“Wonbin oppa, berhentilah mengatur-ngatur hidupku! Aku sudah cukup dewasa untuk mengurusi diriku sendiri!,”ucap Yewon dengan mata berkilat penuh amarah. Menatap seorang pria tampan yang juga sedang menatapnya marah.
“Bagaimana aku bisa berhenti mengurusimu? Aku lengah sedikit saja kau langsung berbuat seenaknya. Katakan padaku apa alasanmu semalam pulang dalam keadaan mabuk? Kau perempuan, Yewon-a. tidak sepantasnya kau berkelakuan seperti itu,”ucap Wonbin dengan suara yang tetap tinggi, penuh emosi.
“Aku dijebak!! Aku tidak melakukan hal seperti yang kau kira! Aku tidak pergi ke diskotik ataupun sejenisnya,”ucap Yewon membela diri.
“Lalu kenapa semalam kau datang dalam keadaan mabuk jika kau tidak minum-minum? Ahh… Atau kau mabuk-mabukan di tempat temanmu, begitu?,”tanya Wonbin.
“Ya!!! Tidak ada gunanya aku menjelaskan padamu. Terserah kau saja mau berpikiran apa. Aku sudah benar-benar capek dengan semua aturan yang kau buat,”ucap Yewon kesal.
“Kau bahkan bukan siapa-siapaku! Kau bukan kakak ku. Bukan saudaraku ataupun kerabatku. Kau hanyalah anak yang dipungut umma dan kau yang menyebabkan umma dan appa meninggal!,”ucap Yewon keras dan langsung mendapatkan tamparan yang cukup keras di pipi kirinya. Wonbin terdiam. Dia benar-benar menyesali perbuatannya. Bagaimana mungkin dia bisa kehilangan kendali seperti itu? Ini adalah pertama kalinya dia menampar Yewon dan ini jugalah pukulan pertama yang diterima Yewon. Yewon menatap Wonbin dengan penuh amarah, air mata terlihat menggenang di pelupuk matanya dan tanpa sepatah katapun, gadis itu langsung berjalan melewati Wonbin dan Wonbin melihat air mata menitik jatuh dari matanya. Wonbin hanya terdiam kaku di tempatnya. Tangannya mengepal dan memutih, marah kepada dirinya sendiri yang telah berbuat sekasar itu pada Yewon. Tapi sungguh, perkataan gadis itu tadi benar-benar membangkitkan amarahnya. Mengingat hal itu membuat emosi Wonbin bergejolak, bukanlah amarah terhadap Yewon, tetapi terhadap dirinya sendiri. Sekuat tenaga dia melupakan peristiwa 5 tahun lalu, berusaha meyakinkan dirinya bahwa kecelakaan 5 tahun lalu bukanlah salahnya, tapi Yewon dengan entengnya mengungkit kembali hal itu hingga membuatnya marah.
Wonbin dengan lunglai duduk di sofa dan menunduk. Kembali mengingat peristiwa 5 tahun lalu, peristiwa dimana sebuah malapetaka terjadi di rumah keluarga yang harmonis, yang menjadi hancur karenanya. Saat itu, keluarga ini memutuskan untuk pergi berwisata ke Busan. Wonbin yang saat itu berusia 21 tahun, menawarkan dirinya untuk yang menyupir mobil. Sebagai anak tertua, atau anak angkat tepatnya, tentunya dia merasa tidak enak hati jika membiarkan Jihoon appa—ayah dari Yewon—yang menyetir selama perjalanan. Dan akhirnya, dialah yang mengendarai mobil itu dengan Jihoon appa di sebelahnya. Yewon dan Jihyun duduk di belakang, mereka sibuk bercerita dan bercanda. Sampai akhirnya… kecelakaan itu terjadi. Wonbin tidak menyadari ada truk yang melaju ke arahnya, dia pun membanting stir ke kanan dan akhirnya mobilnya menabrak tembok tebing. Dan disanalah nyawa Jihoon dan Jihyun diambil. Jihoon dan Jihyun yang sama-sama berada di sisi kanan, mendapatkan luka yang parah di kepalanya. Dan semenjak saat itulah, Yewon membencinya. Membenci seseorang yang menyebabkan orang tuanya meninggal. Masih segar di ingatannya ucapan Yewon kala itu,”Kau pembunuh! Apa kau senang membuatku menjadi sebatang kara sepertimu?”
==========================
Yewon berjalan tak tentu arah dengan air mata mengalir di pipinya. Gadis itu terus menghapus air matanya yang mengalir, tetapi air mata itu terus saja mengalir dengan derasnya.
DUGGG!!! Sebuah bola basket mengenai kepalanya, membuat Yewon mengerang pelan. Dia kemudian menoleh dan melihat beberapa pria yang tengah menatapnya dan berteriak meminta bola. Yewon pun dengan enggan mengambil bola yang ada di kakinya dan melemparnya.
“Ahh… Pusing sekali,”ucap Yewon mengusap-usap kepalanya dan kemudian memutuskan untuk berjongkok saja karena rasanya kepalanya seperti mau pecah. Air mata pun mengalir lebih deras. Sepertinya hari ini benar-benar hari sialnya. Wonbin saja sudah membuatnya kesal, ditambah dengan insiden tadi. Yewon langsung menoleh saat sebuah tangan mengusap kepalanya pelan. Yewon langsung menjauhkan kepalanya dari jangkauan pria itu dan menghapus air mata di pipinya.
“Kau mau apa?,”tanya Yewon takut-takut tetapi pria itu hanya tersenyum dan membantu Yewon berdiri. Yewon dengan takut-takut mengikuti pria yang kini merangkulnya itu. Dan ternyata, pria itu mendudukkan Yewon di sebuah bangku taman yang tidak begitu jauh dari lapangan basket.
“Apa sakit sekali?,”tanya pria itu.
“Ne?,”Yewon bertanya bingung. Pria itu mengusap kepalanya sendiri sebagai jawaban.
“Ahh… Hanya pusing saja,”jawab Yewon mengerti.
“Sepertinya sakit sekali. Karena tadi kau langsung berjongkok dan menangis. Aku benar-benar minta maaf,”ucap pria itu lagi kembali mengusap kepala Yewon.
“Untung tidak berdarah,”ucapnya. Yewon hanya diam saja dan ntah mengapa sentuhan lembut pria itu di rambutnya membuatnya teringat akan Jihyun yang dulu sering mengusap kepalanya. Dan tanpa disadari, air matanya pun kembali mengalir.
“Ah… Hampir lupa. Aku Song Seung Hyun. Kau?,”ucap Seunghyun tidak menyadari bahwa Yewon tengah menangis dan tetap mengusap lembut kepala gadis itu, berharap agar sakit yang ditimbulkan karena insiden tadi akan membaik dengan cara ini. Seunghyun langsung menundukkan kepalanya dan menatap wajah Yewon saat didengarnya suara isakan pelan.
“Kau kenapa? Apakah sangat sakit? Apa sebaiknya kita ke rumah sakit?,”tanya Seunghyun panik. Yewon hanya menggelengkan kepalanya dan tetap menangis.
“Ya! Kau jangan membuatku bingung. Apakah ada luka yang lain, huh?,”tanya Seunghyun lagi dan Yewon tetap menangis. Seunghyun pun kemudian diam dan memutuskan untuk menyandarkan tubuhnya, membiarkan Yewon menangis karena sepertinya ada hal lain yang membuat gadis itu sedih.
“Ceritakan saja jika kau tidak keberatan!,”ucap Seunghyun 1 jam kemudian saat isak tangis Yewon sudah tidak terdengar. Yewon menghapus air matanya dan menatap Seunghyun membuat Seunghyun terkesiap. Dia tidak menyadari sebelumnya bahwa Yewon mempunyai wajah yang sangat cantik, gadis itu bahkan terlihat cantik dengan wajah memerah dan mata sembab seperti itu. Seunghyun berusaha mengendalikan dirinya dan membalas tatapan Yewon.
“Aku Yewon,”ucap Yewon.
“Ne?,”tanya Seunghyun.
“Bukankah satu jam yang lalu kau menanyakan namaku?,”ucap Yewon. Seunghyun terdiam, ntah kenapa tiba-tiba timbul perasaan aneh di hatinya, rasanya hatinya menjadi berbunga-bungan hanya dengan mendengar suara gadis bernama Yewon itu.
“Ahh.. ya,”ucap Seunghyun tersadar. Yewon kemudian berdiri dan ntah kenapa Seunghyun dengan refleks menahan tangan Yewon, membuat Yewon langsung menoleh ke arahnya menatapnya dengan bingung. Seunghyun kemudian melepas genggaman tangannya dan dengan gugup berdiri.
“Biarkan aku mengantarmu,”ucap Seunghyun kemudian.
“Tidak usah. Lagipula aku tidak tau mau kemana,”ucap Yewon kemudian melangkahkan kakinya, tetapi Seunghyun dengan cepat mengikuti gadis itu. Dia sendiri tidak mengerti dengan tindakannya ini.
“Apa kau kabur dari rumah?,”tanya Seunghyun yang langsung membuat Yewon berhenti dan berbalik. Yewon terdiam dan menatap Seunghyun, membuat Seunghyun salah tingkah dibuatnya.
“Aku sedang bertengkar dengan kakakku. Aku akan memberikan pelajaran padanya,”jawab Yewon dengan wajah kesal.
“Ne?,”tanya Seunghyun bingung.
“Sudahlah, kau tidak usah mengkhawatirkanku. Aku sudah tidak apa-apa. Aku pergi!,”ucap Yewon kembali meneruskan langkahnya.
“Aku akan mengantarmu ke tempat yang bagus!,”teriak Seunghyun dan Yewon langsung menoleh.
============================
“Woah~~ Menyenangkan sekali!!,”ucap Yewon bahagia. Saat ini dia sedang berada di game centre bersama Seunghyun. Ini adalah pengalaman pertama baginya pergi ke tempat seperti ini. Dan dia pun mencoba semua permainan walaupun dia tidak mengerti cara memainkan semua permainan itu.
“Ya!! Kenapa aku kalah lagi?!,”ucap Yewon kesal karena lagi-lagi Seunghyun berhasil mengalahkannya. Seunghyun hanya tertawa menatap Yewon yang kini menggembungkan pipinya sebal.
“Sudahlah, kita main permainan yang mudah saja. Aku benar-benar tidak mengerti dengan permainan laki-laki,”ucap Yewon seraya berjalan menjauhi permainan tembak-tembakan itu. Seunghyun hanya mengikutinya dan membiarkan Yewon memilih permainan. Gadis itu kemudian berhenti di depan sebuah mesin permainan pukul-pukulan atau lebih tepatnya memukul kepala anjing yang muncul dari mesin itu.
“Ini saja, kurasa mudah!,”ucap Yewon lalu mengambil koin dan memasukkannya. Di tangan gadis itu kini sudah ada sebuah pentungan yang memang sudah disediakan.
“Hyat!!,”ucap Yewon memukul satu demi satu kepala anjing yang muncul. Seunghyun sendiri mengarahkan Yewon dan itu justru membuat Yewon bingung.
“Tskkk… menyebalkan,”ucap Yewon kesal dan melempar pentungan yang tadi dipegangnya. Seunghyun hanya tertawa-tawa di belakangnya.
“Berhentilah tertawa, Seunghyun-ssi. Kau menyebalkan!,”gerutu Yewon seraya keluar dari tempat itu. Yewon melihat jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 8 malam. Pantas saja perutnya terasa lapar.
“Ayo kita makan, Seunghyun-ssi!,”ucap Yewon lalu menarik tangan Seunghyun membuat Seunghyun sedikit terkesiap. Apalagi kini Yewon justru bergelayut manja di lengannya dan mengarahkannya menuju sebuah restoran.
“Woahh~~ Jjangjjangmyun! Aku mau itu,”ucap Yewon menunjuk gambar yang ada di depannya. Tangan gadis itu tidak lepas dari lengan Seunghyun.
“Kalau begitu dua,”ucap Seunghyun pada pelayan di hadapannya.
“Menyenangkan sekali, Seunghyun-ssi. Terima kasih,”ucap Yewon akhirnya melepaskan rangkulannya dan berdiri menunggu pesanannya. Seunghyun hanya tersenyum padanya.
Wonbin berjalan mondar-mandir di depan rumah sambil sesekali melirik jam tangannya dan juga jalanan. Sudah jam 9 malam tapi Yewon belum juga menunjukkan batang hidungnya. Apakah gadis itu betul-betul marah? Udara yang cukup dingin itu membuat Wonbin merapatkan jaketnya dan terus berdiri menunggu Yewon. Sebenarnya dia khawatir pada Yewon, tapi Yewon bukanlah tipikal wanita yang akan luluh jika dibujuk. Maka dari itu, tiap kali mereka bertengkar dan Yewon marah, Wonbin akan membiarkan Yewon pergi begitu saja karena pada akhirnya gadis itu akan pulang. Wonbin langsung menajamkan pandangannya saat dilihatnya Yewon dari kejauhan bersama seorang pria. Yewon terlihat bahagia bersama pria itu, mereka seperti tengah membicarakan sesuatu yang menyenangkan. Yewon langsung menghentikan langkahnya saat dia melihat Wonbin.
“Disini saja, Seunghyun-ssi. kalau kau ikut mendekat kesana akan bahaya. Kakakku itu sangat menyebalkan,”ucap Yewon melirik kesal pada Wonbin yang berada cukup jauh darinya.
“Baiklah. Kuharap kita bisa bertemu lagi,”ucap Seunghyun.
“Kalau kau ingin ditemani bermain, hubungi aku saja,”pesan Seunghyun.
“Ok,”jawab Yewon.
“Aku pergi!,”pamit Seunghyun seraya melambaikan tangannya. Yewon pun memutar badannya saat Seunghyun sudah jauh dari pandangan. Dia dengan malas berjalan ke arah Wonbin yang masih berdiri menatapnya. Pasti nanti Wonbin akan mengintroasinya.
“Jangan bertanya macam-macam!,”ucap Yewon sebelum Wonbin membuka mulutnya. Wonbin hanya berdecak kesal dan kemudian memakaikan mantel yang sedari tadi dipegangnya ke bahu Yewon.
“Kkaja! Udara sangat dingin,”ucap Wonbin berjalan terlebih dahulu. Yewon dengan kesal menatap punggung yang berjalan menjauh itu.
“Apa kau sudah makan?,”tanya Wonbin saat Yewon sudah masuk.
“Sudah,”jawab Yewon acuh lalu masuk ke kamarnya. Wonbin hanya menghela napas,”Sepertinya dia masih marah.”
“Oppa,”Yewon melongokkan kepalanya pintu kamar Wonbin, membuat Wonbin yang tengah disibukkan dengan komputernya menoleh.
“Aku belum mengerjakan PR-ku,”ucap Yewon dengan wajah memelas dan menunjukkan bukunya.
“Bantu aku,oppa! Jebal!,”pinta Yewon dengan puppy eyes andalannya. Wonbin pun akhirnya mengulurkan tangannya dan Yewon langsung tersenyum bahagia. Yewon berjalan menghampiri Wonbin dan duduk di samping pria itu, mendengarkan Wonbin yang mengajarinya matematika. Selama 1 jam Wonbin membantu Yewon mengerjakan PR nya dan akhirnya Yewon keluar dari kamarnya. Wonbin merebahkan tubuhnya di lantai dan menatap langit-langit kamarnya.
“Kurasa aku akan semakin gila karenamu, Yewon-a. Aku mencintai gadis di bawah umur. Tskk…,”gumam Wonbin. Kemudian pria itu kembali ke depan komputernya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
“Tskkk… Jonghoon benar-benar menyebalkan. Menghadiahiku pekerjaan sebanyak ini,”keluh Wonbin membaca lembar demi lembar pekerjaan yang pagi tadi diberikan Jonghoon, sahabat sekaligus bos nya.
=============TBC=============
next chapter: 2|
If there's no comment, i will stop posting this fanfic here.
leave ur comment after u read it, please!
Please leave comment.here is the tutorial:
1. click Post a Comment above the post.
2. choose the identity Name/URL
3. type the name (ex: Yewonnie) n type the url (ex: twitter.com/Yewonnie)
4. publish your comment
it is easy, right?so, please leave ur comment!!^^