Monday, June 20, 2011

[FF/S/NC-17/10] CHERISH YOUR HEARTACHE

previous chapter: 1|2|3|4|5|6|7|8|9



TITLE: CHERISH YOUR HEARTACHE
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun


Yewon masuk ke dalam rumah dengan senyum merekah di wajahnya. Dia menghampiri Wonbin di kamarnya dan memeluk pria itu dari belakang, membuat Wonbin langsung menoleh. Yewon kemudian duduk di sisi tempat tidur Wonbin dan tersenyum pada pria itu.
“Kau sepertinya senang sekali. Apa yang terjadi?”tanya Wonbin penasaran.
“Tadi Seunghyun oppa mengenalkanku dengan keluarganya. Mereka ramah sekali,”ucap Yewon dengan senyum mengembang.
“Mengenalkamu? Apakah itu tandanya dia serius denganmu dan ingin menikahimu?,”tanya Wonbin dengan nada yang terdengar kesal. Yewon langsung mencibir.
“Mana mungkin! Kami belum cukup umur untuk menikah,”ucap Yewon.
“Tentu saja kalian sudah cukup umur. Tapi jika dia benar-benar melamarmu, aku sebagai walimu tidak akan merestui,”ucap Wonbin tegas.
“Tskkk… Kau jahat sekali,”ucap Yewon mengerucutkan bibirnya.
“Ya! Mana mungkin aku membiarkan gadis yang kucintai menikah dengan pria lain? Enak saja,”ucap Wonbin dengan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya dan akhirnya Yewon pun memutuskan untuk menghentikan pembicaraan itu.
“Oppa, apa kau sudah makan?,”tanya Yewon mengalihkan pembicaraan.
“Tentu saja. Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu. Kau makanlah,”ucap Wonbin.
“Aku tadi sudah makan,”ucap Yewon dan Wonbin hanya menggumamkan “Oh..” dengan nada kecewa. Yewon kemudian beranjak dan pergi tapi tak lama kemudian gadis itu kembali dengan sepiring hidangan di tangannya.
“Ya! Bukankah kau mengatakan kau sudah makan? Biarkan saja makanan itu,”tanya Wonbin heran.
“Tidak. Aku tidak boleh menyianyiakan makanan, apalagi ini makanan buatanmu,”jawab Yewon seraya menyuapkan makanan itu.
“Tskk… Apa kau sedang berusaha merayuku, Yewon-a?,”tanya Wonbin dan Yewon menggeleng.
“Kalau kau tidak sanggup menghabiskannya, sudah saja,”pesan Wonbin yang dijawab dengan anggukan oleh Yewon.

“Aishh~ Jinja!!,”Wonbin berdecak kesal saat lampu tiba-tiba mati.
“Oppa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!,”terdengar teriakan yang sangat keras dari kamar Yewon. Wonbin pun bergegas kesana, dia sudah tau pasti Yewon akan langsung berteriak jika berada dalam gelap.
“Oppa, kau kah itu?,”tanya Yewon saat terdengar pintu kamarnya terbuka.
“Ya, kenapa berteriak? Memang kau belum tidur?,”tanya Wonbin tetap berdiri di ambang pintu.
“Aku sudah tidur, tapi aku langsung bangun saat lampu mati,”jawab Yewon.
“Oppa, kemarilah. Aku benar-benar takut,”terdengar suara Yewon merajuk. Wonbin dengan perlahan berjalan mendekat dan kakinya langsung terantuk kaki tempat tidur Yewon dan dia mengaduh pelan.
“Oppa, kau kenapa?,”tanya Yewon tetap memegang erat selimutnya.
“Tidak apa-apa. Aku sudah disini. Kau tidurlah,”ucap Wonbin yang sudah duduk di ujung tempat tidur Yewon.
“Benarkah?,”tanya Yewon sangsi dan Wonbin langsung menyentuh kakinya sebagai tanda bahwa dia sudah disitu.
“Kau jangan pergi kemana-mana, oppa. Tetaplah disitu,”ucap Yewon.
“Ya, aku akan tetap disini. Cepatlah tidur,”jawab Wonbin. Yewon pun akhirnya berusaha memejamkan matanya dan dia benar-benar tidak bisa tidur. Dia sangat tidak suka gelap dan tentunya dia tidak bisa tidur dalam kegelapan seperti ini.
“Oppa, aku tidak bisa tidur,”rajuk Yewon.
“Pejamkan saja matamu,”ucap Wonbin dengan suara yang terdengar lelah.
“Apa kau mengantuk, oppa?,”tanya Yewon.
“Ya, maka dari itu cepatlah kau tidur agar aku bisa tidur,”jawab Wonbin. Yewon kemudian melepas selimutnya dan merangkak menghampiri Wonbin, membuat Wonbin sedikit kaget saat tangan Yewon menyentuh tangannya.
“Kau tidur denganku saja,”ucap Yewon dan Wonbin membelalakkan matanya walaupun dia tau Yewon tidak mungkin melihat ekspresinya saat ini.
“Tidak. Cepatlah tidur!,”tolak Wonbin.
“Tskk… Aku tidak mau kalau kau sampai tidak tidur karena aku. Sudahlah, cepat baringkan tubuhmu,”paksa Yewon sambil menarik lengan Wonbin. Wonbin kemudian naik dan membaringkan tubuhnya.
“Kau sudah tidurkah?,”tanya Yewon yang masih terduduk. Wonbin tidak menjawab tetapi langsung menarik Yewon dari belakang dan membuat Yewon berbaring.
“Oppa,”panggil Yewon.
“Hmmm,”jawab Wonbin.
“Sudah tidurkah?,”tanya Yewon.
“Demi Tuhan, Yewon-a. pejamkanlah matamu!,”ucap Wonbin kesal dan menarik Yewon mendekat padanya. Jantung Yewon berdetak cepat saat dia menyadari bahwa dada Wonbin tepat berada di hadapannya.
“Oppa, apa kau memelukku?,”tanya Yewon.
“Ya, memang kenapa? Kau tidak suka?,”tanya Wonbin dan langsung menjauhkan tangannya dari pinggang Yewon. Yewon tidak menjawab apa-apa dan lebih mendekatkan tubuhnya dan membaringkan kepalanya dengan nyaman di dada Wonbin. Wonbin sedikit mengangkat kepalanya dan menunduk melihat Yewon yang sudah memejamkan matanya.
“Sial!!,”umpat Wonbin mencoba menahan dirinya agar tidak melakukan hal yang aneh. Dia benar-benar tidak percaya bahwa tubuhnya akan memanas hanya dengan berdekatan dengan Yewon seperti ini. Wonbin pun berusaha menjauhkan tubuhnya, tetapi Yewon yang sudah terlelap justru semakin mendekat.
“Oh Tuhan, tolonglah aku!,”doa Wonbin. Wonbin mencoba memejamkan matanya dan berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran kotor dari otaknya, tetapi otaknya justru memberikan fantasi yang lebih parah saat dia memejamkan mata.
“Yewon-a,”panggil Wonbin dengan suara bergetar.
“Ngghh…,”erang Yewon. Dan Wonbin langsung mengepalkan tangannya saat mendengar erangan Yewon itu.
“Sial!! Aku tidak akan bisa tidur,”umpat Wonbin.
“Oppa, kenapa dengan jantungmu?,”Yewon tiba-tiba membuka matanya dan mendongakkan kepalanya menatap Wonbin.
“Itu karena kau, Yewon-a. cepatlah menyingkir atau aku akan menerkammu sekarang juga,”jawab Wonbin dan Yewon langsung terduduk.
“Maksud, oppa?,”tanya Yewon polos dan sebelum Wonbin sempat menjawab, lampu sudah kembali menyala.
“Aku kembali ke kamarku,”ucap Wonbin yang langsung turun dari kasur dan bergegas keluar dari kamar Yewon.
“Sial! Hampir saja. Terima kasih, Tuhan!,”ucap Wonbin seraya berjalan menuju kamarnya sendiri.

===========================

“Yewon-a, perayaan 200 hari jadi kita mau dirayakan dimana?,”tanya Seunghyun pada Yewon yang tengah membaca komik. Ntah kenapa Yewon sekarang jadi terbiasa membaca komik-komik yadong koleksi Seunghyun.
“Memangnya kapan?,”tanya Yewon membalikkan lembaran komik itu.
“Kamis besok,”jawab Seunghyun.
“Benarkah?,”tanya Yewon kaget dan langsung menutup komiknya.
“Memang kau tidak tau?,”tanya Seunghyun mengerutkan keningnya. Yewon hanya tersenyum dan kembali membuka komiknya.
“Tskk… Aku sudah tau kau tidak akan peduli dengan itu,”ucap Seunghyun.
“Lalu kita akan merayakannya bagaimana?,”tanya Seunghyun.
“Terserah kau saja,”jawab Yewon. Senyum Seunghyun langsung merekah dan kemudian mendekati Yewon.
“Boleh aku minta itu?,”tanya Seunghyun.
“Itu apa?,”tanya Yewon bingung.
“Ayolah… kau jangan pura-pura tidak mengerti,”ucap Seunghyun seraya menciumi tengkuk Yewon. Yewon menahan napasnya saat dia tau maksud dari ucapan Seunghyun.
“Bagaimana? Bolehkah?,”tanya Seunghyun menatap Yewon.
“Terserah kau saja,”jawab Yewon akhirnya.
“Assa!!!!!!!!!! Kau mau rasa apa?,”tanya Seunghyun senang.
“Ya!!!!!!! Jangan tanyakan hal yang seperti itu!! Menyebalkan!,”ucap Yewon yang langsung memukul lengan Seunghyun dengan komik di tangannya.
“Aku hanya ingin memastikannya saja,”ucap Seunghyun seraya menahan tangan Yewon agar tidak terus memukulnya.
“Aku tidak suka pisang,”ucap Yewon kembali membaca komiknya.
“Baiklah. Kalau begitu aku akan beli rasa yang lain. Kira-kira beli berapa ya?,”gumam Seunghyun seraya berpikir. Yewon mendelik kesal menatap Seunghyun yang pasti sedang berfantasi dengan pikiran-pikiran kotornya.

“Wonbin-a,kurasa sebaiknya kau relakan saja Yewon bersama Seunghyun,”ucap Jonghoon sambil menyesap kopinya.
“Tidak akan,”ucap Wonbin santai dan menyesap kopinya kemudian menatap langit.
“Mungkin aku memang egois, Jonghoon-a. Hanya saja, selama mereka belum menikah, aku akan terus mengejar Yewon,”ucap Wonbin.
“Apa kau tidak capek, huh? Hubungan mereka sudah berlangsung lama kan? Apa kau yakin tidak ada apapun yang telah terjadi di antara mereka?,”tanya Jonghoon dan Wonbin langsung menoleh.
“Ayolah, Wonbin-a! Aku yakin kau mengerti maksudku,”ucap Jonghoon saat melihat tatapan bertanya Wonbin.
“Aishhh~~ tidak. Tidak mungkin. Tidak mungkin Yewon mau melakukan itu,”ucap Wonbin dengan suara yang bergetar, menandakan bahwa sebenarnya diapun ragu dengan apa yang diucapkannya.
“Aisssh! Sudahlah, kau jangan membahas hal itu. Aku tidak mau memikirkannya,”ucap Wonbin kesal dan langsung pergi meninggalkan Jonghoon begitu saja.
“Tskkk... Orang itu aneh sekali,”ucap Jonghoon menatap punggung Wonbin yang kian menjauh.

===========================

“Oppa, bantu aku membuat cokelat,”ucap Yewon di hadapan Wonbin yang tengah menyandarkan punggungnya di sofa.
“Untuk apa? Bukankah kau sudah pernah berjanji untuk tidak akan menginjakkan kakimu di dapur dan menyentuh barang-barang disana?,”tanya Wonbin heran.
“Lusa adalah hari jadi ke-200 hubunganku dan Seunghyun. Jadi aku ingin membuatkan sesuatu yang special. Ayolah!!,”rajuk Yewon.
“Tidak. Aku tidak mau. Mana mungkin aku membiarkan pria lain menerima cokelat dari gadis pujaanku? Tidak. Jangan paksa aku!,”tolak Wonbin.
“Ayolah, oppa!,”bujuk Yewon.
“Tapi kau harus berjanji satu hal padaku,”ucap Wonbin beberapa saat kemudian dan Yewon langsung mengangguk setuju.
“Jangan melakukan sex dengan Seunghyun!,”ucap Wonbin.
“Apa?,”pekik Yewon kaget.
“Tskk... Aku tau pada akhirnya dia pasti akan meminta itu. Untuk itu aku peringatkanmu. Kau tidak boleh berhubungan badan dengannya. Tidak boleh sebelum kalian menikah,”ucap Wonbin tegas.
“Yang benar saja, oppa! Kau itu kolot sekali,”ucap Yewon kesal.
“Setuju tidak? Kalau kau tidak mau, ya sudah,”ucap Wonbin tetap pada pendiriannya.
“Tssskkk... baiklah, kau itu benar-benar menyebalkan,”ucap Yewon akhirnya dan Wonbin langsung tersenyum senang.
“Kkaja!,”Wonbin langsung berdiri dan mengajak Yewon ke dapur. Yewon memperhatikan dengan seksama semua instruksi Wonbin. Pria itu dengan sabar mengajarinya walaupun berkali-kali Yewon membuat kehancuran dan akhirnya terus mengulang.
“Yewon-a, ini bahan terakhir. Kalau kau sampai gagal juga, berarti tidak akan ada kesempatan lagi,”ucap Wonbin. Yewon mengangguk semangat dan dengan tekad yang kuat mulai membuat cokelat dengan lebih serius. Wonbin pun terus membantu Yewon hingga akhirnya cokelat itu jadi.
“Hoahh.. Akhirnya...,”ucap Yewon yang akhirnya bias bernapas lega. Kini mereka bersandar di meja dapur menunggu cokelat selesai dipanggang.
“Yewon-a, jujur padaku. Apa kau perah melakukan itu dengan Seunghyun?,”tanya Wonbin.
“Tidak. Rencananya kami akan melakukan itu lusa, tapi karena kau sudah melarangku, berarti tidak jadi,”jawab Yewon.
“Tapi... bagaimana aku mengatakannya pada Seunghyun?,”tanya Yewon.
“Katakan saja padanya jika kau sedang datang bulan,”jawab Wonbin santai.
“Itu mungkin berhasil, tapi bagaimana jika hari-hari selanjutnya dia meminta?,”tanya Yewon lagi dan Wonbin memutar bola matanya.
“Katakan padanya aku melarangmu!,”ucap Wonbin tegas dan Yewon langsung mengerucutkan bibirnya.
“Atau jangan-jangan... Kau menginginkannya,huh?,”tanya Wonbin penuh selidik. Muka Yewon langsung bersemu dan dia langsung memalingkan wajahnya.
“Ah... Kurasa cokelatnya sudah matang,”ucap Yewon mengalihkan pembicaraan. Dia benar-benar berterima kasih pada cokelat yang telah matang pada waktunya dan membantunya menghindari untuk menjawab pertanyaan Wonbin itu.

=================TBC===============


Please give reaction and leave comment

Read chapter 11

CREDIT to Yewonnie @Primadonnas' Island blog

 
 

Followers

My Update