TITLE: I DON'T KNOW WHY
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: PG-15/Straight
CASTS:
- Han Ye Won
- Kim Soo Yoon (Drummer of Royal Pirates)
- Kim Myoung Jae (Korean ulzzang boy)
Sooyoon menatap gadis di hadapanya dengan sedih. Gadis manis yang sudah sebulan terakhir tidak mengeluarkan suaranya. Gadis yang hanya diam dengan tenang. Gadis yang sangat dicintainya. Ya, Han Yewon. Dia sangat mencintai gadis itu. hanya saja... gadis itu tidak membalas cintanya dan menYukai pria lain. Pria yang menurutnya tidak lebih baik dari dirinya. Masih segar diingatannya saat 2 bulan lalu Yewon masuk ke kamarnya dengan wajah berseri. Gadis itu mengatakan bahwa Choi Shi Won, kekasihnya selama 4 tahun terakhir telah melamarnya. Gadis itu menceritakan semuanya dengan wajah berseri dan mata berbinar. Tentu saja dirinya sedih saat mendengar berita itu. Menyadari bahwa dirinya sudah tidak bisa berharap lagi untuk dapat memiliki gadis itu. Tetapi senyum ceria dan wajah berseri yang Yewon tunjukkan membuatnya merasa sedikit bahagia, karena setidaknya Yewon merasa bahagia. Tetapi sebulan lalu sebuah mimpi buruk datang. Tepat di hari pernikahannya, seorang gadis cantik datang menemui Yewon dan menangis. Gadis itu mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung anak Shiwon. Yewon hanya bisa mematung mendengar ucapan gadis itu. Tentu saja awalnya dia dan kami semua tidak percaya sepenuhnya. Hanya saja, saat Shiwon datang, pria itu membenarkan perkataan gadis itu. Berkali-kali pria itu meminta maaf pada Yewon bahkan berlutut di kakinya. Yewon seperti tidak peduli dan langsung menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Saat itu tak seorang pun menyangka Yewon akan berubah seperti ini. Seperti gadis bisu. Ya, Yewon sama sekali tidak mengeluarkan suaranya sejak peristiwa itu. Sinar matanya yang selalu berbinar pun meredup, seolah tidak ada lagi kebahagiaan terpancar di dalamnya. Gadis itu hanya mengangguk atau menggeleng setiap kali diajak berbicara, bahkan tidak jarang Yewon hanya diam dan menatap lawan bicaranya. Sooyoon sakit melihat gadis yang paling dicintainya seperti itu. Dia tentu saja sudah berupaya, tetapi apa daya, Yewon tidak mempunyai keinginan untuk kembali seperti semula. Sehingga semua upaya pengobatan yang telah dilakukanpun tidak bermanfaat. Gadis itu tetap sama, diam seribu bahasa. Sooyoon sangat rindu dengan suara Yewon. Suara yang dulu selalu dia anggap mengganggu karena setiap pagi Yewon pasti akan berteriak membangunkannya. Tetapi suara itu bagai alarm terindah yang pernah dia dengar. Sooyoon masih ingat dengan jelas suara merdu Yewon saat mendendangkan lagu dan gadis itu akan terdiam saat menyadari bahwa dirinya memperhatikannya dan mendengarkan suaranya. Yewon pun tidak jarang mengomelinya jika ia bekerja sampai lupa makan atau pulang telat. Gadis itu pasti akan mengomel panjang lebar sampai dia menuruti semua perkataannya. Dia rindu dengan kecerewetan Yewon. Dia sudah terbiasa mendengar semua itu. tetapi sekarang rumah ini menjadi sepi. Tidak ada lagi suara Yewon yang berteriak membangunkannya, mengomelinya ataupun alunan lagu lembut dari bibirnya. Sooyoon rindu semua itu. Dia sangat merindukannya. Ingin rasanya dia bisa mendengarkan keluh kesah Yewon dan kesedihannya. Mungkin akan lebih baik baginya jika Yewon bercerita padanya dan menangis di hadapannya dari pada harus melihat gadis itu seperti ini, memendam penderitaannya sendiri di dalam hati.
“Yewon a, ayo kita makan di luar. Kau bersiaplah dulu,”ajak Sooyoon di ambang pintu kamar Yewon. Yewon menoleh dan mengangguk. Sooyoon pun menutup pintu kamar Yewon dan menuruni tangga. Dia duduk di ruang tamu menunggu Yewon selesai berganti pakaian. Rumah ini terasa gersang dan sepi semenjak Yewon berubah. Dia masih ingat semua kenangannya bersama Yewon di tiap sudut rumah ini. Semua peristiwa yang terjadi sebelum malapetaka itu datang. Sebelum segalanya berubah menjadi seperti sekarang.
Suara langkah kaki menuruni tangga membuat Sooyoon menoleh. Dilihatnya Yewon menuruni tangga dengan pakaian simple kesukaannya. Hanya kaos dan skinny jeans yang melekat di tubuhnya. Gadis itu terlihat sexy dan juga cantik, hanya saja semua itu terasa hambar karena tidak ada kebahagiaan yang terpancar dari dirinya.
“Kau mau makan dimana?,”tanya Sooyoon. Sebuah pertanyaan yang tentu saja percuma karena Yewon tidak mungkin menjawab pertanyaan itu.
“Bagaimana kalau kita makan jjajjangmyun saja? Kau sangat sukakan?,”tawar Sooyoon. Yewon hanya mengangguk mengiyakan. Sooyoon pun akhirnya menggamit tangan Yewon dan mereka berjalan keluar menuju mobil yang sudah terparkir. Yewon duduk dengan tenang di sebelahnya, gadis itu membuka kaca jendela dan menikmati angin malam yang menerpa wajahnya.
“Apa kau tidak kedinginan?,”tanya Sooyoon menoleh sekilas. Dilihatnya Yewon menggelengkan kepalanya dan tetap menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya. Sooyoon mengulurkan tangan kanannya dan menggenggam tangan Yewon. Gadis itu balas menggenggam tangannya seolah mengisyaratkan agar dirinya tidak perlu mengkhawatirkannya.
“Bagaimana? Kau suka?,”tanya Sooyoon melihat Yewon yang sedang makan dengan lahap di hadapannya. Yewon hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
“Kau harus makan lebih banyak. Kau terlihat kurus, Yewon a,”ucap Sooyoon. Yewon hanya menatapnya dan akhirnya mengangguk lalu kembali meneruskan makannya. Yewon menaruh kimchi di mangkuk Sooyoon,mengisyaratkan agar pria itu juga memakan makanannya. Sooyoon yang mengerti pun langsung mengambil sumpit dan mengaduk lalu memakan jjangjjangmyun nya. Memori masa lalu kembali melayang di ingatannya. Biasanya Yewon akan makan jjangjjangmyun sambil berceloteh menceritakan apa saja. Dan bahkan tidak jarang gadis itu tersedak karena tidak hentinya bercerita. Dan pada saat itulah dia memiliki kesempatan untuk mengomeli Yewon. Membalas setiap omelan yang selalu gadis itu berikan padanya. Tapi sekarang sangat berbeda. Semua terasa sepi. Yewon makan dalam diam. Tidak ada lagi celotehan gadis itu, hanya dentingan sumpit yang sesekali terdengar.
***
Yewon berdiri di balkon kamarnya memperhatikan seorang remaja pria yang tengah memanjat tembok pagar rumahnya yang cukup tinggi. Terbersit rasa takut dan was-was di benaknya karena saat ini dirinya sendirian di rumah. Dia tidak tau harus bagaimana kalau seandainya pria itu menjahatinya. Yewon terus memperhatikan pria itu dan melihat pria itu jatuh saat melompat masuk dan sedikit mengerang saat lengannya tergores besi dan mengeluarkan darah cukup banyak. Yewon terkesiap melihatnya. Dan tanpa berpikir panjang, Yewon segera masuk ke kamarnya, mengambil kotak P3K dan bergegas menghampiri pria itu.
“Noona, maaf,”ucap pria itu merasa bersalah. Kini dia berada di teras rumah Yewon dan Yewon sedang mengobati lukanya.
“Noona, aku tidak bermaksud jahat memanjat tembok pagar rumahmu. Tolong jangan adukan aku ke polisi,”ucap pria itu. Yewon menatap lelaki itu seolah bertanya mengapa.
“Tadi aku dikejar segerombolan preman. Aku tidak tau harus lari kemana, jadi tanpa pikir panjang aku langsung memanjat tembok pagar rumahmu,”jelas pria itu. Yewon hanya diam dan melanjutkan memperban luka pria itu. Pria itu hanya menatap Yewon, memperhatikan betapa telatennya gadis itu mengobatinya.
“Noona, aku Kim Myoung Jae. Siapa namamu?,”tanya Myoungjae. Yewon hanya mendongak dan menatap Myoungjae sekilas dan kembali menyelesaikan pengobatan pada lengan pria itu. Myoungjae terdiam, dia sepertinya menyadari bahwa Yewon sangat diam. Dan dia pun berpikir mungkin Yewon bisu, jadi dia membuka tasnya dan mengeluarkan buku catatannya dan juga pulpen lalu diberikan pada Yewon.
“Kau tulis saja namamu kalau kau tidak mau mengatakannya, noona,”ucap Myoungjae saat Yewon menatapnya. Yewon menerima uluran buku dan juga pulpen dari Myoungjae dan diapun menuliskan namanya.
“Han... Ye... Won,”gumam Myoungjae saat Yewon menggoreskan tinta di bukunya.
“Ahh... Yewon noona,”ucap Myoungjae paham. Yewon mengembalikan buku dan pulpen Myoungjae lalu berdiri. Myoungjae dengan segera mengemasi barang-barangnya.
“Noona, terima kasih sudah mengobatiku,”ucap Myoungjae. Yewon hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan terima kasih pria itu.
“Aku pulang dulu, noona,”pamit Myoungjae lalu pergi. Myoungjae menoleh setelah beberapa langkah dan menatap Yewon yang masih memandangnya.
“Kau tenang saja. Aku akan berhati-hati. Aku yakin mereka pasti sudah pergi,”ucap Myoungjae agak keras agar Yewon mendengarnya. Pria itu mengatakan hal itu karena ntah mengapa dia merasa bahwa Yewon mengkhawatirkannya.
“Yewon a, aku pulang,”teriak Sooyoon malam itu. Yewon yang saat itu berada di dapur segera menghampirinya.
“Kau memasak?,”tanya Sooyoon. Pertanyaan pria itu hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Yewon.
“Aku mau mandi dulu baru makan,”ucap Sooyoon. Yewon hanya mengangguk mengiyakan dan kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatannya karena masih ada masakan yang belum matang.
Setelah meletakkan semua makanan, Yewon duduk di kursi menunggu Sooyoon. Pikirannya kembali tertuju pada Shiwon. Dia benar-benar merasa kecewa pada pria itu. tapi ntah mengapa saat itu dia tidak bisa menangis untuk menunjukkan kesedihannya. Dia sendiri tidak tau sejak kapan dirinya menjadi diam seperti ini. Rasanya dia benar-benar ingin berada dalam kesunyian. Maka dari itu dia memutuskan untuk diam dan dia merasa nyaman dengan keadaan ini. Dia tau bahwa keadaan yang dipilihnya ini telah membuat keluarganya dan termasuk Sooyoon merasa sedih. Hanya saja, inilah yang dia pilih. Baginya menjadi diam seperti ini adalah yang terbaik. Dia merasa bahwa kebahagiaan tidak akan pernah datang lagi semenjak mala petaka itu.
“Yewon a, kau sedang memikirkan apa?,”suara yang diiringi tepukan di bahunya membuatnya sedikit kaget.
“Maaf mengagetkanmu,”ucap Sooyoon merasa bersalah dan menarik kursi di hadapannya. Yewon hanya menggeleng dan mengambilkan nasi untuk pria itu.
“Kau baik-baik saja kan?,”tanya Sooyoon khawatir. Yewon hanya mengangguk dan mengisi mangkuk pria itu dengan lauk-pauk, mengisyaratkan agar pria itu segera makan.
“Kau juga makanlah,”ucap Sooyoon. Yewon mengambil sumpitnya dan mulai memakan masakan buatannya sendiri. Dia merasa ingin muntah saat memakan masakannya sendiri. Masakannya terasa sangat asin, tetapi Sooyoon tetap melahap makanannya. Yewon meraih tangan pria itu, membuat gerakan tangan pria itu terhenti dan menatapnya. Yewon hanya menatapnya, dia berharap Sooyoon mengerti maksudnya.
“Tenang saja. Aku tidak akan mati hanya karena makan masakan yang asin. Masakanmu tetap enak kok,”uca Sooyoon sambil tersenyum berusaha menenangkan Yewon. Yewon secara perlahan menjauhkan tangannya dan menatap Sooyoon yang melanjutkan makannya. Yewon pun akhirnya kembali meraih sumpitnya dan memasukkan dengan paksa masakan buatannya sendiri ke dalam mulutnya.
Sooyoon masuk ke dalam kamar Yewon dan membenarkan selimut yang menutupi tubuh gadis itu. Ditatapnya wajah Yewon yang tertidur dengan tenang di hadapannya. Dia senang menatap Yewon saat tidur, karena dia tidak akan melihat sinar kesedihan terpancar dari kedua mata Yewon yang terpejam. Seandainya dulu dia berusaha merebut Yewob dari tangan Shiwon, mungkin semuanya akan lain. Mungkin Yewon tidak akan sakit hati dan berubah seperti sekarang. Mungkin sampai detik ini dia masih bisa melihat Yewon yang dulu. Yewon yang tempramental dan gampang marah dan selalu memarahi dirinya. Tidak seperti sekarang, gadis di hadapannya ini kini bagaikan sebuah manekin yang hanya terlihat indah di luar. Dia benar-benar menyayangkan semua yang telah terjadi. Dan dia pun selalu berharap semoga waktu bisa diputar kembali dan dia bisa memperbaiki semuanya.
***
Yewon ketakutan saat dirinya dikelilingi oleh preman-preman. Para preman itu memandangnya dengan tatapan mesum dan berusaha menyentuh tubuhnya. Yewon sekuat tenaga menjauhkan dirinya dari sentuhan tangan nakal preman-preman itu. Ingin rasanya dia berteriak, tetapi ketakutannya membuatnya tetap terdiam. Dia rasanya ingin menangis dan menjerit saat preman-preman itu merobek lengan bajunya.
“YA!!!!!!!!!!,”sebuah teriakan terdengar, membuat para preman itu menghentikan usahanya untuk berbuat lebih pada Yewon dan menoleh. Yewon dapat melihat sekilas sosok pria berseragam yang tempo hari dia obati.
“Ya! Anak kecil! Kenapa kau berteriak begitu? Kau berani pada kami?,”ucap salah satu preman. Myoungjae memasang kuda-kuda dan menatap preman-preman itu dengan kesal.
“Kalian mau melakukan apa? Hah?,”tantang Myoungjae. Preman-preman itu tidak menjawab dan langsung maju berusaha melancarkan pukulan di badan pria itu. Myoungjae dengan lihai menghindari preman-preman itu dan mendekati Yewon, lalu menarik tangannya.
“Ayo lari, noona!,”ucap Myongjae lalu menarik tangan Yewon. Yewon pun akhirnya ikut berlari bersama pria itu dan sesekali menoleh ke belakang, melihat preman-preman itu berusaha menangkap mereka. Myoungjae semakin menarik Yewon, menyuruh gadis itu berlari lebih cepat. Yewon pun mengerahkan seluruh tenaganya dan berlari secepat yang dia bisa dan berharap para preman itu tidak bisa menangkap mereka.
Yewon dan Myoungjae berhenti dan berusaha mengatur napas mereka. Yewon merasa dirinya akan mati jika dia harus berlari lebih lama.
“Maaf, noona,”ucap Myongjae yang tengah menopang badannya dengan lutut dan mengatur napasnya dalam posisi itu.
“Aku mengajakmu berlari seperti tadi. Maaf,”ucapnya lagi. Yewon hanya mengangkat tangannya dan mengisyaratkan bahwa sudahlah tidak usah memikirkannya.
“Aku tau perbuatanku itu tidak gentle sama sekali. Hanya saja, aku memang tidak yakin bisa mengalahkan mereka jika aku harus berkelahi melawan mereka,”jelas Myoungjae. Yewon menatap Myoungjae dan menggeleng seraya tersenyum, membuat Myoungjae sedikit terkesiap. Senyuman itu berbeda dari senyuman yang tempo hari dilihatnya.
Myoungjae menyerahkan sebotol air mineral pada Yewon. Saat ini mereka duduk di bangku taman. Jas hitam seragam Myoungjae tersampir di bahu Yewon. Pria itu sengaja meminjamkan jas nya karena tidak tega melihat keadaan baju Yewon yang sudah sedikit rusak.
“Noona, kenapa kau tadi tidak berteriak saat preman itu memperlakukanmu seperti itu?,”tanya Myoungjae. Yewon langsung menoleh menatapnya.
“Aku tau kau tidak bisu, noona. Apa kau memliki trauma sehingga kau tidak mau bicara?,”tanya Myoungjae hati-hati. Yewon memalingkan wajahnya dari tatapan Myoungjae dan kembali menatap lurus ke depan. Perlahan gadis itu menganggukkan kepalanya dan menunduk.
“Aku tidak akan bertanya padamu tentang penyebab traumamu itu, tapi aku akan mencoba untuk membuatmu mau bicara lagi, noona,”ucap Myongjae. Yewon kembali menolehkan kepalanya menatap pria itu.
“Sebagai balasan terima kasihku karena kau telah menyembuhkan lukaku tempo hari. Jadi, akupun akan menyembuhkan lukamu, noona,”jelas Myoungjae yakin. Myoungjae mengulurkan kelingkingnya memberikan isyarat agar Yewon mengaitkan kelingkingnya. Myoungjae segera meraih tangan Yewon dan mengaitkan kelingking gadis itu.
“Baik,tanda tangan,”ucap Myoungjae sambil menggerakkan tangannya mengikat janji seperti yang orang banyak lakukan dengan isyarat tangan.
“Mulai sekarang, Kim Myoung Jae akan menjadi dokter pribadi Han Ye Won noona,”ucap Myoungjae penuh tekad. Yewon hanya tersenyum menatap pria di sampingnya itu.
***TBC***
Please give reaction and leave comment
Read chapter 2
CREDIT: Yewonnie @Primadonnas' Island blog