Wednesday, December 29, 2010

[FF/S/NC-17/2] ONLY ONE PERSON IT'S YOU



I also post this Fanfic on my own Facebook.
Chapter 1
=======================

“Yebin-a, uljima!,”ucap Yewon seraya menimang Yebin yang kini tengah menangis. Anak itu memang sering sekali bangun tengah malam dan biasanya tidak akan tidur sampai besok pagi. Seunghyun masuk ke kamar dan membuat Yewon menoleh.
“Dia bangun lagikah?,”tanya Seunghyun seraya menghampiri.
“Ne. padahal aku sudah memberinya susu,”jawab Yewon.
“Tsk… Bagaimana ini? Besok aku ada kuliah pagi,”ucap Yewon.
“Kau tidur saja. Biar aku yang mendiamkannya,”ucap Seunghyun.
“Ne?,”tanya Yewon sangsi tetapi Seunghyun sudah mengambil alih Yebin dan menimang anak itu.
“Kau tenang saja. Aku pasti bisa menenangkannya,”ucap Seunghyun meyakinkan.

Keesokan paginya, Yewon masuk ke dalam kamar Yebin dan melihat Seunghyun tertidur di samping anak itu. Wajah kedua orang itu benar-benar polos saat sedang tidur, membuat Yewon tersenyum simpul.
“Dimana Seunghyun?,”tanya Eunhye saat Yewon masuk ke dapur.
“Dia tidur bersama Yebin. Semalam dia yang berusaha menenangkan anak itu dan kurasa Yebin membuatnya tidak tidur semalaman,”jawab Yewon.
“Apa Seunghyun tidak ada kuliah?,”tanya Eunhye.
“Kurasa tidak,”jawab Yewon seraya memakan sarapannya.
“Aku berangkat,umma!,”ucap Yewon mengecup pipi Eunhye dan pergi.

Seunghyun keluar kamar dengan Yebin digendongannya. Anak itu mengusap matanya dan menguap.
“Aigoo~~ Kau sudah bangun, Yebin-a,”sapa Eunhye.
“Kau tidur jam berapa, Seunghyun-a?,”tanya Eunhye.
“Kurasa jam 4. Anak ini benar-benar membuatku kewalahan,”ucap Seunghyun menatap Yebin yang kini balas menatapnya.
“Kau benar-benar membuat appa capek,”ucap Seunghyun seraya mengecup pipi anak itu. Yebin hanya menggembungkan pipinya dan kemudian mengarahkan tangannya ke arah Eunhye. Eunhye mengambil anak itu dari gendongan Seunghyun.
“Kau sarapanlah,”ucap Eunhye.
“Appa~~~~,”panggil Yebin saat Seunghyun hendak melangkahkan kakinya.
“Wae? Appa mau cuci muka dulu, Yebin-a. Kau dengan halmeoni saja,”ucap Seunghyun.
“Ungg~~ Appa~~,”ucap Yebin seraya mencondongkan tubuhnya ke arah Seunghyun. Seunghyun pun akhirnya kembali menggendong Yebin dan membawa anak berusia satu tahun itu ke kamar mandi.
“Appa mau gosok gigi. Tapi kau tidak usah. Gigimu masih sedikit, Yebin-a. jadi gosok pakai jari saja,ok?,”ucap Seunghyun seraya mengoleskan odol rasa strawberry ke jarinya dan menyuruh Yebin membuka mulutnya.
“Anio. Bukan begitu. Begini,”ucap Seunghyun mengarahkan Yebin agar mengikutinya. Akhirnya anak itupun mengikuti Seunghyun dan menunjukkan gigi-giginya.
“Sekarang kumur-kumur,”ucap Seunghyun membuat Yebin meminum air dan menyuruh anak itu mengeluarkannya.
“Nah, sudah. Sekarang giliran appa yang gosok gigi,”ucap Seunghyun dan menggosok giginya. Yebin yang berada di gendongannya memperhatikannya dan berkali-kali mencoba merebut sikat gigi yang digunakan Seunghyun.
“Nah, selesai. Ayo kita sarapan!,”ucap Seunghyun kemudian dan membawa anak itu keluar.

“Yebin-a, appa pergi dulu. Kau bersama halmeoni,ok?,”ucap Seunghyun karena siang itu dia memang ada kelas. Yebin tetap melingkarkan tangannya di leher Seunghyun.
“Appa nanti pulang. Tapi sekarang appa harus pergi dulu. Kau bersama halmeoni dulu,ok?,”ucap Seunghyun dan Yebin menatapnya dengan menggembungkan pipinya. Seunghyun mengecup pipi Yebin,”Aigoo~~ cantiknya. Sudah ya, kau dengan halmeoni saja,”ucap Seunghyun lagi. Awalnya Yebin tetap bergeming tetapi kemudian anak itu mencondongkan tubuhnya ke arah Eunhye dan kini berada di gendongan Eunhye. Eunhye melambaikan tangan Yebin ke arah Seunghyun saat pria itu sudah menstarter mobilnya. Seunghyun balas melambai pada Yebin dan kemudian melajukan mobilnya.
==================
“Yewon-a,”sapa Seunghyun saat melihat wanita itu berada di perpustakaan.
“Kau ada jadwal kuliah kah?,”tanya Yewon sedikit kaget.
“Ne. Aku baru selesai kelas pertama. Nanti masih ada kelas. Kau pulang jam berapa?,”tanya Seunghyun. Yewon melihat jam tangannya,”Jam 4. Kau?,”tanya Yewon.
“Aku jam 5. Mau menungguku?,”tanya Seunghyun.
“Ok. Aku tunggu disini,”jawab Yewon.
“Tadi kau tidur jam berapa?,”tanya Yewon. Seunghyun menyandarkan tubuhnya di kursi sebelum menjawab,”Jam 4.”
“Semalam Yebin tidak berhenti menangiskah?”tanya Yewon.
“Anio. Dia tidak menangis. Hanya saja dia membuatku menemaninya bermain puzzle,”jawab Seunghyun.
“Ahh… Begitu. Aku pikir dia terus menangis,”ucap Yewon. Seunghyun menopang dagunya dan menatap Yewon.
“Aku senang Yebin memanggilku appa,”ucap Seunghyun dan Yewon langsung menatapnya.
“Kau kan memang appa nya,”ucap Yewon.
“Seonghyun?,”tanya Seunghyun. Yewon langsung menutup bukunya dan menatap Seunghyun.
“Kumohon jangan ucapkan nama itu lagi. Aku benar-benar ingin melupakan semua tentangnya,”ucap Yewon.
“Baiklah,”ucap Seunghyun menyetujui.

“Yebin-a~~~ umma dan appa pulang!,”teriak Yewon. Yebin yang mendengarnya langsung menoleh dan merangkak menuju ruang tamu. Yewon yang melihatnya langsung menggendong anak itu dan memberikan kecupan di pipinya.
“Kau tidak merepotkan halmeoni kan?,”ucap Yewon seraya berjalan masuk dan dilihatnya ummanya tengah memasak.
“Umma, kau ini senang sekali memasak. Sekali-kali biarkanlah aku yang memasak,”ucap Yewon.
“Umma hanya tidak ingin orang di rumah ini keracunan,”goda Eunhye.
“Umma,kau menyebalkan,”ucap Yewon menggembungkan pipinya. Yewon langsung menunduk saat dirasanya Yebin menatapnya.
“Apa? Hm? Kau mau menertawakan umma?,”tanya Yewon pura-pura marah dan Yebin langsung tersenyum.
“Tsk. Anak ini,”ucap Yewon.
“Appa,”ucap Yebin saat dilihatnya Seunghyun datang dan membuka kulkas. Seunghyun menoleh dan tersenyum sekilas. Kemudian pria itu mengambil minum dan menegaknya dan saat dia menoleh, dia sudah melihat Yewon berdiri di sampingnya dengan Yebin di gendongannya.
“Kau peganglah dia sebentar. Aku mau mandi,”ucap Yewon dan Seunghyun langsung menggendong Yebin.
“Kau mau main apa, Yebin-a? puzzle lagi,hm?,”tanya Seunghyun seraya membawa Yebin keluar dari dapur. Dia mendudukkan anak itu di karpet dan meletakkan puzzle di hadapannya. Dia memperhatikan Yebin yang tengah bermain puzzle dan memperhatikan anak itu yang kadang bergumam tidak jelas seolah sedang berbicara.

Yewon duduk di ruang keluarga dengan buku di tangannya. Dia membaca bukunya dan Yebin yang tengah duduk di karpet menatapnya. Anak itu lalu berdiri dengan berpegangan pada sofa dan berjalan ke arah Yewon.
“Umma..umma..,”gumam anak itu. Yewon langsung menunduk dan dilihatnya Yebin sudah berada di bawahnya.
“Apa?,”tanya Yewon setelah meletakkan bukunya dan menatap Yebin. Yebin meraih telapak tangan Yewon dan menjadikan tangan itu sebagai tumpuannya untuk naik ke atas sofa. Seunghyun yang memperhatikannya hanya tertawa.
“Kasian sekali anak ini,”ucapnya seraya membantu Yebin hingga akhirnya anak itu berhasil naik dan bertepuk tangan.
“Hahah… kau ini,”ucap Seunghyun seraya ikut duduk di sampingnya dan mengecup kepalanya.
“Apa kau mau membaca buku juga seperti umma?,”tanya Seunghyun lalu kemudian mengambil buku dan meletakkannya di hadapan Yebin. Yebin langsung membuka buku-buku yang penuh gambar itu dan bergumam.
“Dia bicara apa?,”tanya Yewon.
“Tidak tau. Biarkan saja,”ucap Seunghyun menggedikkan bahunya.
=========================
[Tiga tahun kemudian]

Yewon berdiri di depan cermin toilet dan merapikan penampilannya. Sebentar lagi calon bos barunya akan datang dan tentu saja dia harus merapikan penampilannya karena atasannya yang sebelumnya mengatakan bahwa penggantinya kini adalah orang yang perfeksionis. Dan dia meminta Yewon agar bersabar saat menanganinya.

Orang yang ditunggu-tunggu pun akhirnya memasuki ruang rapat itu. Dia kemudian berdiri dan menatap semua orang yang hadir. Tatapannya langsung terhenti saat melihat Yewon, tetapi Yewon sendiri membalas tatapannya dengan pandangan biasa saja.
“Annyeong haseyo! Oh Wonbin imnida! Aku akan menjadi pemimpin di perusahaan ini. Aku dipindah kerjakan kesini. Dan kuharap kalian semua membiasakan diri dengan cara kerjaku. Aku tidak ingin ada kesalahan ataupun keluhan. Jika kalian merasa tidak sanggup, aku akan dengan senang hati membukakan pintu dan mengijinkan kalian angkat kaki dari perusahaan ini,”ucap Wonbin memberi sambutan.

Wonbin berdiri di ruangannya menatap keluar jendela. Pikirannya langsung tertuju pada sosok wanita yang tadi dilihatnya. Dia sangat yakin bahwa wanita itu adalah Yewon, Han Yewon. Yewon nya yang dulu. Tetapi saat bertatapan tadi raut wajah Yewon biasa saja. Apakah dia sudah tidak mengingatnya? Apakah hanya karena perubahan namanya membuat wanita itu sama sekali tidak mengenalinya?
TOK..TOK..
Pintu ruang kerjanya diketuk dan Wonbin langsung menoleh. Dilihatnya Yewon masuk dan menghampirinya.
“Annyeong haseyo! Saya Han Yewon. Mulai saat ini saya adalah sekretaris Anda,”ucap Yewon memperkenalkan diri dan membungkuk sopan. Wonbin langsung terkesiap. Ternyata wanita ini memang benarlah Yewon nya. Yewon yang merupakan cintanya di masa lalu.
“Jika Anda memerlukan bantuan, Anda bisa memanggil saya,”ucap Yewon lalu pergi dari ruangan itu.
“Dia benar-benar tidak mengingatku,”gumam Wonbin.

Yewon untuk yang kesekian kalinya masuk ke ruangan Wonbin. Bos nya itu terus saja memberinya tugas berkali-kali. Yewon akhirnya keluar dan dengan kesal membanting map di tangannya.
“Orang itu menyebalkan sekali. Kenapa tidak langsung saja memberi tugasnya,”gerutu Yewon kemudian duduk di bangkunya dan mengerjakan apa yang diperintahkan Wonbin. Wonbin yang ternyata memperhatikan dari ruangannya hanya tersenyum simpul.
“Kau tidak berubah, Yewon-a,”ucap Wonbin.
“Tetapi harus kuakui kau memang cantik saat berpenampilan feminine seperti itu,”ucapnya.
========================
Yewon masuk ke rumahnya dengan tampang kesal, membuat Yebin sedikit takut untuk mendekatinya.
“Umma~~,”ucap Yebin memeluk kaki Yewon. Yewon tersenyum kemudian mengangkat anak itu dan mendudukkannya di pangkuannya.
“Apa appa belum pulang?,”tanya Yewon.
“Belum. Umma kenapa?,”tanya Yebin. Yewon hanya tersenyum,”Umma capek, Yebin-a. Hari ini sangat melelahkan.”
Yebin memeluknya seolah memberikan Yewon tenaga agar tidak merasa capek lagi.
“Kau hari ini belajar apa, Yebin-a?,”tanya Yewon. Yebin langsung menggembungkan pipinya.
“Wae? Apakah kau melawan Jessica ahjumma lagi?,”tanya Yewon.
“Dia menyebalkan,”ucap Yebin seraya mengerucutkan bibirnya.
“Aigoo~~ Kau jangan begitu, Yebin-a. Kau harus mendengarkan apa yang Jess ahjumma katakan. Memangnya kau tidak mau sekolah tahun depan,hm?,”tanya Yewon dan Yebin hanya diam saja.
“Appa…,”Yebin langsung menolehkan kepalanya dan langsung turun dari pangkuan Yewon saat didengarnya suara sebuah mesin mobil berhenti. Dia langsung menuju pintu dan membukanya. Seunghyun yang saat itu baru keluar dari mobil langsung tersenyum melihat Yebin yang berlari menyambutnya. Anak itu langsung melompat ke dalam pelukan Seunghyun dan menggerak-gerakkan kepalanya senang.
“Aigoo~~ Kau senang sekali, Yebin-a. Ada apa? Rindu dengan appa?,”tanya Seunghyun seraya melangkah masuk bersama Yebin.
“Lollipop,”ucap Yebin dengan senyum manisnya.
“Ahh… Appa lupa, Yebin-a. Mianhae!,”ucap Seunghyun yang langsung membuat Yebin cemberut dan meronta meminta turun. Setelah berhasil turun, anak itu langsung berlari masuk.
“Kau apakan dia?,”tanya Yewon yang datang dengan segelas teh hangat di tangannya.
“Aku hanya mengatakan bahwa aku lupa membawa lollipop pesanannya,”jawab Seunghyun seraya meletakkan sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah.
“Benarkah?,”tanya Yewon sangsi.
“Tentu saja tidak. Aku rasa dia marah,”jawab Seunghyun lalu berjalan melewati Yewon dan mencari Yebin.

“Senangkah?,”tanya Yewon saat dilihatnya Seunghyun datang bersama Yebin di gendongannya dan anak itu terlihat memegang lollipop di tangannya. Yebin hanya tersenyum mendengar pertanyaan Yewon dan menjilat lollipopnya. Seunghyun duduk di sofa dan membiarkan Yebin duduk di karpet bermain dengan puzzle nya sambil mengemut lollipop.
“Kau kenapa? Sepertinya capek,”tanya Seunghyun. Yewon meluruskan punggungnya dan menghela napas.
“Ya. Bos baruku benar-benar menyebalkan,”keluh Yewon.
“Kenapa? Apa dia menyulitkanmu?,”tanya Seunghyun.
“Sebenarnya tidak. Hanya saja… dia senang sekali berkali-kali memberiku pekerjaan. Padahal akan lebih baik jika dia langsung mengatakannya sekaligus. Benar-benar membuat capek,”cerita Yewon. Seunghyun tersenyum melihat ekspresi wajah Yewon.
“Kau katakan saja padanya bahwa kau tidak suka jika dia seperti itu,”ucap Seunghyun.
“Hhh… Aku tidak berani. Bisa-bisa aku langsung dipecat olehnya. Mungkin lebih baik aku minta dipindahkan saja. Lebih baik aku menjadi sekretaris Yonghwa, bos ku yang dulu,”keluh Yewon.
“Yasudah, dengan Yonghwa saja. Dia masih disanakan?,”usul Seunghyun dan Yewon langsung meliriknya kesal.
“Ya, dia memang masih di perusahaan kami, tapi dia dipindah tugaskan ke Berlin,”jawab Yewon.
“Hhh… Kuharap aku bisa bertahan dengan bos baruku. Baru sehari saja aku rasanya ingin mencincangnya,”ucap Yewon.
“Itu karena kau belum terbiasa, Yewon-a. Kau belum terbiasa dengan caranya memerintah, tapi lambat laun kau pasti akan terbiasa,”ucap Seunghyun menasihati. Yewon menatapnya beberapa saat,”Ya, kau benar juga.”
==============================
Wonbin duduk di sofa dekat jendela apartemennya dengan secangkir kopi di tangannya. Pikiran pria itu tertuju pada Yewon. Dia benar-benar tidak habis pikir bahwa Yewon akan melupakannya begitu saja. Walaupun memang perpisahan mereka sudah cukup lama, tetapi tidak seharusnya Yewon melupakannya begitu saja. Bahkan wanita itu bersikap seolah tidak pernah bertemu dengannya hanya karena dia mengubah namanya, padahal wajahnya tetap sama seperti dulu. Ataukah memang wajahnya di mata Yewon telah berubah? Ntahlah. Tapi Wonbin merasa bahwa Yewon tidaklah berpura-pura tidak mengenalnya, tetapi wanita itu benar-benar merasa bahwa tidak mengenalnya.
“Yewon-a, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah kau amnesia?,”gumam Wonbin.
“Tsk… tapi tidak mungkin. Data dirinya saja masih sama,”ucap Wonbin melirik CV Yewon yang ada di meja.
“Hmmm… lalu ada apa dengannya sebenarnya?,”gumam Wonbin seraya menopang dagunya.
“Pasti ada sesuatu yang membuatnya melupakanku begitu saja. Tapi apa?,”ucap Wonbin bingung.

Wonbin melangkahkan kakinya menuju sebuah restoran dan dilihatnya Yewon sudah duduk di sebuah bangku. Terlihat sekali raut kesal di wajahnya. Wonbin memang tadi sengaja menelpon Yewon dan memintanya bertemu. Dia memberikan alasan untuk keperluan bisnis, padahal tentu saja tidak. Wonbin menarik kursi di hadapan Yewon dan membuat wanita itu menatapnya.
“Maaf membuatmu datang menemuiku malam-malam,”ucap Wonbin membuka percakapan seraya membuka daftar menu.
“Kau mau makan apa?,”tanya Wonbin berbasa-basi.
“Tidak perlu. Cepat katakan saja keperluanmu,”jawab Yewon ketus. Wonbin menatapnya tetapi Yewon sama sekali tidak gentar dengan tatapan itu.
“Apa kau sudah berkeluarga, Yewon-ssi?,”tanya Wonbin.
“Apakah kau memintaku kesini hanya untuk menanyakan itu? Apakah itu termasuk urusan bisnis yang kau maksud?,”ucap Yewon ketus.
“Memang bukan, tapi aku hanya ingin tau saja,”jawab Wonbin santai.
“Tapi apa urusannya denganmu?,”tanya Yewon.
“Kalau memang tidak ada urusan penting, sebaiknya aku pergi saja,”ucap Yewon meraih tasnya dan Wonbin dengan segera menahan tangan wanita itu agar tidak pergi.
“Maaf,”ucap Wonbin dan akhirnya Yewon kembali duduk.
“Aku hanya ingin berbasa-basi sedikit denganmu sebelum memulai pembicaraan serius, tapi kurasa kau tidak bisa. Jadi, langsung saja kita membahasnya,”ucap Wonbin. Yewon hanya menatapnya. Wonbin pun akhirnya membuka tas yang dibawanya dan mengeluarkan berkas dari dalam sana dan diletakkannya di atas meja.
“Tolong kau pelajari berkas ini. Dan besok pagi, kau jelaskan padaku tentang isi berkas ini. Aku tidak punya waktu untuk mempelajarinya. Apa kau bisa?,”jelas Wonbin. Yewon meraih berkas itu dan membacanya sekilas.
“Aku bisa. Apakah kau juga membutuhkan catatan singkat tentang berkas ini?,”tanya Yewon kemudian.
“Ya, jika kau tidak keberatan,”jawab Wonbin.
“Baiklah, besok pagi aku akan menyerahkan catatan singkat tentang berkas ini dengan detail jadi kau tidak perlu penjelasan dariku,”ucap Yewon seraya merapikan berkas itu dan memasukkan ke dalam tasnya.
“Aku tetap membutuhkan penjelasan secara lisan,”ucap Wonbin.
“Baiklah,”ucap Yewon kemudian dan berdiri. Yewon pun pergi setelah memberikan salam hormat pada Wonbin. Wonbin hanya menatap punggung Yewon yang kian menjauh dan menghela napasnya.
“Sepertinya kau benar-benar sudah melupakanku, Yewon-a,”ucapnya.
==============TBC==============

 
 

Followers

My Update