Maaf lama update!*bow*
Banyak kendala.==”
Semoga tetap ada reader dan komentator setia.
Dan semoga chapter ini cukup memuaskan.:)
=====================
Yewon menghentikan langkahnya saat dia –merasa—bahwa dia melihat sosok Seunghyun sedang berdiri bersandar di tembok sekolahnya dan motornya berada di sisinya. Yewon yang merasa itu hanyalah ilusi akhirnya berlalu begitu saja dan Seunghyun sendiri yang saat itu memang sedang sibuk bermain dengan game di ponselnya tidak menyadari bahwa orang yang sedang ditunggunya berjalan melewatinya begitu saja. Tetapi beberapa detik kemudian Seunghyun mengangkat kepalanya karena dia melihat sepasang sepatu—dengan sepasang kaki—di depannya. Dilihatnya Yewon menatapnya dengan tatapan menyelidik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“Jadi kau benar Seunghyun ssi?,”ucap Yewon yang membuat Seunghyun mengernyitkan dahinya.
“Tentu saja. Memangnya kau pikir apa?,”tanya Seunghyun.
“Aku pikir aku hanya melihat ilusi,”jawab Yewon. Seunghyun tersenyum dan menegakkan tubuhnya seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku.
“Kenapa kau tidak memanggilku oppa?,”tanya Seunghyun memandang tajam mata Yewon, membuat gadis itu sedikit terenyak. Takut? Sayangnya tidak. Yewon merasakan aliran listrik yang ntah mengapa sepertinya terpancar dari sorot mata Seunghyun. Tetapi dia berspekulasi bahwa itu mungkin karena suhu udara yang mulai memasuki musim gugur.
“Aku hanya tidak merasa bahwa kau pantas dipanggil oppa,”ucap Yewon berani dan membuat kening pria di hadapannya berkerut.
“Hyung,”ucap Seunghyun kemudian yang membuat Yewon langsung menampakkan wajah bingung.
“Kau panggil aku hyung saja, karena setelah dipikir-pikir, kau tidak pantas memanggilku oppa,”ucap Seunghyun memperhatikan Yewon dari ujung rambut sampai ujung kaki,lalu memakaikan helm di kepala gadis itu.
“Apa maksudmu?,”tanya Yewon dengan nada suara tinggi. Tetapi Seunghyun tidak menghiraukannya dan tersenyum seraya menstarter motornya.
“Naiklah!,”perintah Seunghyun.
“Ya! Jawab dulu pertanyaanku!,”ucap Yewon kesal.
“Naiklah dulu!,”ucap Seunghyun tidak mau kalah. Yewon akhirnya hanya merengut dan naik ke atas motor.
“Aku tidak mau memelukmu!,”ucap Yewon tegas.
“Terserah saja,”ucap Seunghyun tersenyum jenaka kemudian melajukan motornya dan dengan refleks Yewon memeluk pinggangnya.
“Sepertinya tadi aku mendengar ada orang yang berkata tidak mau memelukku!,”ucap Seunghyun berteriak untuk melawan deru angin di sekitar mereka. Yewon hanya mengerucutkan bibirnya dan tetap menenggelamkan kepalanya di punggung Seunghyun. Ntah kenapa selama sebulan perkenalan mereka Seunghyun semakin hari semakin menyebalkan. Ntah kenapa pria itu senang sekali menggodanya, membuatnya marah dan bahkan tak jarang membuatnya malu.
Seunghyun menghentikan motornya dan Yewon langsung mengangkat kepalanya. Dia menatap sekeliling dan menyadari bahwa kini mereka telah berada di depan sebuah gereja kecil. Yewon yang walaupun masih bingung dengan maksud Seunghyun membawanya kesini,tetap turun dari motor dan melepas helmnya. Seunghyun mengambil helm di tangan Yewon saat gadis itu memperhatikan sekelilingnya.
“Kkaja!,”ajak Seunghyun yang langsung menggandengn tangannya. Hal ini sudah biasa dilakukan pria itu sejak seminggu perkenalan mereka. Seunghyun sepertinya biasa saja menggenggam tangan Yewon seperti itu, tetapi berbeda dengan Yewon, dia benar-benar merasa gugup tiap kali Seunghyun menggenggam tangannya dan ntah kenapa jantungnya langsung berdetak dengan cepat. Seunghyun membuka pintu gereja dan menarik Yewon masuk. Yewon masih saja bingung dengan maksud pria itu mengajaknya kesini, tetapi dia sama sekali tidak membuka suara untuk menanyakannya. Dan akhirnya, Seunghyun menghentikan langkahnya tepat di depan altar, dia menoleh menatap Yewon yang kini masih mengamati gereja itu.
“Ya!,”panggil Seunghyun yang langsung membuat Yewon menoleh cepat dan Yewon sungguh menyesal telah melakukan itu, kini wajahnya dengan Seunghyun sangatlah dekat, mungkin seandainya dia menggerakkan sedikit wajahnya, bibirnya maka akan bertemu dengan pria itu. tapi untungnya Seunghyun menolehkan kepalanya kembali menatap altar dan Yewon langsung bernapas lega karena sebenarnya tadi dia menahan napasnya.
“Apa kau tidak penasaran kenapa aku mengajakmu kesini?,”tanya Seunghyun.
“Tentu saja. Hanya saja... aku tidak mau bertanya karena pasti jawaban aneh dan membingungkan yang akan aku dapatkan,”jawab Yewon dan Seunghyun tersenyum, mencoba menahan diri untuk tidak tertawa karena ucapan Yewon.
“Ahh... Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau tadi menyuruhku memanggilmu hyung? Bukankah sejak sebulan lalu kau terus memaksaku memanggilmu oppa?,”tanya Yewon kemudian. Seunghyun menolehkan kepalanya dan memutar bola matanya.
“Apa kau tidak sadar?,”tanya Seunghyun.
“Apa?,”tanya Yewon bingung.
“Kau itu tidak seperti wanita, Yewon-a,”ucap Seunghyun yang langsung membuat Yewon berteriak marah, tetapi kemudian gadis itu membungkam mulutnya sendiri saat dia sadar dimana dia berada saat ini.
“Ntahlah, aku hanya merasa bahwa kau seperti laki-laki di mataku,”jawab Seunghyun.
“Aku wanita,”ucap Yewon lemah dan menundukkan wajahnya. Ucapan Seunghyun tadi rasanya seperti ada sebuah truk menabrak tubuhnya. Seunghyun diam-diam tersenyum menatap ekspresi Yewon.
“Ya! Apa kau tidak mau berdoa?,”tanya Seunghyun.
“Ne?,”tanya Yewon bingung.
“Tskkk... Memang kau pikir aku mengajakmu kesini untuk apa?,”tanya Seunghyun. Yewon bukannya berdoa, tetapi justru berjalan menuju kursi dan duduk di sana.
“Aku atheis,”jawab gadis itu.
“Ne?,”tanya Seunghyun kaget.
“Semenjak umma dan appa meninggal,aku memutuskan untuk menjadi atheis,”jawab Yewon menatap ujung sepatunya. Seunghyun berjalan menghampirinya dan duduk di sampingnya.
“Apa kau menyalahkan Tuhan atas kematian kedua orang tuamu?,”tanya Seunghyun dan Yewon langsung menatapnya.
“Ntahlah. Apakah kau sudah selesai? Ayo kita ke tempat lain!,”ucap Yewon yang langsung berdiri.
=============================
“Hyung,belikan aku es krim!,”pinta Yewon menoleh pada Seunghyun dan pria itu balas menatapnya dengan tatapan kaget.
“Kau benar-benar memanggilku hyung?,”tanya Seunghyun.
“Bukankah tadi kau yang menyuruhku?,”Yewon balas bertanya.
“Kupikir kau tidak akan menurut. Aishh~~ kau menyebalkan sekali. Saat aku menyuruhmu memanggilku oppa,kau tidak mau,”ucap Seunghyun.
“Maaf saja. Aku hanya memanggil oppa kepada pria-pria yang dekat denganku dan juga untuk pacarku kelak,”jawab Yewon lalu berjalan masuk ke toko es krim dan Seunghyun mengikutinya.
“Jadi aku harus menjadi pacarmu dulu baru kau mau memanggilku oppa?,”tanya Seunghyun seraya memberikan uang bayaran kepada kasir. Yewon memutar bola matanya.
“Apa kau itu homo?,”tanya Yewon yang langsung membuat Seunghyun mematung.
“Kau tadi mengatakan bahwa di matamu aku adalah laki-laki, tapi kenapa sekarang tiba-tiba kau mengatakan ingin menjadi pacarku? Bukankah itu sangat aneh?,”ucap Yewon menatap Seunghyun yang masih mematung, tetapi beberapa detik kemudian pria itu tersadar dan memandang Yewon marah, tapi lucu bagi Yewon.
“Tskkk... Tidak sopan,”ucap Seunghyun lalu pergi dari sana.
“Justru kau yang tidak sopan karena menyebutku bukan wanita,”gerutu Yewon.
“Terima kasih untuk hari ini!,”ucap Seunghyun saat mengantar Yewon pulang. Yewon mengernyitkan keningnya mendengar ucapan itu.
“Kenapa tiba-tiba? Tidak biasanya kau begitu,”ucap Yewon seraya menyerahkan helmnya. Seunghyun hanya tersenyum.
“Kurasa kita tidak akan bertemu untuk waktu yang lama. Jadi kuharap kau jangan merindukanku,”ucap Seunghyun yang langsung mendapat pertanyaan dari gadis itu. Seunghyun tidak menjawab dan turun dari motornya dan menatap Yewon,lagi-lagi tubuh Yewon bergetar merasakan sengatan arus listrik yang berasal dari tatapan Seunghyun. Seunghyun mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Yewon dengan jemarinya, membuat Yewon menahan napasnya menerima sentuhan itu. Dan tanpa pernah dia duga sebelumnya, Seunghyun menundukkan wajahnya dan menyatukan bibir mereka. Yewon hanya bisa membelalakkan matanya menerima itu, tetapi tidak bisa menolaknya. Rasanya tubuh dan otaknya terpisah. Tubuhnya tidak bisa menerima perintah otaknya untuk mendorong tubuh Seunghyun, sebaliknya dia justru memejamkan matanya dan tangannya terangkat ke atas, menyentuh bahu pria itu. Seunghyun sedikit kaget saat menerima reaksi Yewon, tetapi sentuhan jemari gadis itu di bahunya benar-benar membangkitkan hasratnya yang selama ini terpendam. Seunghyun pun menjauhkan tangannya dari pipi Yewon dan beralih merengkuh pinggang gadis itu dan mendekatkan tubuh mereka berdua. Yewon benar-benar sudah kehilangan akal, ciuman Seunghyun seakan-akan menghipnotisnya dan tanpa diduga dia membalas ciuman pria itu. Dia sendiri tidak mengerti mengapa dia bisa melakukannya, tetapi Seunghyun yang menerima reaksi seperti itu benar-benar sudah tidak peduli dan kehilangan akalnya. Dia semakin dalam mengulum bibir Yewon dan menjelajahi rongga mulut gadis itu, tidak peduli bahwa Yewon hampir kehabisan napas. Yewon sebisa mungkin berusaha menjauh sedikit untuk mengambil napas, tetapi Seunghyun dengan cepat kembali membungkam mulutnya. Seunghyun akhirnya mengendalikan dirinya, karena dia tau titik limitnya tinggal sedikit lagi. Dia kemudian mejauhkan bibirnya dari bibir Yewon dan meregangkan pelukan mereka. Yewon pun perlahan membuka matanya dan menatap Seunghyun yang kini tersenyum menatapnya dan kembali mengelus pipinya yang dirasanya pasti sudah memerah.
“Mungkin aku sudah gila, tapi ucapanmu tadi benar,”ucap Seunghyun dan Yewon tetap terdiam atau mungkin bisa dikatakan mematung.
“Mungkin aku memang aneh karena menyukai seorang ‘laki-laki’. Tapi itulah kenyataannya,”ucap Seunghyun dan kali ini Yewon benar-benar menahan napasnya saat tangan Seunghyun menyentuh lehernya.
“Kau tau,”ucap Seunghyun kembali mengelus pipi Yewon.
“Aku sebenarnya sudah putus asa untuk mendapatkanmu karena kau tidak pernah mau memanggilku oppa. Tetapi mendengar pernyataanmu tadi, aku kembali bersemangat untuk mendapatkanmu,”ucap Seunghyun dan kini tangannya berhenti menyentuh pipi Yewon dan menatap mata gadis itu.
“Kurasa aku sudah tidak perlu bertanya ‘apakah kau mau menjadi kekasihku?’ karena kurasa... aku sudah tau jawabannya,”ucap Seunghyun dengan senyuman yang benar-benar membuat Yewon tidak mampu berdiri dan untungnya Seunghyun dengan sigap memegang tubuh Yewon. Seunghyun tertawa melihatnya.
“Baiklah, kurasa aku sudah cukup. Aku tidak mau membuatmu menjadi patung atau mungkin... kepiting rebus?,”goda Seunghyun. Seunghyun kembali menyentuh pipi Yewon, kali ini menangkup wajah itu dengan kedua tangannya.
“Tapi aku benar-benar harus pergi, Yewon-a. Aku tidak tau berapa lama. Bisakah kau menungguku?,”tanya Seunghyun dan Yewon hanya terdiam, tetap mematung. Seunghyun tertawa pelan.
“Kurasa ini akan membantu mengembalikan kesadaranmu,”ucap Seunghyun sesaat sebelum mengecup bibir Yewon dan benar saja, Yewon seolah langsung tersadar dan mengerjapkan matanya membuat Seunghyun tidak kuasa menahan tawanya.
“Kau memang benar-benar gadis SMA biasa, Yewon-a,”ucap Seunghyun.
“Kau tidak usah malu seperti itu. dan kurasa... mulai detik ini kau harus membiasakan diri karena aku akan lebih sering melakukan kontak fisik denganmu,”ucap Seunghyun.
“Kau mau kemana?,”tanya Yewon akhirnya.
“Oppa,”ucap Seunghyun.
“Ne?,”tanya Yewon.
“Kau melupakan itu, jagiya. Bukankah kau mengatakan akan memanggil pacarmu dengan sebutan oppa? Dan kurasa aku sudah menjadi pacarmu,”jawab Seunghyun yang langsung membuat wajah Yewon kembali bersemu. Seunghyun hanya tersenyum menatapnya, pacarnya ini benar-benar lucu.
“Aku harus mempersiapkan skripsiku dan kurasa aku harus fokus, jadi kupikir aku akan mengurung diri di kamarku,”ucap Seunghyun.
“Tapi... karena kau kekasihku, kau boleh datang menggangguku,”ucap Seunghyun lagi lalu menyerahkan sebuah kunci ke dalam genggaman Yewon. Yewon menatap telapak tangannya dan disana selain kunci ternyata terdapat sebuah kertas.
“Alamat rumahku. Kau datang saja kalau merindukanku. Atau... Datanglah saat aku memintamu untuk datang,”jelas Seunghyun.
“Tskkk... Benar-benar menyebalkan. Kenapa aku harus punya kekasih di waktu seperti ini? Aishh... Seharusnya aku bertemu denganmu lebih cepat,”ucap Seunghyun merutuki nasib
=======================================
“Kau dari mana saja?,”tanya Wonbin yang tengah duduk di ruang tamu saat dilihatnya adiknya itu masuk. Yewon menghampiri Wonbin dengan wajah berbinar.
“Oppa, akhirnya aku merasakan ciuman!!,”ucap Yewon bahagia dan menutup wajahnya malu. Wonbin yang mendengarnya hanya tertegun.
“Dengan siapa?,”tanya Wonbin kaku.
“Tentu saja pacarku!,”jawab Yewon. “Tskk... badanku lengket semua. Aku mandi dulu,oppa. Dan.. nanti aku mau makan ramyeon. Buatkan untukku,oppa!,”ucap Yewon dengan senyum manisnya sebelum Wonbin berhasil mencerna ucapan Yewon sebelumnya. Dan akhirnya, Wonbin mengerti maksud dari ucapan itu dan hanya bisa mengusap wajahnya kemudian melangkah ke dapur, mewujudkan permintaan adiknya itu.
“Tskk... takdir memang menyebalkan,”gerutu Wonbin.
“Yewon-a, kurasa tidak sopan jika kau tidak memperkenalkan pacarmu padaku,”ucap Wonbin menatap Yewon yang tengah melahap ramyeonnya.
“Memangnya oppa benar-benar tidak tau siapa dia?,”tanya Yewon.
“Tentu saja. Kau sama sekali tidak pernah mengatakan apapun tentang pria itu padaku,”jawab Wonbin.
“Maaf! Aku sendiri saja tidak pernah berpikir akan menjalin hubungan dengannya,”ucap Yewon.
“Tapi,oppa. Aku tidak bisa mempertemukan kalian dalam waktu dekat. Dia sedang disibukkan dengan skripsinya,”ucap Yewon lagi.
“Jadi dia lebih tua darimu?,”tanya Wonbin.
“Iya, kurasa... dia dua tahun lebih muda darimu,”jawab Yewon.
“Aku percaya dia pria yang baik,”ucap Wonbin.
“Tentu saja. Memang aku akan memacari pria yang tidak baik?,”ucap Yewon sedikit tersinggung.
“Lalu... bagaimana ciumannya?,”tanya Wonbin langsung yang membuat Yewon tersedak dan buru-buru minum. Mata gadis itu terlihat berair karena tersedak kuah ramyeon yang pedas.
“Oppa! Kenapa menanyakan hal seperti itu?,”tanya Yewon dengan wajah merona. Wonbin benar-benar memaksakan senyumnya. Dia tidak yakin bahwa hatinya tetap berbentuk dengan utuh melihat wajah Yewon yang merona seperti itu. Rasanya sakit sekali membayangkan bahwa tubuh yang sejak dulu diidamkannya itu kini sudah tersentuh oleh seorang pria, walaupun hanya sebagian saja dan sungguh dia tidak bisa membayangkan jika tubuh itu, seluruhnya, disentuh oleh pria lain.
“Aku hanya ingin tau saja,”jawab Wonbin.
“Tskk... Itu privasiku,”ucap Yewon kembali memakan ramyeonnya.
“Kau juga harus fokus ke ujianmu, Yewon-a. Bukankah itu sudah di depan mata?,”saran Wonbin.
“Kau tenang saja, oppa,”ucap Yewon dengan eye-smile nya. Wonbin hanya terdiam dan menatap Yewon yang tengah makan lalu tanpa melepaskan pandangannya, mengikuti tiap gerakan gadis itu. Menatap Yewon yang berdiri, menuju bak cuci piring dan mencuci piring dan bahkan tatapannya tidak lepas saat gadis itu berjalan menuju kulkas dan mengambil buah apel lalu kembali duduk di hadapannya.
“Oppa, apakah kau tidak mau memberikan nasihat atau peringatan yang lain padaku?,”tanya Yewon. Wonbin mengetuk-ngetukkan jarinya di meja seraya berpikir.
“Ahhh... jangan melakukan sex tanpa pengaman,”ucapnya dan dia benar-benar menyesali ucapannya. Astaga!!! Bukankah itu sama saja dengan membiarkan Yewon melakukan sex sebelum menikah? Tskkkk...
“Kau tenang saja,”ucap Yewon seraya tersenyum dan kemudian berdiri mengambil segelas air.
“Dan kurasa aku atau kami tidak akan melakukannya. Oppa, aku ke kamar dulu. Selamat tidur!,”ucap Yewon lalu pergi.
“Wonbin-a, kau benar-benar kakak yang gagal dan sekaligus pria yang bodoh,”ucapnya pada diri sendiri.
=======================TBC=======================
next chapter: 4
No comment, no more update!
Please leave comment.here is the tutorial:
1. click Post a Comment above the post.
2. choose the identity Name/URL
3. type the name (ex: Yewonnie) n type the url (ex: twitter.com/Yewonnie)
4. publish your comment
it is easy, right?so, please leave ur comment!!^^