“Oppa, aku benar-benar gugup,”ucap Yewon malam itu di kamar Wonbin. Wonbin yang tengah mengerjakan pekerjaannya hanya melirik sekilas menatap adiknya yang kini sedang berbaring di tempat tidurnya.
“Kau seharusnya tidur, Yewon-a. Apa kau mau besok terlambat? Kau harus mempersiapkan staminamu untuk ujian besok,”nasihat Wonbin.
“Bagaimana mungkin? Siapa sih yang tidak akan gugup menghadapi ujian? Arrrgghhhhh… Aku benar-benar gugup,”ucap Yewon lalu menutup wajahnya dengan bantal. Wonbin yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.
“Bukankah bagus kalau ujian selesai? Kau kan bisa kembali bebas,”ucap Wonbin.
“Tapi… Argghhh~~ Aku benar-benar tidak suka ujian,”rutuk Yewon.
“Kurasa semua orang juga sama sepertimu,”ucap Wonbin.
“Aishh~~ Oppa sama sekali tidak membantu. Sudahlah, aku kembali ke kamar saja,”ucap Yewon kesal lalu melempar bantal ke kepala Wonbin dan langsung pergi dari sana.
“Anak itu!,”ucap Wonbin lalu mengambil bantalnya dan mengembalikannya ke atas kasur.
“Tssskkk… Itu justru bagus saat kau sibuk, Yewon-a. Aku jadi tidak terlalu sering bertemu denganmu,”gumam Wonbin. Semenjak Yewon mengatakan bahwa dia berpacaran dengan pria bernama Seunghyun, disadari atau tidak, Wonbin memang mulai menjaga jarak dengan Yewon. Wonbin semakin sering meminta Jonghoon untuk memberinya banyak pekerjaan yang tentu saja membuat temannya heran tetapi mau tak mau menurutinya juga. Dan semua itu berhasil selama tiga bulan belakangan ini. Dia tidak tau apakah semua itu akan tetap berhasil saat Yewon sudah selesai dengan semua kesibukannya. Dan mengingat bahwa Yewon tetap meluangkan waktu untuk Seunghyun, sedikit membuatnya iri. Bagaimana pun, Yewon benar-benar tidak menyadari bahwa dia menghindarinya.
“Sudahlah, aku harus berhenti dengan semua angan-angan bodohku,”ucap Wonbin pada dirinya sendiri.
Wonbin hanya menatap Yewon yang kini tengah melumuri roti bakarnya dengan selai dengan tidak bersemangat. Wonbin yang jengah melihat hal itu akhirnya merebut roti dan juga pisau selai yang Yewon pegang dan mengolesi roti bakar Yewon dengan selai kacang dan menyerahkannya pada gadis itu.
“Kenapa kau tidak bersemangat begitu?,”tanya Wonbin.
“Aku benar-benar gugup,”jawab Yewon dengan perlahan memakan rotinya.
“Tenanglah. Bukankah biasanya kau sangat tenang saat ujian? Dan bahkan kau tidak pernah belajar. Kau harus yakin dengan kemampuanmu,ok? Jangan mengacaukan semuanya dengan kegugupanmu,”nasihat Wonbin.
“Justru itu masalahnya. Aku benar-benar gugup, oppa,”ucap Yewon dan Wonbin bisa melihat raut tegang di wajah adiknya itu.
“Kau makanlah dengan perlahan dan tenangkan dirimu. Aku akan mengantarmu,”ucap Wonbin.
“Benarkah? Apakah tidak apa-apa?,”tanya Yewon sangsi.
“Kau tenang saja. Jonghoon tidak akan mungkin memecatku hanya karena aku sedikit terlambat dan bahkan aku yakin diapun akan mengantar Yunmi,”jawab Wonbin.
“Kau memang oppa terbaikku!,”ucap Yewon terharu dan memakan sarapannya dengan lebih bersemangat.
“Kau tidak melupakan kartu ujianmu kan?,”tanya Wonbin setelah sampai di depan gerbang. Yewon membuka tasnya dan mulai mengecek isinya.
“Aku membawanya,”jawab Yewon.
“Alat tulis?,”tanya Wonbin.
“Aku membawanya juga. Aku sudah membawa semuanya, oppa,”jawab Yewon.
“Baiklah, sekarang tarik napasmu dan hembuskan perlahan,”ucap Wonbin dan Yewon langsung mengikuti.
“Yakinlah bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar. Ini baru hari pertama dan masih akan ada hari selanjutnya, jadi kuharap kau tidak akan gugup saat mengerjakan semua soal-soal itu,”ucap Wonbin.
“Aku akan berusaha!,”ucap Yewon yakin.
“Bagus!,”ucap Wonbin seraya mengelus pelan rambut adiknya itu.
“Baiklah,aku turun sekarang. Oppa hati-hatilah!,”ucap Yewon lalu membuka pintu dan turun dari mobil.
===========================
“Pyuh… hari pertama akhirnya berakhir. Bagaimana denganmu?,”tanya Yewon pada Yunmi.
“Aku cukup lega. Walaupun aku sedikit kesulitan mengerjakan bahasa inggris. Kau tau sendirikan bahwa bahasa inggrisku itu hancur sehancur-hancurnya?,”ucap Yunmi.
“Tapi masih ada hari selanjutnya dan kurasa kita harus lebih giat!,”ucap Yewon.
“Tentu saja,”jawab Yunmi.
“Ah.. Bagaimana dengan Seunghyun-ssi?,”tanya Yunmi kemudian.
“Aku tidak akan bertemu dengannya sampai ujian selesai dan kurasa dia harus menyelesaikan skripsinya. Dia bilang tinggal penyelesaian akhir,”jawab Yewon.
“Kau sendiri bagaimana dengan Jonghoon oppa?,”tanya Yewon.
“Seperti biasa. Hanya saja… aku kesal belakangan ini dia terus mendapatkan klien wanita. Benar-benar menyebalkan,”gerutu Yunmi.
“Haha… kau tenang saja. Walaupun memang harus kuakui bahwa Jonghoon oppa senang tebar pesona dan berlaku sok keren di hadapan wanita, tapi dia hanya menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya kepadamu. Bukankah itu bagus?,”ucap Yewon menenangkan Yunmi.
“Tskk… Kurasa aku harus benar-benar membuktikan padanya bahwa aku adalah seorang wanita,”ucap Yunmi bersemangat.
“Aish!! Jangan katakan bahwa kau akan menerkamnya!,”ucap Yewon.
“Maaf, sayang sekali aku memang sudah merencanakan hal itu,”ucap Yunmi dengan senyum innocentnya, benar-benar berbanding terbalik dengan apa yang diucapkannya.
“YA! Apa kau gila,huh?,”tanya Yewon tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu.
“Tentu saja tidak. Aku sudah memikirkannya dan mempersiapkannya dan bahkan aku sudah menonton beberapa film yadong,”jawab Yunmi yang langsung membuat Yewon membelalakkan matanya dan membuka mulutnya shock.
“Jangan bersikap kolot, Yewon-a. Bukankah itu wajar? Dan kurasa kau dan Seunghyun-ssi pasti juga akan melakukannya suatu saat nanti. Tapi aku tidak akan membiarkan kalian mendahuluiku, akukan lebih dulu berpacaran,”ucap Yunmi tidak peduli dengan raut wajah Yewon yang kini benar-benar sudah bersemu merah. Yewon tidak menyangka bahwa Yunmi memiliki pikiran sevulgar itu. Dia tidak bisa membayangkan jika apa yang dikatakan Yunmi tentang dirinya dan Seunghyun akan benar-benar terjadi. Membayangkan bahwa dia ada di atas tempat tidur yang sama dengan Seunghyun, di dalam selimut tanpa mengenakan sehelai benangpun dan Seunghyun tertidur di sebelahnya sambil memeluknya dari belakang. Memikirkannya saja membuat wajah Yewon merona dan dia benar-benar telah menyesal berbicara dengan Yunmi. Ucapan gadis itu benar-benar membuat otaknya kacau dan untung saja ujian hari itu telah selesai, jika tidak, dia tidak tau bagaimana dengan nasib nilainya.
Wonbin menyiapkan makan malam sesekali melirik ke arah Yewon yang tengah membaca bukunya di meja makan. Wajah gadis itu terlihat serius dan sesekali bergumam. Dia merasa sedikit lega karena akhirnya Yewon tidak terus mengeluh mengatakan bahwa dia gugup. Wonbin meletakkan beberapa piring makanan di hadapan Yewon dan gadis itu langsung menarik bukunya dan meletakkannya di kursi di sebelahnya.
“Besok terakhir kan?,”tanya Wonbin.
“Ya, dan kurasa aku lebih percaya diri. Tsk… Seminggu yang menyebalkan akhirnya akan berakhir,”jawab Yewon.
“Apa rencanamu selesai ujian besok?,”tanya Wonbin seraya mencicipi masakannya.
“Maksudnya?,”tanya Yewon mendongak menatapnya.
“Pulang sekolah kau akan melakukan apa? Pulang ke rumah atau pergi ke suatu tempat dulu?,”tanya Wonbin.
“Ntahlah, mungkin aku akan menemui Seunghyun oppa, tapi aku juga tidak tau,”jawab Yewon dan mulai melahap makanannya. Wonbin tertegun mendengar nama pria itu meluncur dari mulut Yewon padahal sudah seminggu terakhir dia merasa sedikit lega karena Yewon tidak menyebut-nyebut nama pria itu.
“Kalau kau mau pergi ke rumahnya, jangan pulang terlalu larut!,”ucap Wonbin.
“Tenang saja,”jawab Yewon.
============================
“Kau duduklah dengan tenang. Aku harus menyelesaikan bab terakhir,”ucap Seunghyun setelah meletakkan gelas berisi air putih di hadapan Yewon. Pria itu kemudian masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Yewon sedikit sebal dengan perlakuan itu, tapi mau tidak mau dia harus mengerti karena Seunghyun pasti membutuhkan ketenangan untuk menyelesaikan skripsinya. Yewon pun akhirnya memutuskan untuk duduk di karpet dan mengambil PSP yang tergeletak saja di atas meja. Yewon memainkan permainan itu, tetapi akhirnya dia menyerah karena dia benar-benar tidak mengerti cara memainkan permainan itu. Dia kemudian menunduk ke kolong meja dan melihat sebuah puzzle teronggok disana. Yewon pun mengambilnya dan menumpahkannya. Ternyata potongan puzzle itu cukup banyak dan Yewon mulai berkonsentrasi menyatukannya. Ternyata puzzle itu benar-benar membantunya menghilangkan rasa bosan karena Yewon sebenarnya benar-benar tidak suka jika harus menunggu. Yewon kemudian menolehkan kepalanya dan melihat sebuah toples di atas kulkas. Dia berjalan menuju dapur dan membuka tutup toples itu, dia tersenyum saat melihat sebatang lollipop sudah ada di tangannya. Yewon pun membuka bungkusnya dan membuangnya ke tempat sampah. Dia kemudian kembali duduk di karpet dan melanjutkan menata puzzle yang baru jadi setengahnya.
Yewon mulai merasa bosan menunggu, puzzle itu sudah berhasil dia susun dan kini dia hanya duduk diam sambil menjilati lollipopnya. Yewon pun akhirnya memutuskan untuk menyusuri ruangan itu untuk menghilangkan kebosanannya. Yewon perlahan berjalan menyusuri rak buku dan melihat banyak komik tertata dengan rapi, Yewon mengambil salah satu dan langsung mengembalikannya ke tempat semula seraya mengernyit saat dia membaca tulisan “Dewasa” di covernya. Yewon pun kembali menyusuri ruangan itu dan dia kembali ke depan rak buku. Dengan ragu dia mengambil komik yang tadi diambilnya dan menarik napas gugup sebelum membuka komik itu. Dia kemudian duduk di sofa dan membaca komik itu, sesekali wajahnya mengernyit,menampakkan ekspresi jijik saat dia melihat gambar yang tidak seharusnya dia lihat. Yewon langsung mengipas-ngipas wajahnya setelah selesai membaca habis komik itu dan memutuskan untuk mengembalikannya.
“Aku tidak habis pikir kenapa pria-pria senang sekali membaca yang seperti itu,”gumam Yewon saat meletakkan kembali komik yang tadi dibacanya dan mengambil yang lain. Dan sampai komik ketiga, akhirnya dia menjadi biasa-biasa saja membaca semuanya dan menjadi biasa-biasa saja saat melihat gambar-gambar vulgar. Seunghyun yang keluar dari kamar hanya bisa melongo kaget saat melihat Yewon tengkurap dengan komik di depannya dan lollipop di mulutnya. Dia tidak habis pikir Yewon akan membaca komik koleksinya itu.
“Oh.. oppa!,”ucap Yewon saat menyadari Seunghyun berdiri di depan pintu kamarnya.
“Kau kenapa membaca itu?,”tanya Seunghyun menunjuk komik yang Yewon pegang. Yewon kemudian bangun dan duduk.
“Ini? Aku hanya penasaran saja,”jawab Yewon acuh dan kembali membaca komik itu. Seunghyun sengaja duduk di sofa yang lain. Dia tidak yakin jika dia akan bisa menahan dirinya jika dia sampai tidak sengaja ikut melihat komik yang sedang Yewon baca.
“Selesai!,”ucap Yewon kemudian berdiri dan kembali menuju rak buku.
“Apa kau mau mengambil yang lain?,”tanya Seunghyun dan Yewon langsung menoleh.
“Tidak bolehkah?,”tanya Yewon. Seunghyun hanya menelan ludahnya. Astaga! Dia bisa gila jika Yewon terus saja mengulum dan mengeluarkan lagi lollipop yang ada di mulutnya.
“Tidak. Sudah cukup. Duduklah!,”ucap Seunghyun akhirnya. Yewon menggembungkan pipinya kesal tetapi kemudian duduk di sofa.
“Kenapa semua komikmu seperti itu?,”tanya Yewon.
“Karena aku seorang pria,”jawab Seunghyun.
“Kau sama saja dengan Yunmi. Senang dengan yang seperti itu. Bahkan mungkin dia lebih parah darimu. Dia sampai menonton yadong,”ucap Yewon.
“Apa?,”tanya Seunghyun terbelalak.
“Apa kau pikir hanya pria saja yang menonton? Wanita juga bisa jika ingin, hanya saja perspektif wanita saat menonton itu berbeda dengan pria,”jawab Yewon.
“Jadi kau sudah menontonnya?,”tanya Seunghyun. Yewon mendongakkan kepalanya seraya berpikir.
“Kurasa begitu. Tapi aku tidak yakin apakah itu yadong, hanya sedikit lebih vulgar dari film-film biasanya dan durasinya seperti film biasa, jadi kurasa yang kutonton itu bukan yadong,”jawab Yewon.
“Tskk… Aku tidak menyangka,”ucap Seunghyun.
“Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Sekarang buatkan aku makan malam!,”ucap Yewon.
“Ya! Bukankah seharusnya kau yang menyiapkan makan malam untukku?,”tanya Seunghyun.
“Aku tidak bisa memasak dan aku ini bermusuhan dengan pisau,”jawab Yewon.
“Bagaimana kalau kita memasak bersama?,”tawar Seunghyun.
“Kurasa itu ide yang buruk. Wonbin oppa saja tidak pernah membiarkanku masuk ke dapur saat dia sedang memasak, jadi kurasa sebaiknya aku disini saja, menunggu makanan tersaji,”jawab Yewon.
==============================
“Oppa!! Cepatlah!!,”teriak Yunmi di atas kasur pada Jonghoon yang kini sedang berada di dalam kamar mandi. Sudah satu jam pria itu disana dan meninggalkan Yunmi sendirian di atas kasur dengan tubuh yang hanya dibalut selimut. Yup, akhirnya Yunmi berhasil merayu Jonghoon untuk menyentuhnya, dia merasa sangat puas, tetapi tidak dengan Jonghoon. Pria itu justru merasa menyesal karena telah melakukan itu. Dia benar-benar menyesal telah mengambil sesuatu yang sangat berharga bagi Yunmi karena sejujurnya dia belum yakin bahwa dialah orang yang pantas untuk mendapatkan itu. Dan disinilah dia sekarang, di dalam kamar mandi, duduk di atas kloset dan menunduk penuh penyesalan. Jonghoon berkali-kali menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
“Oppa, apa kau menyesal?,”suara Yunmi terdengar tepat di depan pintu membuat Jonghoon menoleh.
“Oppa, keluarlah! Kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri karena akulah yang memintamu. Kumohon keluarlah,”ucap Yunmi lagi, tetapi tidak mendapat respon apa-apa dari Jonghoon. Yunmi pun memutuskan untuk kembali mengenakan pakaiannya karena jika Jonghoon keluar dan dia tetap dengan keadaan tanpa busana, dia yakin itu justru akan membuat Jonghoon semakin menyesali diri.
“Oppa…,”panggil Yunmi lagi dan akhirnya pintu kamar mandi terbuka. Jonghoon sudah mengenakan pakaiaannya—baju lengan panjang dan celana panjang—menunduk menatap Yunmi yang tengah mendongak menatapnya. Yunmi langsung menarik tangan Jonghoon dan mengajak pria itu duduk di sofa. Jonghoon diam saja, bahkan menghindari tatapan Yunmi.
“Maafkan aku!,”ucap Jonghoon akhirnya setelah kebisuan yang cukup lama.
“Maaf kenapa? Kau sama sekali tidak melakukan kesalahan,”ucap Yunmi.
“Aku telah melakukan kesalahan, Yunmi-a. Ayolah! Jangan berpikiran bodoh. Aku telah mengambil apa yang paling berharga darimu,”ucap Jonghoon frustasi.
“Tidak. Kau tidak mengambilnya, kau menerimanya. Bukankah aku yang dengan rela memberikannya padamu?,”ralat Yunmi.
“Tapi sama saja,”ucap Jonghoon.
“Tentu saja tidak sama. Itu berbeda. Tskkk… Kurasa kau memang benar-benar telah menyesal telah tidur denganku. Baiklah, aku pergi saja,”ucap Yunmi yang tiba-tiba merasa kesal dan langsung pergi dari apartemen Jonghoon. Meninggalkan Jonghoon yang masih terpaku menatap punggungnya yang kian menjauh.
“Aishh~~ Dia salah paham,”ucap Jonghoon seraya mengacak-acak rambutnya frustasi.
========================TBC========================
NO COMMENT NO MORE UPDATE!!!!
credit: Primadonnas' Island blog
From Primadonnas' Island |
Please leave comment.here is the tutorial:
1. click Post a Comment above the post.
2. choose the identity Name/URL
3. type the name (ex: Yewonnie) n type the url (ex: twitter.com/Yewonnie)
4. publish your comment
it is easy, right?so, please leave ur comment!!^^