“Yewon-a,apa kau sudah bertemu lagi dengan Seunghyun-ssi?,”tanya Yunmi pada Yewon yang kini tengah berkutat dengan soal-soal matematika.
“Tidak. Sudah satu bulan kami tidak bertemu,kurasa,”jawab Yewon seolah tidak peduli.
“Jadi... Kalian terakhir kali bertemu saat dia menyatakan cinta padamu?,”tanya Yunmi dan Yewon mengangguk seraya menggumamkan kata-kata,”Soal-soal ini menyebalkan sekali.”
“Bukankah kau punya kunci apartemennya?,”tanya Yunmi terus mencecar Yewon dengan pertanyaan-pertanyaan lain.
“Ya, tapi aku tidak tau dimana tempatnya, walaupun dia memberiku alamatnya,”jawab Yewon.
“Dan dia tidak menghubungimu?,”tanya Yunmi tidak percaya.
“Tidak, bukankah sudah kubilang bahwa dia sibuk dengan skripsinya?,”ucap Yewon kini menatap Yunmi.
“Sudahlah,kau jangan mengganggu,”ucap Yewon kemudian kembali berkutat dengan soalnya. Yunmi hanya merengut dan akhirnya memutuskan untuk menjauh. Dia tau sekali tabiat Yewon,jika gadis itu sedang serius, ada gangguan sedikit saja pasti akan mengamuk. Yunmi pun menuruni tangga menuju kelas, meninggalkan Yewon sendirian di atap sekolah. Tidak ada pelajaran sejak seminggu terakhir, hanya ada ujian-ujian praktek. Dan Yewon, seperti biasa, melewatkan jam olah raga. Mungkin sampai kapanpun itu akan menjadi hal yang paling dibencinya, setelah menunggu dan memasak tentunya. Yewon menutup bukunya dan menatap langit.
“Kurasa Yunmi benar. Kenapa Seunghyun oppa tidak mengubungiku? Haruskah aku yang menemuinya? Tapi aku tidak tau tempat itu,”gumam Yewon seraya berpikir.
“Yunmi-a, kurasa aku akan menemui Seunghyun oppa. Maukah kau mengantarku?,”tanya Yewon.
“Maaf, aku tidak bisa, Yewon-a. Umma menyuruhku belajar. Kau tau kan bagaimana umma?,”tolak Yunmi terpaksa.
“Hmmphh... Aku punya prasangka buruk, Yunmi-a,”ucap Yewon menopangkan dagunya di meja. Yunmi menatapnya.
“Kurasa Seunghyun oppa mempermainkanku. Dia bahkan tidak pernah menjawab telponku,”ucap Yewon dan membuat Yunmi membelalakkan matanya.
“Benarkah? Ya! Kenapa begitu? Apa dia sebegitu sibuknya sampai tidak bisa mengangkat telepon?,”tanya Yunmi kesal.
“Ntahlah. Kurasa... Semua sudah berakhir,”ucap Yewon kini membenamkan wajahnya di meja.
“Tenanglah, jangan berpikiran buruk dulu. Kau harus bertanya langsung padanya. Kurasa nanti kau benar-benar harus menemuinya, tanpa aku tentu saja,”ucap Yunmi menyarankan.
=============================
Yewon kini berdiri di depan sebuah pintu dan berkali-kali menyocokkannya dengan tulisan yang ada di kertas.
“Sepertinya memang ini,”ucap Yewon lalu memencet bel. Gadis itu menunggu, tetapi tidak ada reaksi apapun. Tidak ada suara langkah kaki dari dalam ataupun teriakan. Yewon akhirnya bersandar di tembok dan menatap sekeliling. Beberapa orang melewatinya dan Yewon membungkuk sopan. Semua tentu saja heran melihat seorang gadis—yang masih memakai seragam SMA—berdiri di depan sebuah pintu apartemen sejak tiga jam terakhir. Yewon akhirnya memutuskan untuk berjongkok dan untuk kesekian kalinya menghubungi Seunghyun, terhubung tetapi tidak diangkat. Yewon akhirnya benar-benar pasrah dan diam saja di depan pintu itu dengan wajah menelungkup di lututnya. Dia akan menunggu. Ya, dia pasti akan menunggu. Tidak peduli harus sampai jam berapa.
“Jagya...,”sebuah suara terkejut terdengar dan Yewon mengangkat kepalanya.
“Oh? Jadi benar kau,”ucap Seunghyun berjalan mendekatinya.
“Kau sedang apa disini?,”tanya Seunghyun membantu Yewon berdiri dan gadis itu langsung terhuyung.
“Kakiku kram,”ucap Yewon.
“Tentu saja. Sudah berapa lama kau dalam posisi seperti itu?,”tanya Seunghyun memegangi Yewon dan mencoba membuka pintu apartemennya.
“Kau dari mana,oppa?,”tanya Yewon menyadari bahwa Seunghyun membawa beberapa tas besar.
“Aku baru pulang dari Jeju untuk menyelesaikan tugas skripsiku,”jawab Seunghyun lalu melepas jaketnya.
“Aku mandi dulu, jagya,”ucap Seunghyun langsung berlalu ke sebuah pintu, yang Yewon terka adalah kamar mandi. Yewon menatap sekelilingnya, apartemen Seunghyun biasa saja. Dapur dan ruang tamu seolah menjadi satu dan hanya terdapat satu ruangan—yang sepertinya adalah kamar—dan satu ruangan lain—yang sepertinya adalah kamar mandi. Mata Yewon tertuju pada sesuatu di atas kulkas. Dia mendekatinya dan ternyata dugaannya benar.
“Tskk... ternyata dia tidak membawa ponselnya. Pantas saja,”ucap Yewon seraya menatap ponsel itu dan melihat 500 panggilan tak terjawab dan juga 50 sms yang tidak lain dari no.nya sendiri. Yewon hendak menghapus semua itu—sebelum Seunghyun melihatnya—tetapi terlambat, pria tampan itu ternyata sudah berada di belakangnya—tanpa dia sadari—dan mengambil ponselnya dari tangan Yewon. Senyuman langsung tersungging di bibir pria itu tatkala dia melihat apa yang terpampang di layar ponselnya.
“Ternyata kau sangat merindukanku,”ucap Seunghyun dan Yewon langsung memalingkan wajahnya dan kembali ke ruang tamu, menyembunyikan wajahnya yang merona. Seunghyun mengikutinya dan masih tersenyum menatap layar ponselnya.
“Oppa,kau sedang apa?”
“Oppa, kau tau. Aku benar-benar pusing.”
“Oppa, kenapa tidak membalas pesanku?” Seunghyun terus membaca satu persatu pesan yang Yewon kirim padanya dan sesekali mengerling pada Yewon, mencoba menggoda gadis itu.
“Hentikan! Menyebalkan,”ucap Yewon kesal sebelum Seunghyun benar-benar membacakan semua sms yang dikirimnya. Seunghyun pun akhirnya memutuskan untuk membungkam mulutnya, tetapi dia tetap membaca semua sms itu dengan senyuman mengembang di wajahnya. Yewon yang tidak mau ambil pusing pun akhirnya meraih remote tv dan menyalakan tv yang ada di hadapannya. Dia berkali-kali memutar bola matanya saat dilihatnya Seunghyun masih terus saja menatap ponselnya. Dia benar-benar menyesal telah mengirimkan semua sms bodoh itu. Yewon terkesiap saat merasakan ada tangan yang memeluk pinggulnya dan sesuatu yang halus—dan Yewon tau apa itu—menyentuh tengkuknya. Yewon memutuskan untuk diam saja atau lebih tepatnya bernapas dengan senormal mungkin saat Seunghyun akhirnya memutuskan untuk berhenti dan menyandarkan kepalanya di bahu Yewon.
“Kenapa ponselmu bisa tertinggal? Apa kau sengaja melakukan itu?,”tanya Yewon yang langsung membuat Seunghyun mengangkat kepalanya dan menatapnya, Yewon tetap bergeming menatap ke depan ke layar tv yang sebenarnya sama sekali tidak dia perhatikan.
“Aku benar-benar lupa,”ucap Seunghyun.
“Tsskkk.. tidak mungkin. Kau pasti sengaja melakukan itu dan menjadikannya sebagai asumsi,”ucap Yewon terdengar meremehkan.
“Aku jujur, Yewon-a. Dan untuk apa aku melakukan itu? Apa kau tidak tau betapa aku tersiksa sebulan tanpa alat komunikasi? Memang kau pikir aku tidak merindukanmu?,”ucap Seunghyun membela diri. Kalau saja dirinya tidak terlanjur kesal, mungkin dia akan luluh mendengar ucapan Seunghyun, tapi sayangnya itu tidak mempan.
“Percayalah padaku, jagya!,”rayu Seunghyun kini menggenggam tangan Yewon. Yewon tau sekali bahwa kini Seunghyun tengah menatapnya dan jujur saja dia tidak berani balas menatap pria itu karena dia tau, dia pasti akan langsung luluh jika menatap kedua bola mata itu.
“Sudahlah, aku mau pulang. Sudah malam,”ucap Yewon mengalihkan pembicaraan seraya berdiri.
“Kau bahkan belum makan malam,”ucap Seunghyun menahan tangan Yewon, mengenggamnya.
“Dan aku tidak yakin bahwa disini ada makanan,”ucap Yewon menghempaskan tangan Seunghyun dan menyambar tasnya.
“Kita makan di luar kalau begitu,”ucap Seunghyun kemudian kembali menggenggam tangan Yewon dan kini mendahului gadis itu. Dia tidak suka jika akhir dari pertemuan ini menjadi sangat menjengkelkan. Yewon hanya diam saja dan menatap Seunghyun yang tengah mengunci pintu lalu tetap pasrah saat Seunghyun menuntunnya.
============================
“Kau mau makan apa?,”tanya Seunghyun berusaha mencairkan suasana, karena sejak mereka keluar dari apartemen—15 menit yang lalu—dan menyusuri jalanan untuk mencari makanan, Yewon benar-benar bungkam. Tidak mengucapkan sepatah katapun. Seunghyun menoleh dan menatap wajah Yewon yang mengeras dengan ekspresi kesal di wajahnya. Dia menghembuskan napas, pasrah dengan sikap Yewon saat ini. Ternyata begini jika gadis itu sedang marah.
“Aku langsung pulang saja,”ucap Yewon melepaskan tangan Seunghyun kemudian berjalan menjauh dan Seunghyun dengan sigap menarik tangan Yewon saat gadis itu hampir saja terserempet mobil. Yewon terdiam, Seunghyun kini memeluknya dari belakang. Dia sedikit terkesiap saat Seunghyun menariknya seperti itu dan dia hampir saja membentak pria itu jika dia tidak tau bahwa Seunghyun sudah menyelamatkannya.
“Kumohon jangan seperti ini,”ucap Seunghyun tepat di telinga Yewon dan tetap memeluk gadis itu dari belakang. Yewon menelan ludahnya gugup. Tubuhnya kini benar-benar terasa hangat saat menempel dengan tubuh Seunghyun, dan dia merasa bahwa sensasi ini lebih menyenangkan atau…menggairahkan?dibanding sensasi ciuman yang dulu pernah dia rasakan. Dan untung saja, Seunghyun segera melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuhnya, membuat Yewon menatapnya dan Yewon kesal sekali kenapa dia akhirnya menatap mata itu, mata yang benar-benar mampu membuatnya terpana dan lagi-lagi, dia diam mematung. Seunghyun tersenyum di depannya.
“Kurasa aku harus membiasakanmu dengan skinship. Aku tidak mau kau terus-terusan berubah menjadi patung tiap kali aku menyentuhmu,”ucap Seunghyun tergelak dan memutuskan untuk meraih jemari Yewon kembali dan menuntunnya dan Yewon benar-benar lega saat akhirnya matanya tidak bertatapan lagi dengan mata itu. Seunghyun benar-benar menyebalkan, dia bahkan tidak menyadari bahwa tatapan matanyalah yang telah membuatnya membeku.
Seunghyun menatap Yewon yang kini tengah melahap jjangjjangmyunnya. Dia benar-benar tidak habis pikir bahwa di dunia ini ada orang yang sangat-sangat menyukai jjangjjangmyun dan bahkan sanggup menghabiskan lebih dari satu porsi.
“Jagya, aku suka gadis yang sexy dan memiliki tubuh bagus. Untuk itu, tetap jagalah tubuhmu,”ucap Seunghyun dan Yewon langsung menatapnya.
“Jadi kau menyuruhku untuk berdiet?,”tanya Yewon.
“Tidak bisa dikatakan begitu juga. Hanya saja…tolong jaga bentuk tubuhmu,”jawab Seunghyun dan Yewon mencibir.
“Jadi kalau tiba-tiba aku menjadi gemuk,kau akan meninggalkanku? Begitu?,”tanya Yewon dan Seunghyun hanya tertawa seraya menggelengkan kepalanya lalu meminum air di sampingnya.
“Aku hanya ingin punya pacar yang sexy. Apakah itu salah?,”tanya Seunghyun.
“Tapi aku sama sekali tidak sexy dan kuharap kau segera mencari yang lain,”ucap Yewon kembali melahap jjangjjangmyunnya. Seunghyun tau sekali bahwa amarah gadis itu mulai terpancing—lagi—jadi diapun akhirnya memutuskan untuk diam saja. Tidak sexy? Tskkk… apakah gadis di depannya ini buta? Tidak menyadari bentuk tubuhnya sendiri? Tskkk… Pria manapun yang melihatnya pasti akan langsung mengatakan bahwa Yewon sexy tanpa perlu mengenakan pakaian terbuka. Dengan seragam sekolah saja gadis itu terlihat sempurna bagaimana jika dengan pakaian terbuka atau… Seunghyun langsung menggelengkan kepalanya dan kembali meminum airnya sebelum pikiran kotor itu terus berlanjut.
“Aku masih mau,”ucap Yewon membuat Seunghyun tersadar dari pikiran vulgarnya.
“Apa? Ya! Kau sudah memakan dua porsi jjangjjangmyun. Tidak, tidak boleh. Ayo kita pergi!,”tolak Seunghyun tegas dan menarik tangan Yewon, membuat gadis itu mengerut sebal.
“Kalau begitu belikan aku es krim sebagai hidangan penutup,”pinta Yewon saat mereka berjalan keluar.
“Tidak. Buah saja,”tolak Seunghyun—lagi—dan Yewon langsung meninju pelan bahu pria itu membuat Seunghyun menoleh dan melihat tatapan mengancam dari mata Yewon.
“Baiklah,”ucap Seunghyun akhirnya dan Yewon langsung tersenyum senang seraya bergelayut di lengan Seunghyun.
==============TBC==============
NO COMMENT NO MORE UPDATE!!!!
Please leave comment.here is the tutorial:
1. click Post a Comment above the post.
2. choose the identity Name/URL
3. type the name (ex: Yewonnie) n type the url (ex: twitter.com/Yewonnie)
4. publish your comment
it is easy, right?so, please leave ur comment!!^^