Saturday, February 12, 2011

[FF/S/NC-17/2] CHERISH YOUR HEARTACHE

previous chapter:1|


“Oppa,kenapa?,”tanya Yewon heran saat pagi itu dengan tiba-tiba Wonbin menyentuh pipi kirinya.
“Apakah sakit?,”tanya Wonbin.
“Ne?,”tanya Yewon bingung.
“Tamparanku kemarin,”jawab Wonbin.
“Ahh… Sudah tidak apa-apa. Itu bahkan tidak ada artinya dibandingkan dengan sakit di hatiku,”ucap Yewon yang langsung membuat Wonbin menjauhkan tangannya perlahan dan menampakkan wajah sedih.
“Sudahlah, tidak apa-apa!,”ucap Yewon berusaha membuat Wonbin agar tidak menyesal.
“Aku benar-benar menyesal,”ucap Wonbin penuh penyesalan.
“Aku juga menyesal dengan apa yang sudah kukatakan. Dan kurasa, aku memang pantas mendapatkan tamparan itu,”ucap Yewon.
“Tidak. Kau tidak salah. Semua ucapanmu itu benar. Aku memang bukan siapa-siapamu,”ucap Wonbin yang langsung membuat wajah Yewon sedih.
“Kau kakakku. Jangan pernah berpikiran seperti itu. Kemarin aku hanya sedang emosi saja,”ucap Yewon.
“Tapi… Apa kau membenciku, Yewon-a?,”tanya Wonbin serius.
“Iya. Tapi itu dulu. Sekarang aku sudah cukup dewasa dan mengerti dan akupun tau bahwa itu hanyalah kecelakaan dan juga takdir. Kau bukanlah penyebab kematian umma dan appa,”jawab Yewon.
“Untuk itu,oppa. Jangan pernah berpikir bahwa aku masih membencimu. Aku benar-benar menyayangimu,”ucap Yewon memeluk Wonbin dengan erat.
“Kau adalah pria terbaik kedua setelah appa. Kau telah dengan sabar merawatku. Kalau tidak ada kau, aku tidak tau bagaimana nasibku tanpa umma dan appa,”ucap Yewon di bahu Wonbin. Wajah Wonbin menjadi semakin keruh mendengar perkataan itu. Yewon ternyata hanya menganggapnya sebagai kakak, menyayanginya sebagai kakak dan tidak ada celah baginya untuk menyatakan perasaan yang sebenarnya pada Yewon.
“Apa kau menyayangiku,oppa?,”tanya Yewon tetap memeluk Wonbin. Wonbin terdiam.
“Iya, aku sangat menyayangimu. Benar-benar menyayangimu dan kau sangatlah berharga untukku,”jawab Wonbin kemudian. Yewon langsung tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya, tetapi kemudian gadis itu melepaskan pelukannya dan mengecup bibir Wonbin kilat.
“Aku menyayangimu,oppa,”ucap Yewon tersenyum manis dan Wonbin hanya terpaku.
“Ahh… Sudah saatnya aku berangkat. Jalga!,”pamit Yewon yang langsung pergi begitu saja. Wonbin sendiri masih mematung di tempatnya, dia benar-benar shock dengan kejadian barusan.
“Aishh~~ Anak itu,”ucap Wonbin gusar dan dirasakannya jantungnya berdebar dengan cepat.

Yewon berdiri di halte menunggu bus menuju sekolahnya. Berkali-kali dia bergantian menatap jam tangannya dan juga menoleh ke arah samping dengan gusar. Jam sudah menunjukkan pukul 7.45 dan itu berarti bel masuk akan segera berdering 15 menit lagi, sedangkan jarak dari halte ini dengan sekolah cukup jauh.
“Aisshhh~~ Benar-benar menyebalkan! Kemana bus itu? Wonbin oppa sudah berangkat belum ya?,”ucap Yewon gusar.
“Tidak! Jika aku menelpon Wonbin oppa dan memintanya mengantarku, pasti dia nanti akan terlambat ke kantor. Lagi pula arah kami berlawanan,”ucap Yewon terus bergumam seraya memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

Yewon langsung menoleh kaget saat mendengar suara klakson, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, sampai akhirnya seorang pengendara motor melambaikan tangannya pada Yewon.
“Aku?,”tanya Yewon menunjuk dirinya dan pengendara itu mengangguk. Yewon pun dengan bingung berjalan menghampiri pria itu, dia tidak bisa mengenali wajahnya karena pria itu memakai helm.
“Ternyata kau masih SMA,”ucap pria itu saat Yewon mendekat.
“Seunghyun-ssi?,”ucap Yewon mengenali suara khas itu. Seunghyun tertawa menanggapinya.
“Naiklah!,”ucap Seunghyun.
“Ne?,”tanya Yewon bingung.
“Aku tau kau sudah hampir terlambat. Cepatlah naik. Tapi maaf aku tidak membawa helm yang lain,”ucap Seunghyun. Yewon pun dengan perlahan naik ke atas motor dengan bertumpu pada bahu Seunghyun.
“Sudah? Berpeganganlah!,”ucap Seunghyun.
“Dimana?,”tanya Yewon polos.
“Menurutmu?,”Seunghyun balik bertanya dan langsung melajukan motornya dan dengan refleks Yewon memeluk pinggang pria itu.
“Kau sekolah dimana?!!,”teriak Seunghyun.
“Seongji!!!,”jawab Yewon balas berteriak. Setelah itu Seunghyun langsung menaikkan kecepatannya, membuat Yewon langsung menunduk di balik punggung pria itu dan memeluk pinggang Seunghyun dengan erat. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan pria ini. Apakah Seunghyun ingin mereka mati bersama? Tidak sampai 10 menit, Seunghyun menghentikan motornya dan Yewon langsung terdorong ke depan. Seunghyun hanya tertawa. Yewon dengan bingung mengangkat kepalanya dan turun. Gadis itu membenarkan rambutnya yang pasti sangat berantakan dan tanpa diduga, Seunghyun menjulurkan tangannya dan membantu Yewon merapikan rambutnya. Yewon hanya diam saja, walaupun sebenarnya dia merasa sedikit malu karena banyak teman-temannya yang lewat dan memperhatikan mereka. Seunghyun membuka helmnya dan menatap Yewon.
“Ya! Kau seharusnya memanggilku oppa,”ucap Seunghyun.
“Kenapa?,”tanya Yewon menggembungkan pipinya.
“Tentu saja karena aku lebih tua darimu,”jawab Seunghyun.
“Akan aku pikirkan,”ucap Yewon dengan cengiran di wajahnya.
“Aigoo~~,”Seunghyun langsung mengacak-acak rambut Yewon dan mendapatkan teriakan kesal dari gadis itu. Seunghyun hanya tertawa, menghiraukan omelan Yewon dan memakai kembali helmnya.
“Kau masuklah, aku pergi!,”ucap Seunghyun pada Yewon, lalu kemudian pria itu memutar motornya dan melaju. Yewon pun memutar badannya dan memasuki gerbang sekolah dan tepat pada saat itu, bel masuk berdering.

=================================

“Ahh… Aku lupa membawa bekalku,”ucap Yewon setelah mengobrak-abrik isi tasnya.
“Kenapa bisa lupa?,”tanya Yunmi, teman sekelasnya. Yewon hanya menggembungkan pipinya dan menoleh.
“Kalau begitu antar aku ke kantin dulu ya,”ucap Yewon dan Yunmi mengiyakan. Mereka pun menuju kantin dan disana mereka disambut dengan keributan. Tentu saja Yewon dan Yunmi penasaran. Mereka pun tetap melangkah masuk dan menerobos kerumunan orang-orang. Yunmi hanya bisa terpana saat dilihatnya Jonghoon berdiri disana, dibalik sebuah kios, menjual makanan.
“Oppa! Apa yang kau lakukan?,”tanya Yunmi kaget. Jonghoon langsung menoleh dan tersenyum pada gadis itu. Jonghoon berjalan ke arahnya dan menyerahkan semangkuk besar es krim pada Yunmi.
“Sebagai permintaan maafku karena sudah menelantarkanmu selama dua minggu terakhir,”ucap Jonghoon saat Yunmi menatapnya bingung.
“Lalu kenapa kau ada disana?,”tanya Yunmi menunjuk kedai jjangjjangmyun.
“Ahh… Itu suruhan Wonbin,”jawab Jonghoon.
“Ne?,”kali ini Yewon yang bertanya bingung.
“Karena kau lupa membawa bekal, jadi Wonbin minta tolong padaku untuk membelikanmu makan siang. Tapi karena aku malas membawanya, jadi langsung saja aku bawakan penjualnya,”jawab Jonghoon polos.
“Oppa, kau benar-benar gila,”ucap Yunmi heran dengan tingkah konyol kekasihnya itu.
“Yewon-a, kau pesanlah jjangjjangmyun nya,”ucap Jonghoon lalu menarik tangan Yunmi, berjalan menuju sebuah meja yang kosong. Yunmi hanya bisa menunjukkan ekspresi kesal saat mata semua gadis tidak lepas memandang Jonghoon.
“Oppa, lain kali kau jangan pernah ke sekolahku. Lihat saja pandangan mereka semua! Mereka seperti ingin menerkammu,”ucap Yunmi sebal dan Jonghoon hanya tertawa, menunjukkan tawa khasnya yang memikat.
“Maafkan aku! Aku hanya ingin memberikan kejutan saja,”ucap Jonghoon.
“Tskk… benar-benar menyebalkan punya kekasih yang kelewat tampan,”keluh Yunmi sambil menyuapkan es krimnya. Yewon pun datang dengan membawa sebuah nampan besar dengan tiga mangkuk jjangjjangmyun di atasnya dan dia meletakkan semua itu di meja.
“Ya! Seharusnya kau pesan untukmu saja. Aku jadi tidak enak membiarkanmu membawanya sendiri,”ucap Jonghoon.
“Tidak apa-apa,oppa,”ucap Yewon.
“Oya, kenapa tidak Wonbin oppa saja yang kesini?,”tanya Yewon seraya mengaduk jjangjjangmyun nya.
“Aku memberinya banyak pekerjaan, jadi dia harus menyelesaikannya,”jawab Jonghoon santai.
“Tskkk… Berilah uang yang banyak!,”ucap Yewon dan Jonghoon menunjukkan ibu jarinya sebagai tanda setuju.

“AHhh…,”ucap Yunmi tiba-tiba yang membuat Yewon langsung menoleh. Untung saja tadi Joongki songsaengnim ijin keluar sebentar, jadi Yunmi tidak mendapat teguran.
“Kau kenapa?,”tanya Yewon heran. Yunmi mencondongkan tubuhnya, membuat Yewon mendekat dan menajamkan pendengarannya.
“Aku lupa menanyakan padamu. Siapa pria yang mengantarmu tadi pagi?,”tanya Yunmi dengan suara pelan.
“Memang kenapa?,”Yewon balik bertanya.
“Karena aku tidak mengenal pria itu. Siapakah dia?,”tanya Yunmi.
“Seunghyun ssi,”jawab Yewon.
“Siapa dia? Pacarmukah? Dimana kalian bertemu? Dan sejak kapan kau pacaran dengannya? Bagaimana orangnya? Apakah tampan? Bagaimana sifatnya? Seriuskah? Atau lucu?,”tanya Yunmi bertubi-tubi. Yewon hanya menatapnya kesal, tetapi Yunmi balas menatapnya dengan tatapan polosnya. Yewon pun menghela napasnya sebelum menjawab. Karena jika tidak dijawab, Yunmi pasti akan terus mendesaknya.
“Aku bertemu dengannya kemarin, di taman. Dia bukan pacarku. Dia cukup tampan dan juga lucu,”jawab Yewon singkat menjawab semua pertanyaan Yunmi.
“Jangan bertanya lagi! Joongki songsaengnim sudah kembali,”ucap Yewon tepat pada saat Yunmi hendak membuka mulutnya untuk menanyakan pertanyaan lanjutan.

===========================

Yewon tiduran di sofa sambil menonton tv. Dia memeluk bantal berbentuk bibir dan memegangi perutnya.
“Tskk… Wonbin oppa kenapa belum pulang? Aku lapar sekali,”ucap Yewon seraya menatap jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 8. Yewon pun meraih ponselnya dan mendial no. Wonbin.
“Oppa, kenapa persediaan mie nya habis?,”ucap Yewon saat Wonbin baru saja menjawab panggilannya.
“Aishh.. Cepatlah pulang! Aku benar-benar lapar. Rasanya aku akan mati jika kau tidak cepat datang,”ucap Yewon kesal.
“Apa? Membeli keluar? Sirheo!!!,”ucap Yewon dan langsung memutuskan sambungan dua arah itu.

Satu jam kemudian Wonbin pulang dan Yewon langsung menolehkan kepalanya. Gadis itu saat ini tetap berbaring di sofa.
“Kau masih belum makan?,”tanya Wonbin dan Yewon menggelengkan kepalanya,”Aku lapar sekali.”
Wonbin pun kemudian berjalan menuju dapur dan mencuci tangannya, Yewon duduk di kursi meja makan, menatapnya.
“Oppa, mandi saja dulu. Aku masih bisa menunggu,”ucap Yewon.
“Tidak. Aku tidak mau membuat adikku mati kepalaran,”kelakar Wonbin sambil menotong sayuran.
“Aku mau ramyeon,”ucap Yewon.
“Tidak. Kau tidak boleh terlalu sering makan mie. Aku tau siang tadi Jonghoon membawakanmu pedagang jjangjjangmyun,”ucap Wonbin tetap fokus.
“Tskk… Kau kan tau aku ini memang pecinta mie,”ucap Yewon cemberut.
“Tapi tidak boleh terlalu sering, Yewon-a,”ucap Wonbin menoleh dan memberikan pengertian pada adiknya itu.
“Tskk.. Kau menyebalkan,”gerutu Yewon. Wonbin hanya tersenyum dan kembali memasak. Selang beberapa saat, Wonbin meletakkan masakan buatannya di hadapan Yewon.
“Kenapa sayur? Aku benci,”ucap Yewon mengerucutkan bibirnya.
“Kau ini harus banyak makan sayur agar badanmu tidak sekurus itu,”ucap Wonbin.
“Aku tidak kurus,oppa. Aku bahkan harus menurunkan berat badanku lagi,”ucap Yewon dengan terpaksa mulai mencicipi masakan buatan Wonbin.
“Menurunkan berat badanmu? Ya! Apa kau ingin anoreksia? Kau bahkan tidak mencapai berat badan ideal mu. Aku jamin berat badanmu tidak lebih dari 50. Anio. Tidak mencapai 50,”ucap Wonbin, tetapi Yewon hanya memasang wajah cemberut.
“Oppa, kau tidak sopan sekali membahas berat badan seorang wanita,”ucap Yewon.
“Seorang wanita? Memang kau seorang wanita?,”ucap Wonbin yang langsung disambut dengan tatapan tajam dari Yewon. Yewon kemudian kembali memakan makan malamnya dan Wonbin hanya tersenyum sambil memakan makan malamnya juga.

“Oiya,oppa. Kenapa Jonghoon oppa semakin hari kelakuannya semakin aneh? Orang itu benar-benar konyol sampai membawa penjual jjangjjangmyun ke sekolahku,”ucap Yewon beberapa saat kemudian sambil menaruh piring di bak cuci piring dan mulai mencucinya.
“Ntahlah, aku sendiri bingung dengan jalan pikirannya. Dia memang suka seperti itu. Aku heran kenapa appanya mewariskan perusahaan itu padanya. Untung saja tidak bangkrut,”ucap Wonbin mengeringkan piring yang sudah Yewon cuci.
“Tapi Yunmi juga sama saja. Cocoklah jika mereka berdua. Otak mereka sama-sama tidak beres,”ucap Yewon.
“Ya! Dia kan sahabatmu sendiri. Tapi harus kuakui kalau dia memang sedikit “ajaib” tapi setidaknya tidak separah Jonghoon,”ucap Wonbin mengakui dan mengerling menatap Yewon dan kemudian mereka berdua tertawa, menertawakan dua orang “ajaib” yang adalah sahabat mereka sendiri.

==========================

“Hatchiii…,”Yunmi dan Jonghoon bersin bersamaan. Mereka kemudian saling menatap.
“Kurasa ada yang membicarakan kita,”ucap Yunmi.
“Pasti Wonbin dan Yewon. Tskk… mereka itu,”tebak Jonghoon.
“Oppa,”ucap Yunmi tiba-tiba dan Jonghoon langsung menoleh.
“Aku sudah siap,”ucap Yunmi mantap.
“Siap apa?,”tanya Jonghoon bingung.
“Aku siap menjadi seorang wanita, bukan seorang anak-anak lagi,”jawab Yunmi.
“Maksudmu?,”tanya Jonghoon tidak mengerti dengan arah pembicaraan Yunmi. Yunmi menggigit bibir bawahnya dan menghela napasnya sebelum menjawab,”Tidurlah denganku, oppa!” Jonghoon langsung melotot mendengarnya.
“Ya!! Kau jangan gila, Yunmi-a! Apa kau mabuk?,”tanya Jonghoon seraya mengambil kaleng yang dipegang Yunmi dan memeriksanya, tetapi itu hanyalah sekaleng jus.
“Aku sadar, oppa! Aku hanya tidak ingin kau menganggapku sebagai anak-anak lagi. Walaupun jarak usia kita jauh, tapi aku ingin membuktikan padamu bahwa aku adalah seorang wanita,”ucap Yunmi tegas.
“Tidak, Yunmi-a. Aku tidak membutuhkan cara seperti itu. Kau adalah kekasihku dan aku tidak mungkin berpacaran denganmu jika aku menganggapmu adalah seorang anak-anak,”ucap Jonghoon tidak setuju dan Yunmi hanya cemberut mendengarnya.
“Apa kau tidak percaya kalau aku bisa memuaskanmu? Ayo kita ke hotel!!,”ucap Yunmi menarik tangan Jonghoon tetapi Jonghoon menahan tangannya. Pria itu memutar tubuh Yunmi hingga kembali menghadapnya dan menangkupkan telapak tangannya di pipi Yunmi.
“Dengar, kau jangan salah paham, Yunmi-a. Kau jangan berpikir bahwa orang berpacaran haruslah melakukan itu. Jujur, aku memang ingin, tapi aku tidak mau memaksamu. Dan walaupun kau mengatakan kau sudah siap, tapi aku yakin pasti masih ada keraguan di hatimu. Untuk itu, Yunmi-a. Aku menolak keinginanmu itu bukan karena aku tidak percaya padamu atau karena aku tidak mencintaimu, tapi aku melakukan itu untuk melindungimu. Aku tidak mau mengambil sesuatu yang paling berharga darimu jika kau sendiri nantinya akan menyesalinya. Aku tidak mau itu terjadi,”jelas Jonghoon. Yunmi terdiam dan menatap mata Jonghoon, mencari kebenaran dari sorot mata pria itu.
“Benarkah?,”tanya Yunmi sangsi.
“Tentu saja,”ucap Jonghoon tersenyum dan mengelus pipi Yunmi.
“Tapi aku tidak akan menolak untuk memberikanmu ciuman,”ucap Jonghoon dan langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Yunmi. Jonghoon sedikit tersentak saat Yunmi membuka mulutnya. Dengan ragu, Jonghoon menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Yunmi dan disambut oleh lidah Yunmi. Seketika badan Jonghoon memanas, gairah yang begitu besar meledak di dirinya. Dia tidak menyangka jika Yunmi akan melakukannya, membiarkannya memberikan ciuman seperti itu untuk pertama kalinya. Dan Jonghoon pun tidak menyangka bahwa ciuman Yunmi akan senikmat ini, bahkan Yunmi lah yang memimpin ciuman ini. Jonghoon segera melepaskan ciuman itu sebelum tubuhnya meminta lebih.
“Cukup, Yunmi-a. Jika tidak, aku pasti akan langsung menarikmu menuju hotel,”ucap Jonghoon yang disambut dengan senyuman Yunmi. Yunmi kemudian memeluk pria itu. Menghirup aroma tubuhnya. Aroma yang sangat disukainya.

===========TBC============

next chapter: 3|

Maaf lama update.
Ada banyak kendala.==
Semoga tetap menghibur!
Komen ya!!!:)

No comment, no more update!
Please leave comment.here is the tutorial:
1. click Post a Comment above the post.
2. choose the identity Name/URL
3. type the name (ex: Yewonnie) n type the url (ex: twitter.com/Yewonnie)
4. publish your comment

it is easy, right?so, please leave ur comment!!^^

 
 

Followers

My Update