Wednesday, December 29, 2010

[FF/S/NC-17/1] ONLY ONE PERSON IT'S YOU



a.n: Ini hanya cerita fiksi, hanya khayalan. jd jangan dianggap beneran. so, nikmati aja!!:)
===============================

“Seonghyun-a, bagaimana menurutmu pakaianku ini?,”tanya seorang gadis seraya memutar tubuhnya. Pria yang dimaksud hanya menatapnya seolah memberi penilaian.
“Aku tidak suka. Itu terlalu feminine untukmu,”komentar Seonghyun.
“Bagaimana menurutmu?,”tanya gadis itu pada pria yang lain yang kini tengah membuka-buka majalahnya. Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap gadis itu.
“Kau cantik, Yewon-a. Tapi untuk apa memakai baju seperti itu?,”ucap pria itu.
“Aku hanya ingin memakainya saja. Baju ini sudah teronggok terlalu lama di lemariku,”jawab Yewon seraya berjalan menuju meja riasnya dan menyisir rambutnya.
“Menurutmu, rambutku bagusnya bagaimana, Seunghyun-a?,”tanya Yewon lagi.
“Dibiarkan tergerai saja. Kau cantik seperti itu,”jawab Seunghyun.
“Ahh… baiklah. Jadi nanti kita akan jalan-jalan dan aku akan berpenampilan seperti ini,”ucap Yewon.
“Apa kau gila? Aku tidak suka bajumu seperti itu. Ganti saja!,”ucap Seonghyun. Yewon menggembungkan pipinya sebal.
“Wae? Seunghyun saja mengatakan kalau aku cantik dengan baju ini,”ucap Yewon.
“Tapi itu terlalu berlebihan. Lagi pula kita kan hanya ingin pergi jalan-jalan, bukan makan di restoran mewah,”jelas Seonghyun. Yewon pun akhirnya mengambil setelan andalannya, yaitu skinny jeans dan kaos lalu masuk ke kamar mandi.
“Seonghyun-a, kau kelewatan,”ucap Seunghyun. Seonghyun menoleh dan menatapnya.
“Apa kau mau pria lain menatapnya,huh? Aku tidak suka jika pria-pria lain memperhatikan Yewon,”ucap Seonghyun.
“Ahh… kau benar,”ucap Seunghyun paham.
======================

Mereka masuk ke café yang menjual beraneka ragam es krim dan Yewon langsung sibuk memilih es krim mana yang sebaiknya dia pesan.
“Aku bingung memilih yang mana,”gumam Yewon.
“Yang cokelat saja,”usul Seunghyun.
“Aku mau yang mocca. Kau juga mocca saja, Yewon-a,”ucap Seonghyun.
“Aish~~~ aku tidak suka mocca. Apa kau masih belum paham juga?,”ucap Yewon sebal. Seonghyun hanya menggedikkan bahunya dan memilih semangkuk es krim mocca.
“Aku cokelat saja,”ucap Yewon, sedangkan Seunghyun lebih memilih es krim rasa pisang. Mereka lalu duduk dan memakan es krim itu.
“Yewon-a,”panggil Seonghyun tiba-tiba.
“Hm?,”jawab Yewon tanpa mengalihkan pandangannya dari mangkuk es krim.
“Jadilah pacarku,”ucap Seonghyun yang dengan sukses membuat Yewon mengangkat kepalanya dan membulatkan matanya kaget. Seunghyun sendiri juga tidak kalah kaget mendengar perkataan Seonghyun barusan.
“Cepat jawab!,”ucap Seonghyun tanpa mempedulikan tatapan heran kedua temannya itu.
“Ne?,”tanya Yewon akhirnya bisa membuka suaranya.
“Ok, jadi mulai sekarang kau adalah pacarku,”ucap Seonghyun mengambil kesimpulan.
“Ya! Kau seenaknya saja,”ucap Yewon.
“Kurasa tadi aku mendengar kata ‘ne’ keluar dari mulutmu,”ucap Seonghyun.
“Tapi…,”ucap Yewon yang langsung dipotong oleh Seonghyun,”Tidak ada kata tapi, mulai sekarang, kau milikku, mengerti?,”ucap Seonghyun tegas.
=========================

Seunghyun masuk ke kamarnya dengan lunglai. Hatinya benar-benar sakit saat mendengar pengakuan Seonghyun pada Yewon. Seandainya saja dia lebih cepat, mungkin dialah yang menjadi pacar gadis itu, bukan Seonghyun. Seunghyun hanya bisa menatap foto dirinya dengan kedua temannya itu dengan senyuman getir terukir di bibirnya. Pertemanan mereka sejak kecil tanpa sadar telah menumbuhkan benih cinta di hatinya. Dia mencintai Yewon. Mencintai gadis itu sejak 3 tahun lalu. Dia berusaha menunjukkan perasaannya dengan memberikan perhatian pada gadis itu, tapi nyatanya Yewon tidak menyadarinya. Dan dia sendiri sama sekali tidak tau bahwa Seonghyun juga menyukai Yewon, sampai pengakuan pria itu tadi. Seunghyun menyesal karena dirinya terlalu lama berpikir, seandainya dia tidak berpikir terlalu lama dan menyatakan cintanya sejak dulu, mungkin perasaannya tidak akan tersakiti seperti ini.

Seunghyun merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya. Dia tidak tau bagaimana harus bersikap esok hari saat bertemu kedua temannya itu, pasangan baru itu. Seunghyun menolehkan kepalanya saat didengarnya pintu kamarnya diketuk. Dia bangkit dan membuka pintu itu, lalu dilihatnya Yewon berdiri disana, bersama Seonghyun. Yewon langsung masuk dengan tampang kesal dan Seonghyun mengikutinya di belakang dengan wajah santai.
“Ada apa?,”tanya Seunghyun.
“Dia. Menyebalkan,”ucap Yewon menuding Seonghyun.
“Apa? Aku? Memang aku kenapa?,”tanya Seonghyun bingung.
“Kau seenaknya saja menciumku di depan umma. Apa kau gila?,”omel Yewon.
“Ya! Memang kenapa? Kau kan sekarang pacarku. Lagipula ommonim tidak keberatan,”ucap Seonghyun membela diri.
“Kau dengarkan, Seunghyun? Dia benar-benar gila!,”ucap Yewon meminta pembelaan pada Seunghyun. Seunghyun hanya tersenyum simpul.
“Seonghyun-a, kau tidak seharusnya begitu. Kalian kan baru beberapa jam yang lalu berpacaran. Lagipula tidak pantas kau melakukan hal itu di depan orang lain,”ucap Seunghyun dan Yewon mengangguk setuju.
“Aish~~ kalian ini. Baiklah, aku tidak akan melakukannya lagi di depan orang lain,”ucap Seonghyun.
“Dan kau tidak boleh melakukannya tanpa persetujuanku,”tambah Yewon.
“YA! Apa kau ingin aku bertanya dulu saat aku ingin menciummu? Mana ada yang seperti itu,”ucap Seonghyun kesal.
“Aku tidak peduli. Yang jelas kau tidak boleh seenaknya menyentuhku!,”ucap Yewon tegas.
==========================

[Dua tahun kemudian]

Yewon masuk ke kamar Seunghyun, membuat pria itu langsung menoleh.
“Ada apa?,”tanya Seunghyun.
“Apa kau melihat Seonghyun?,”tanya Yewon.
“Ne? memang dia kemana?,”Seunghyun balik bertanya.
“Sejak kelulusan minggu lalu dia tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya,”jawab Yewon seraya duduk di hadapan Seunghyun.
“Kau sudah mencari ke rumahnya?,”tanya Seunghyun dan Yewon menggeleng.
“Mau aku antar kesana?,”tawar Seunghyun dan Yewon langsung mengangguk semangat.

“Seunghyun-a, kenapa rumah ini kelihatannya sepi sekali?,”ucap Yewon seraya memperhatikan rumah Seonghyun.
“Molla,”jawab Seunghyun.
“Kita tunggu saja. Nanti pasti ada yang membukakan pintu,”ucap Seunghyun. Selang berapa lama, datang seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.
“Kalian mencari siapa?,”tanya wanita itu.
“Anda siapa?,”Yewon balas bertanya karena dia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya.
“Saya pembantu disini. Kalian siapa ya?,”tanya wanita itu.
“Sejak kapan Seonghyun mengganti pembantunya?,”gumam Yewon.
“Kami ingin bertemu dengan Seonghyun. Apa kau bisa memanggilnya?,”ucap Seunghyun.
“Seonghyun? Siapa?,”tanya wanita itu bingung.
“Tentu saja pemilik rumah ini,”ucap Yewon mulai kesal dan Seunghyun langsung menenangkannya.
“Ahh… pemilik lama rumah ini? Mereka sudah tidak tinggal disini. Rumah ini sekarang sudah menjadi milik majikan saya,”ucap wanita itu mulai paham.
“Ne?,”tanya Yewon tidak percaya.

Yewon terduduk di taman dan menundukkan kepalanya. Rasanya seperti ada batu besar yang menghantam kepalanya saat mendengar ucapan wanita tadi. Apakah Seonghyun benar-benar sudah pergi? Kenapa dia tidak mengabarinya? Itulah pertanyaan yang kini ada di benak Yewon. Tidak mungkin Seonghyun pergi begitu saja. Seonghyun pasti akan mengabarinya. Ya, pasti. Jadi sebaiknya dia menunggu saja, karena nanti Seonghyun pasti akan menelponnya. Memberitahunya tentang keberadaannya saat ini. Yewon terkesiap saat sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Dia menoleh dan melihat sekaleng coke di hadapannya. Diapun mengambil coke yang disodorkan oleh Seunghyun dan membukanya lalu meminumnya sedikit. Seunghyun terdiam menunggu Yewon membuka suara.
“Seunghyun-a, menurutmu… Seonghyun kemana?,”ucap Yewon akhirnya.
“Aku tidak tau. Mungkin dia sedang mencari universitas yang bagus,”jawab Seunghyun dan dilihatnya Yewon mengangguk.
“Aku akan menunggunya,”ucap Yewon seraya tersenyum.
======================

Yewon merebahkan tubuhnya di kasur setelah berkali-kali dia ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Eunhye yang mendengar itu segera menghampiri anaknya dengan membawa segelas air hangat.
“Yewon-a, kau kenapa? Kenapa akhir-akhir ini kau sering sekali muntah?,”tanya Eunhye khawatir.
“Aku tidak tau,umma. Mungkin karena aku insomnia beberapa hari ini,”jawab Yewon.
“Yewon-a, atau jangan-jangan kau hamil?,”ucap Eunhye.
“Umma… jangan bercanda. Itu tidak mungkin,”ucap Yewon kesal.
“Sekarang jujur pada umma. Apa kau sudah pernah melakukan itu?,”tanya Eunhye dan Yewon terdiam.
“Apa dengan Seonghyun,huh?,”tanya Eunhye lagi dan Yewon dengan perlahan menganggukkan kepalanya.
“Kapan terakhir kali kalian melakukan itu?”tanya Eunhye.
“Sekitar…dua bulan yang lalu,”jawab Yewon takut-takut. Eunhye menghela napasnya kesal.
“Sekarang kau ikut umma! Kita harus memeriksakannya ke dokter,”ucap Eunhye.
“Umma… Aku tidak mungkin hamil. Itu sudah terlalu lama,”tolak Yewon.
“Ya! Memang kau pikir tanda-tanda kehamilan akan muncul saat itu juga, huh? Biasanya gejala-gejala itu akan muncul setelah usia kandungan 3-4 minggu, seperti kau ini. Jadi sebaiknya kau menurut saja pada umma dan kita periksakan kandunganmu,”ucap Eunhye kesal dengan kekerasan kepala putri semata wayangnya itu.

Yewon dengan gugup menunggu ucapan yang akan keluar dari mulut dokter Kim yang kini tengah membaca hasil pemeriksaannya. Dokter itu mengangguk paham dan kemudian menatap Yewon, membuat Yewon semakin gugup.
“Kau sedang hamil, Yewon-ssi,”ucap Dr.Kim dan langsung membuat Yewon terbelalak.
“Usia kandunganmu sudah empat minggu. Mulai sekarang, kau harus banyak mengonsumsi makanan bergizi, jangan tidur terlalu larut dan yang terpenting, jangan memikirkan hal-hal yang bisa membebani pikiranmu,”pesan Dr.Kim.
“Apa aku tidak bisa menggugurkannya saja?,”tanya Yewon yang langsung mendapat pukulan keras dari Eunhye yang kini memang duduk di sampingnya.
“Ya! Jangan berpikiran bodoh begitu,”omel Eunhye.
“Tapi Seonghyun sudah tidak ada,umma! Bagaimana mungkin aku bisa mempertahankan bayi ini jika appa nya saja tidak ada!,”ucap Yewon kesal dan air mata turun begitu saja.
“Aku tidak mungkin sanggup membesarkannya sendiri,umma! Lagipula, aku harus bilang apa pada orang-orang? Aku malu!!!!!!!,”teriak Yewon histeris dan Eunhye langsung memeluknya dan air matanya pun ikut mengalir.
“Bagaimana jika Seonghyun tidak akan pernah kembali? Aku harus menjawab apa jika anak ini menanyakan appanya?,”ucap Yewon terisak.
“Umma akan membantumu merawatnya, Yewon-a. Kau tidak perlu malu dan takut. Dan dengar, dia ini anakmu. Apa kau benar-benar tega membunuhnya,huh?,”tanya Eunhye. Yewon melepaskan pelukannya dan menatap Eunhye.
“Aku hanya takut tidak bisa membesarkannya,umma,”ucap Yewon. Eunhye tersenyum menenangkan dan membelai rambut Yewon.
“Umma akan membantumu. Kau tenang saja,hm?,”ucap Eunhye. Eunhye kembali menatap Dr.Kim yang tengah menatapnya.
“Yewon-ssi, kau tidak perlu khawatir. Jika kau memperhatikan asupan gizimu, anak itu pasti akan lahir dengan sehat. Jika kau ingin menggugurkannya, kau bukan hanya akan membunuhnya, tapi itu juga berbahaya untukmu. Aborsi bukanlah sesuatu yang mudah dan tanpa resiko. Untuk itu, aku sarankan kau tetap mempertahankan anak yang ada dalam kandunganmu itu. Rawat dia dengan penuh kasih sayang,”nasihat Dr.Kim.
===============================

“Yewon-a,makanlah,”Seunghyun menyodorkan sesendok makanan ke mulut Yewon, tetapi gadis itu menolaknya.
“Aku tidak mau Seunghyun-a. Mulutku tidak enak,”ucap Yewon.
“Ya! Kalau kau tidak makan kasihan anakmu. Nanti dia kelaparan,”ucap Seunghyun.
“Tapi mulutku benar-benar tidak enak. Lagi pula jika aku makan pasti akan keluar lagi,”ucap Yewon. Seunghyun pun akhirnya menyerah dan meletakkan piring itu.
“Kalau begitu aku buatkan susu. Dan kau harus berjanji kalau kau akan meminumnya sampai habis,”ucap Seunghyun lalu berjalan keluar dan menuju dapur. Yewon menoleh menatap pintu yang kini sudah tertutup dan bergumam,”Kau seperti suamiku saja.”

“Yewon-a,”ucap Seunghyun dengan wajah serius.
“Apa? Kenapa kau serius begitu?,”tanya Yewon.
“Aku bersedia mencantumkan namaku sebagai ayah anakmu nanti di akte kelahirannya,”jawab Seunghyun.
“Ne?,”tanya Yewon sangsi. Seunghyun menggenggam tangannya dan menatap mata Yewon dalam.
“Aku bersedia menjadi ayah dari anakmu. Bukankah kau tidak ingin dia lahir tanpa ayah? Untuk itu, aku bersedia menjadi ayahnya,”ucap Seunghyun dan Yewon hanya terdiam.
“Aku akan menjadi ayah sementaranya. Jika Seonghyun sudah kembali… biarlah dia tau bahwa Seonghyun adalah ayah kandungnya,”ucap Seunghyun.
“Apa kau serius, Seunghyun-a?,”tanya Yewon.
“Aku serius. Biar bagaimanapun, aku sudah menjagamu, menjaga kalian. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa aku menyayangi anak ini,”ucap Seunghyun seraya membelai perut Yewon yang sudah membesar. Yewon hanya tertawa melihatnya.
“Kau ini seperti suamiku saja, Seunghyun-a,”canda Yewon.
==========================

[Tiga bulan kemudian]

Seunghyun berlari sekuat tenaga menuju ruang operasi dan melihat Eunhye berdiri disana.
“Bagaimana, ommonim?,”tanya Seunghyun dengan napas memburu.
“Kau masuklah, bantu Yewon,”ucap Eunhye dan Seunghyun pun akhirnya masuk ke ruang bersalin itu. Dilihatnya Yewon terbaring di atas ranjang dan sedang berusaha sekuat tenaga melahirkan anaknya. Seunghyun langsung mengampiri dan menggenggam erat tangan Yewon.
“Aku capek, Seunghyun-a,”ucap Yewon lemas tetapi tetap berusaha sekuat tenaga untuk melahirkan anak itu.
“Terus berjuang, Yewon-a. ingatlah bahwa nanti kau akan melihat wajah lucunya,”ucap Seunghyun memberi semangat. Seunghyun terus mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat Yewon kembali bertenaga untuk melahirkan sampai akhirnya suara tangis bayi terdengar dan dia langsung terkulai lemas.
“Sudahkah?,”tanya Yewon lemas.
“Ne. Dia sudah lahir,”ucap Seunghyun tersenyum seraya membelai rambut Yewon dan mengusap peluh di keningnya. Seorang perawat memberikan bayi itu setelah membersihkannya dan Yewon tersenyum bahagia saat melihatnya.
“Anakmu perempuan, nyonya,”ucap perawat itu.

Yewon akhirnya bangun setelah tertidur cukup lama dan menolehkan kepalanya. Dilihatnya Seunghyun sedang membaca buku tentang perawatan bayi di sofa yang ada disana.
“Kau benar-benar berniat sekali menjadi seorang appa,”ucap Yewon dan Seunghyun langsung menolehkan kepalanya.
“Kau sudah bangun,”ucap Seunghyun seraya menghampirinya.
“Hmm… Badanku rasanya mau patah, tapi ini sudah lebih baik,”jawab Yewon.
“Apa kau sudah melihat anak itu?,”tanya Yewon.
“Sudah. Aku melihatnya di ruangan bayi. Apa kau mau melihatnya?,”tanya Seunghyun dan Yewon mengangguk.
“Biar aku panggilkan perawat agar membawanya kemari,”ucap Seunghyun yang kemudian keluar kamar. Selang berapa lama akhirnya Seunghyun datang bersama perawat yang membawa tempat tidur bayi dan ibunya juga ada disana.
“Aigoo~~ akhirnya kau bangun juga. Kau harus menyusui anak ini, Yewon-a,”ucap Eunhye.
“Bagaimana mungkin,umma? ASI ku pasti belum keluar,”ucap Yewon.
“Biarkan anak ini berbaring di badanmu dan mencarinya,”ucap Eunhye.
“Ne?,”tanya Yewon kaget.
“Kau jangan kaget seperti itu. Walaupun bayi belum bisa melihat, tetapi dia sudah punya naluri untuk mengetahui dimana letak puting susu ibunya,”ucap Eunhye yang dengan sukses membuat Yewon bersemu merah.
“Umma~ Jangan mengatakan hal itu! Ada Seunghyun disini,”ucap Yewon malu.
“Tsk… kau ini,”ucap Eunhye seraya menggendong bayi itu.
“Sekarang lepaskan kancing bajumu!,”perintah Eunhye.
“Aku pamit keluar,”ucap Seunghyun yang mengerti dan langsung pergi dari sana.

Seunghyun kembali masuk setelah tadi Eunhye keluar dan menyuruhnya untuk masuk. Dilihatnya Yewon tengah menggendong bayi itu dan membelai rambut bayi yang tengah tertidur itu. Yewon langsung menoleh dan tersenyum saat dilihatnya Seunghyun berjalan menghampirinya. Seunghyun mengambil kursi dan duduk di tepi ranjang Yewon.
“Apa kau sudah memikirkan nama untuknya?,”tanya Seunghyun.
“Belum. Aku belum mempunyai ide. Nanti sajalah,”jawab Yewon. Seunghyun mencondongkan tubuhnya dan menatap bayi yang tengah digendong Yewon itu.
“Kau mau menggendongnya?,”tawar Yewon.
“Tidak. Aku tidak berani. Nanti saja aku menggendongnya saat dia sudah agak besar,”ucap Seunghyun seraya menggenggam jemari bayi itu dan bayi itu ternyata balas menggenggam jari telunjuknya dengan jari-jari mungilnya.
“Dia lucu sekali,”ucap Seunghyun seraya berdiri dan menundukkan wajahnya lalu mencium pipi bayi itu. Membuat bayi itu sedikit menggeliat. Eunhye yang ternyata sedari tadi memandang pemandangan itu dari luar hanya tersenyum.
“Yewon-a, seharusnya orang yang kau cintai adalah Seunghyun, bukan Seonghyun,”ucap Eunhye.

============TBC===========

Seonghyun di chapter ini adalah Oh Wonbin.
seperti yang kita ketahui bahwa sejak SMP dia mengganti namanya sebagai Oh Seonghyun.
Jadi,jangan bingung ya..:)

 
 

Followers

My Update