terkesiap mendengarnya.
“Aku sudah tau apa yang kau katakan pada Yewon dan diapun memutuskan pergi karena itu,”ucap Sooyoon lagi.
“Apa kau benar-benar menginginkan Yewon pergi dari kehidupanmu?,”tanya Sooyoon akhirnya menatap matanya. Myoungjae terdiam.
“Aku tau kau tidak ingin dia pergi. Hanya saja... kau tidak tau bahwa dia tidak akan membatalkan keputusan yang telah dia buat,”ucap Sooyoon.
“Besok datanglah ke bandara jam 3 sore untuk mengantar Yewon,”ucap Sooyoon lalu pergi meninggalkan Myoungjae. Myoungjae tetap diam di tempatnya. Benarkah semua harus berakhir? Benarkah akan ada perpisahan itu? Myoungjae pun akhirnya melangkah keluar cafe dengan sejuta pertanyaan dan penyesalan di benaknya. Dia tidak tau apa yang akan terjadi padanya jika dia benar-benar tidak akan bertemu Yewon untuk selama-lamanya, cinta pertamanya.
-_-_-_-_-_-_-_
“Ternyata kau datang untuk mengantarku,”ucap Yewon tersenyum saat dilihatnya Myoungjae berdiri di hadapannya dengan napas tersengal. Yewon mengulurkan tangannya dan mengelap peluh di dahi Myoungjae.
“Kenapa berlari?,”tanya Yewon.
“Aku takut terlambat untuk mengantarmu, noona,”jawab Myoungjae.
“Kau tidak perlu memaksakan diri begitu. Aku tau kau masih ada jam pelajaran. Kau memboloskan?,”tanya Yewon.
“Kau tidak perlu melakukan itu, Myoungjae-a. Masih ada Sooyoon oppa yang mengantarku,”ucap Yewon.
“Tapi aku ingin bertemu, noona. Untuk yang terakhir kali,”ucap Myoungjae menatap mata Yewon. Yewon hanya tersenyum samar.
“Apa kau benar-benar tidak ingin bertemu denganku di lain waktu?,”canda Yewon.
“Bukan begitu, hanya saja--,”
“Ya, aku tau,”potong Yewon.
“Myoungjae-a, terima kasih untuk semuanya. Aku tidak akan pernah menyesal karena telah mengenalmu. Kau sangat berjasa bagiku,”ucap Yewon. Yewon menoleh pada Sooyoon dan tersenyum padanya.
“Oppa, kau harus menjengukku,”pesan Yewon.
“Tentu saja. Kurasa tahun depan aku akan kembali ke CA,”jawab Sooyoon.
“Baiklah, aku akan menunggumu,”ucap Yewon. Yewon menolehkan wajahnya saat panggilan untuk keberangkatannya terdengar.
“Aku harus pergi. Jaga diri kalian, ok?,”pesan Yewon lalu berbalik dan melangkah menjauhi kedua pria itu, dua orang yang mencintainya. Yewon melambaikan tangannya sebelum memasuki pintu keberangkatan. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya, gadis itu bahkan membentuk simbol hati dengan tangannya, membuat Sooyoon dan Myoungjae tersenyum. Walaupun mereka tidak bisa bersama Yewon dan menjadikan gadis itu miliknya, tapi mereka tau dengan pasti bahwa Yewon mencintai mereka.
-_-_-_-_-_-_-_
----4 tahun kemudian----
Myoungjae berdiri di luar sebuah cafe di tepi pantai, memandang lautan yang membentang luas di hadapannya. Saat ini, dirinya berada di California. Dia tidak menyangka bahwa kota ini begitu luas. Dan dia tidak menyangka, bahwa dirinya telah menyebrangi lautan hanya untuk mencapai kota ini. Yewon. Ya, satu nama itu yang terus ada di pikirannya. Mungkin rasa cintanya untuk Yewon memang sudah pudar, hanya saja, dia ingin bertemu dengan gadis itu. Ingin melihat Yewon yang sekarang. Apakah tetap sama seperti dulu?
“Kau semakin tampan, Myoungjae-a,”sebuah suara terdengar. Dia sudah tau pasti bahwa ada seseorang yang berdiri di sampingnya, ikut menatap lautan. Hanya saja, dia tidak berani untuk membalikkan badannya, karena dia tidak mau terlalu berharap dan akhirnya kecewa jika yang dia lihat bukanlah Yewon. Jika suara yang didengarnya hanyalah sebuah ilusi.
“Kau bahkan tidak mau menatapku. Apa kau tidak merindukanku?,”tanya suara itu.
“Apa kau... Yewon noona?,”tanya Myoungjae tanpa mengalihkan tatapannya dari lautan di hadapannya.
“Tentu saja,”ucap suara itu lalu sebuah tangan menarik lengannya sehingga membuatnya berbalik. Dilihatnya sosok Yewon di hadapannya. Yewon tetaplah cantik di matanya, hanya saja... Yewon terlihat lebih anggun.
“Ya!! Jangan bengong begitu. Aku benar-benar Yewon. Apa kau tidak percaya?,”ucap Yewon sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Myoungjae. Myoungjae akhirnya tersadar dan tersenyum.
“Apa kabar? Kurasa noona sekarang sudah bahagia,”ucap Myoungjae.
“Tentu saja. Karena sekarang sudah ada malaikat kecil di kehidupanku,”jawab Yewon, membuat Myoungjae mengernyit bingung. Yewon menggamit tangan Myoungjae dan mengajaknya berjalan menuju pantai. Yewon mengisyaratkan dengan dagunya dan Myoungjae pun memandang arah yang diisyaratkan Yewon. Disana terlihat seorang anak kecil perempuan tengah bermain air dengan seorang pria dewasa. Myoungjae menoleh menatap Yewon dengan tatapan bertanya dan Yewon tersenyum.
“Oppa!!! Yebin-a!!!!!!!!,”teriak Yewon sambil melambaikan tangannya. Kedua orang itu menoleh dan ikut melambaikan tangannya. Yewon berlari menghampiri kedua orang itu dengan tangan menarik Myoungjae agar ikut bersamanya.
“Umma...,”ucap gadis kecil itu langsung meminta Yewon untuk menggendongnya.
“Aigoo~~ Kau basah sekali, Yebin-a,”ucap Yewon.
“Appa juga basah,”ucap Yebin menunjuk pria di sampinya.
“Appa itu kan memang nakal. Kau tidak seharusnya mencontohnya,”ucap Yewon.
“Ahh... Aku hampir lupa,”ucap Yewon kemudian.
“Myoungjae-a, kenalkan suami dan anakku,”ucap Yewon.
“Wonbin imnida,”ucap Wonbin.
“Myoungjae imnida,”ucap Myoungjae.
“Aku sudah tau tentangmu,”ucap Wonbin.
“Ne?,”tanya Myoungjae bingung.
“Istriku sudah pernah menceritakan tentangmu. Aku mengucapkan terima kasih untuk jasamu,”jawab Wonbin tersenyum. Myoungjae hanya tersenyum dan hatinya merasa bahagia menatap keluarga kecil itu.
“Annyeong!! Kenalkan, aku Myoungjae, samcheon mu,”ucap Myoungjae pada Yebin. Yebin mengulurkan tangannya dan Myoungjae langsung menggendong gadis kecil itu.
“Bajumu nanti jadi basah,”ucap Yewon mengingatkan.
“Tidak apa-apa,”
“Yebin-a, ayo kita buat istana pasir,”ucap Myoungjae lalu menurunkan Yebin dan mereka mulai memasukkan pasir ke ember dan menatanya. Yewon dan Wonbin hanya tersenyum menatap mereka.
“Haruskah kita mengadopsi Myoungjae?,”canda Wonbin yang langsung mendapatkan cubitan dari Yewon di pinggangnya.
====END====


Please give reaction and leave comment

Primadonnas' Island blog

 
 

Followers

My Update