TITLE: FALSE LOVE LIKE
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
“Oh? Jonghoon-a,”ucap Yewon sedikit kaget saat mendapati Jonghoon tengah berdiri menatapnya di depan pintu kelas. Jonghoon hanya tersenyum dan menghampiri Yewon.
“Kupikir kau tidak akan melanjutkan kuliah dan lebih memilih merawat anakmu,”ucap Jonghoon mengikuti Yewon yang berjalan di depannya. Yewon langsung membalik badannya dan menatap Jonghoon was-was.
“Kau tenang saja. Aku tidak memberitahu pria bodoh itu,”ucap Jonghoon yang sudah mengerti maksud tatapan Yewon. Yewon kembali berjalan dan kini Jonghoon berjalan di sampingnya.
“Wonbin sudah ada disini,”ucap Jonghoon kemudian dan menunggu reaksi Yewon.
“Oh,”ucap Yewon mencoba bersikap biasa saja, tetapi Jonghoon tau pasti bahwa wanita di sampingnya ini cemas.
“Apa kau tidak ingin menanyakan kabarnya?,”pancing Jonghoon.
“Jonghoon-a, sebaiknya kau pergi saja dari hadapanku kalau maksud dari kau menemuiku hanyalah untuk menggangguku,”ucap Yewon kesal dan menatap tajam mata Jonghoon.
“Tenanglah, kau tidak usah emosi padaku,”ucap Jonghoon.
“Jangan sebut namanya di depanku, Jonghoon-a,”ucap Yewon penuh permohonan. Jonghoon menatap Yewon, mencoba menyelidiki maksud dari tatapan itu.
“Ya, baiklah,”ucap Jonghoon akhirnya.
“Tapi aku ingin melihat anakmu. Dulu kan aku hanya melihatnya saat bayi. Aku ingin tau bagaimana dia sekarang,”ucap Jonghoon kemudian. Yewon terdiam dan berpikir.
“Tenang saja. Aku tidak akan membocorkannya pada Wonbin. Aku berjanji,”ucap Jonghoon meyakinkan.
“Baiklah, kau datang saja ke rumahku,”ucap Yewon kemudian.
“Tidak. Sebaiknya kita bertemu di luar saja,”tolak Jonghoon. Yewon mengernyitkan dahinya, kecurigaan terbersit di otaknya.
“Kau tenang saja. Aku tidak akan menjebakmu. Kenapa kau tidak percaya padaku? Apakah aku seperti seorang penipu? Huh?,”tanya Jonghoon.
“Baiklah, biar aku pikirkan,”ucap Yewon lalu berjalan mendahului Jonghoon.
“Hey, setidaknya kau harus memberiku nomor yang bisa aku hubungi,”ucap Jonghoon sebelum Yewon menjauh. Yewon membalik badannya dan kembali menghampiri Jonghoon lalu menerima ponsel yang disodorkan pria itu.
“Aku pegang janjimu, Jonghoon-a. Jangan kau beritahu Wonbin tentang anakku,”ucap Yewon tegas.
“Anak kalian,”ralat Jonghoon. Wajah Yewon mengeras dan menatap kesal pria itu.
“Aku pergi,”pamit Yewon dengan wajah dinginnya lalu berlalu dari hadapan Jonghoon yang kini tengah tersenyum puas.
“Aku tidak pernah berjanji padamu, Yewon-a,”ucap Jonghoon tersenyum licik.
“Yewon-a, kau tidak apa-apa?,”tanya Seunghyun menatap Yewon yang ntah kenapa terlihat gelisah.
“Tidak, aku tidak apa-apa,”jawab Yewon seraya menyisir rambutnya dengan jari.
“Hey, jangan membohongiku. Aku tau kau sedang resah,”ucap Seunghyun. Yewon menghela napas berat beberapa kali.
“Dia kembali,”ucap Yewon kemudian. Seunghyun mengernyit bingung.
“Pria itu kembali,”ucap Yewon menatap Seunghyun. Seunghyun menatap Yewon lembut dan menggenggam tangan gadis itu.
“Kau tenang saja. Aku akan melindungimu dan Yebin. Kau tidak perlu cemas,”ucap Seunghyun menenangkan.
“Aku takut temannya memberitahunya tentang Yebin, oppa. Aku tidak mau dia tau bahwa aku melahirkan Yebin. Bagaimana kalau dia tau?,”ucap Yewon cemas.
“Dengar, kau tidak perlu cemas. Aku akan melindungimu dan Yebin. Yebin adalah anakku dan aku akan melindunginya. Aku tidak akan mungkin membiarkan pria itu mengambilnya. Walau pada kenyataannya pria iblis itulah ayah biologis Yebin,”ucap Seunghyun yang ntah kenapa menjadi emosi saat dia menyadari bahwa ayah biologis dari Yebin, yang telah menghilang hampir 4 tahun lamanya kini berada di tempat yang sama dengan mereka.
=================================================
“Wonbin-a, sampai kapan kau akan berdiam diri di dalam rumah? Sejak kita berada disini kau sama sekali tidak pernah menginjakkan kakimu ke luar,”ucap Jonghoon menatap Wonbin yang tengah bermain game online.
“Apa kau sangat takut bertemu Yewon?,”tebak Jonghoon dan Wonbin meliriknya sekilas.
“Ya, aku takut bertemu dengannya. Apa kau puas?,”ucap Wonbin kesal.
“Dengar, kau tau kan bahwa Seoul ini luas. Apakah mungkin kau bertemu dengannya? Yang benar saja, Wonbin-a,”ucap Jonghoon heran.
“Sekarang kau keluarlah. Jangan berdiam diri begini, kau seperti zombi saja,”ledek Jonghoon.
“Aku malas melakukan apapun, Jonghoon-a,”tolak Wonbin.
“Baiklah, terserah kau saja. Tapi malam ini aku akan ke pub. Apa kau mau ikut?,”tawar Jonghoon. Wonbin terlihat berpikir.
“Baiklah...,”ucapnya akhirnya.
“Kau mau kemana?,”tanya Wonbin saat Jonghoon berjalan menuju pintu.
“Tentu saja berjalan-jalan mencari gadis-gadis. Sudah lama aku tidak melihat gadis-gadis korea,”jawab Jonghoon tersenyum misterius lalu menutup pintu.
“Dasar iblis!,”cibir Wonbin.
Jonghoon tertegun saat melihat Yewon memasuki cafe dengan gadis kecil digandengannya. Gadis kecil itu benar-benar mirip Wonbin. Jika Wonbin melihatnya, tanpa perlu memberitahunya pun pasti temannya itu akan langsung menyadarinya.
“Apa kau sudah menunggu lama, Jonghoon-a?,”sapa Yewon sambil membantu Yebin duduk di kursi. Bocah kecil itu menatap Jonghoon dengan jari telunjuk di bibirnya. Lalu Yebin mendongak pada Yewon yang sudah duduk di sampingnya dan bersandar pada ummanya itu.
“Kenapa, Yebin-a?,”tanya Yewon menatap Yebin, Yebin hanya menggeleng dan mengulurkan tangannya. Dengan sigap Yewon mengangkat gadis itu ke pangkuannya.
“Siapa namanya, Yewon-a?,”tanya Jonghoon tersenyum menatap Yebin.
“Yebin, Song Yebin,”jawab Yewon dan Jonghoon langsung mengernyitkan keningnya.
“Song? Kenapa kau tidak memberikan marga Oh padanya?,”tanya Jonghoon heran.
“Karena marga appanya bukanlah Oh,”jawab Yewon.
“Ayolah, Yewon-a. Wonbin tetaplah ayah biologis anak ini. Bagaimana kalau nanti dia tau yang sebenarnya? Memangnya dia tidak pernah menanyakan siapa appanya?,”tanya Jonghoon.
“Semua itu tidak akan terungkap, Jonghoon-a. Dia adalah anakku, bukan anak Wonbin,”ucap Yewon kesal.
“Ya, baiklah. Terserah kau saja,”ucap Jonghoon mengalah. Dia mendekatkan badannya pada Yebin dan menggenggam jemari gadis kecil itu.
“Annyeong! Perkenalkan, aku Jonghoon oppa,”ucap Jonghoon.
“Oppa? Ya! Kau itu ahjussi, Jonghoon-a,”cibir Yewon.
“Aku masih muda dan tampan, dan tentu saja dia harus memanggilku oppa,”ucap Jonghoon keras kepala. Yebin hanya diam saja menatap Jonghoon.
“Kurasa dia terpesona dengan ketampananku,”ucap Jonghoon percaya diri. Yewon hanya mendelik dan menggelengkan kepalanya heran.
“Yebin-a, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Apa kau mau? Oppa akan memberikan apapun yang kau mau. Bagaimana?,”tawar Jonghoon. Yebin terdiam, anak itu terlihat sedang berpikir. Beberapa detik kemudian Yebin menjulurkan tangannya ke arah Jonghoon dan Jonghoon langsung bangkit dan menggendong anak itu.
“Ya! Mau kau bawa kemana anakku?,”teriak Yewon pada Jonghoon yang kini sudah berjalan menuju pintu. Yewon bergegas menyusul mereka dan menyamakan langkahnya dengan Jonghoon. Jonghoon melirik ke arah Yewon dan tersenyum.
“Orang yang melihat kita seperti ini pasti akan menganggap kita adalah sebuah keluarga,”ucap Jonghoon.
“Tidak mungkin,”cibir Yewon.
“Yebin-a, apakah ummamu selalu dingin seperti itu? hm?,”tanya Jonghoon pada Yebin.
“Iya,”jawab Yebin polos dan Jonghoon langsung tertawa mendengar jawaban itu.
“Kau memang tidak berubah, Yewon-a. Maksudku sifatmu,”komentar Jonghoon.
“Sudahlah, aku tidak butuh penilaianmu,”ucap Yewon kesal dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Yewon dan Jonghoon duduk di bangku yang ada di taman, mengawasi Yebin yang tengah bermain dengan teman-teman sebayanya.
“Dia sangat mirip dengan Wonbin, Yewon-a,”ucap Jonghoon membuka percakapan.
“Ya, memang,”jawab Yewon menyetujui.
“Jika Wonbin melihatnya, aku yakin dia pasti akan langsung tau bahwa Yebin adalah anaknya,”ucap Jonghoon lagi.
“Kupikir juga begitu. Untuk itu, aku harap Tuhan tidak akan mempertemukan mereka,”harap Yewon.
“Tapi sampai kapan kau akan menyembunyikan hal ini, Yewon-a?,”tanya Jonghoon. Yewon menoleh dan menatap pria itu.
“Aku tidak tau. Mungkin aku akan menyembunyikan hal ini seumur hidupku,”ucap Yewon.
“Ya, terserah kau saja,”ucap Jonghoon akhirnya. Yewon bergegas bangkit saat dilihatnya Yebin terjatuh. Wanita itu dengan sigap membantu Yebin untuk bangun dan membersihkan pakaian anak itu.
“Apa sakit?,”tanya Yewon. Yebin hanya menggeleng sebagai jawaban.
“Ayo kita pulang, Yebin-a. Sudah sore. Appa pasti cemas,”ucap Yewon lalu menggengdong Yebin menuju Jonghoon.
“Jonghoon-a, kurasa kami harus pulang,”ucap Yewon.
“Biar aku antar,”tawar Jonghoon.
“Tidak perlu. Annyeong!,”tolak Yewon lalu pergi. Yebin melambaikan tangannya pada Jonghoon dan Jonghoon pun membalasnya.
“Hhh... Wonbin-a,kau benar-benar bodoh telah menyianyiakan gadis seperti Yewon,”ucap Jonghoon.
===================================================
“Yewon-a, bagaimana pertemuanmu dengan Jonghoon?,”tanya Seunghyun.
“Baik-baik saja. Yebin sepertinya senang dengan Jonghoon,”jawab Yewon.
“Apakah pria itu akan memberitahu Wonbin?,”tanya Seunghyun was-was.
“Tidak. Jonghoon sudah berjanji padaku,”jawab Yewon.
“Lalu... apa kau tidak akan menemui Wonbin, Yewon-a?,”tanya Seunghyun lagi.
“Tidak akan,oppa. Sudahlah, kau tidak perlu cemas begitu,”ucap Yewon tersenyum simpul menyadari kekhawatiran Seunghyun.
“Aku hanya khawatir saja,”ucap Seunghyun.
“Ya, aku tau. Dan terima kasih telah mengkhawatirkanku,”ucap Yewon.
“Hey, mana gadis kecil itu?,”tanya Seunghyun kemudian.
“Kurasa dia tidak mau keluar dari bak, oppa. Ya, seperti biasa,”tebak Yewon.
“Baiklah, biar aku yang menanganinya,”ucap Seunghyun lalu berjalan ke arah kamar mandi. Disana dia mendapati Yebin yang masih berendam di dalam bak.
“Ahjumma, apakah dia tidak mau keluar?,”tanya Seunghyun pada Sunny yang hanya bisa memperhatikan Yebin yang tengah bermain air.
“Iya, tuan,”jawab Sunny.
“Biar aku saja yang menangani anak ini. Kau bantu Yewon saja di dapur,”ucap Seunghyun dan Sunny dengan patuh langsung pamit dari hadapan majikannya itu. Seunghyun menghampiri Yebin dan duduk di tepi bak.
“Sudah selesai main airnya, Yebin-a. Ayo kita siap-siap! Umma sudah menunggu di bawah,”ajak Seunghyun. Yebin pura-pura tidak mendengar dan tetap bermain dengan bebek-bebekannya.
“Appa punya lollipop,”ucap Seunghyun dan Yebin langsung menoleh. Seunghyun mengeluarkan lollipop dari saku celanya dan Yebin berusaha meraihnya. Saat Yebin berhasil mengambil lollipop itu, Seunghyun dengan sigap mengangkat anak itu dan melilitkan badannya dengan handuk.
“Ayo kita ganti baju!,”ajak Seunghyun dan membawa Yebin ke kamarnya.
Yewon menghampiri kedua orang itu dan memakaikan baju untuk Yebin. Seunghyun hanya memperhatikan mereka.
“Yewon-a, aku benar-benar ingin menjadikanmu sebagai istriku,”ucap Seunghyun. Yewon langsung menoleh dan menjitak kepala Seunghyun dengan botol minyak kayu putih.
“Berhentilah mengucapkan kalimat itu. Aku sampai bosan mendengarnya,”ucap Yewon sambil membereskan semua peralatan. Seunghyun meraih Yebin dan mendekap anak itu dalam pelukannya.
“Aku akan terus mengatakannya sampai kau bosan,”ucap Seunghyun dan Yewon langsung mendelik menatapnya.
“Aku serius, Yewon-a,”ucap Seunghyun meyakinkan, tetapi Yewon mengacuhkannya dan segera keluar dari kamar Yebin dan Seunghyun membuntutinya.
“Yebin-a, ummamu benar-benar sulit untuk ditaklukkan,”ucap Seunghyun.
==========================================================
“Jonghoon-a, kenapa kau tersenyum seperti itu saat menatapku? Benar-benar menakutkan,”ucap Wonbin merasa risih karena sejak Jonghoon datang, temannya itu terus menatapnya sambil sesekali tersenyum dan tertawa pelan.
“Tidak. Tidak ada apa-apa. Hanya teringat sesuatu yang menyenangkan,”jawab Jonghoon.
“Kau versi perempuan pasti sangat lucu, Wonbin-a. Apa lagi jika masih balita,”ucap Jonghoon mengingat sosok Yebin yang baru saja ditemuinya.
“Kau aneh sekali, Jonghoon-a. Apa kau mengalami kecelakaan saat di jalan tadi?,”tanya Wonbin heran.
“Tidak . Kau tenang saja,”ucap Jonghoon.
“Ayo kita pergi!!,”ajak Jonghoon seraya bangkit dari sofa.
“Sebenarnya aku benar-benar tidak mood untuk pergi kemanapun,”keluh Wonbin.
“Ckck... kau butuh hiburan, Wonbin-a. Sudahlah jangan mengeluh,”ucap Jonghoon sedikit kesal.
Wonbin hanya meneguk gelas demi gelas minumannya dengan malas. Jonghoon sendiri saat ini sedang menari bersama seorang gadis. Wonbin sedikit mencibir saat dilihatnya temannya itu sudah melancarkan serangan mautnya.
“Benar-benar iblis,”cibir Wonbin.
“10... 9... 8...,”Wonbin terus menghitung mundur, dan pada hitungan kesatu, dilihatnya Jonghoon berjalan meninggalkan lantai dansa dengan gadis itu. Dia sudah tau pasti sahabatnya itu menuju kemana. Atau lebih tepatnya akan membawa gadis itu kemana. Wonbin tidak peduli akan hal itu. Terserah Jonghoon sajalah mau berbuat apa. Itu bukan urusannya. Wonbin memperhatikan sekelilingnya, menatap semua gadis-gadis yang tengah melekukkan tubuhnya di lantai dansa. Satu pun tidak ada yang menarik perhatiannya. Ya, gadis seperti mereka bukanlah tipenya. Wonbin beranjak dari tempatnya dan keluar. Dia memutuskan untuk pulang saja. Karena pada kenyataannya pergi ke pub bukanlah suatu hiburan baginya. Dan ntah kenapa, sejak menginjakkan kakinya di kota ini, pikirannya dipenuhi oleh Yewon. Ntah kenapa ingin sekali dia bertemu gadis itu, padahal dia selalu berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa dia tidak ingin bertemu dengan Yewon. Tapi nyatanya? Dia merindukan gadis itu. Ya, sangat merindukannya. Tapi, kesalahan fatal yang telah diperbuatnya membuatnya sadar bahwa dia tidak pantas untuk menemui gadis itu. dia akan terlihat seperti seorang iblis jika dia muncul di hadapan Yewon tanpa dosa dan menyapa gadis itu. Membayangkannya saja membuatnya tertawa. Wonbin masuk ke dalam mobilnya dan menstarternya. Untungnya dia belum terlalu mabuk, jadi dia masih bisa mengendarai mobilnya dan berharap dia akan sampai rumah dengan selamat. Dan dia benar-benar akan langsung tidur. Berharap akan bertemu Yewon dan meminta maaf pada gadis itu, walau hanya dalam mimpi.
====TBC====
Please give reaction and leave comment
Read chapter 3
CREDIT: Yewonnie @Primadonnas' Island blog