Thursday, August 25, 2011

[FF/S/NC-17/2] IF YOU GIVE YOUR HEART

<< Part 1




TITLE: IF YOU GIVE YOUR HEART
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
- Choi Jong Hoon
- Kim Yun Mi
- etc


Seorang pria tinggi nan tampan membuka pintu sebuah ruangan dengan kesal dan duduk di sofa dengan tangan terlipat di dada dan muka merengut kesal. Pria lain yang berada di ruangan itu hanya menatap bingung.
“Seunghyun-a, kenapa?,”tanya pria yang duduk di balik meja kerja. Pria yang duduk di sofa mengangkat kepalanya dan menatap pria lainnya.
“Ahhh.. Aku benar-benar bisa gila,hyung,”ucap Seunghyun seraya merebahkan tubuhnya di sofa.
“Memang apa yang terjadi? Kau membuat masalah apa lagi?,”tanya pria itu. Seunghyun mendelik kesal.
“Tskk.. ya! Jangan selalu berpikiran aku yang membuat masalah. Kali ini umma dan appa yang membuat masalah,”ucap Seunghyun kesal.
“Wonbin hyung, kau bujuklah mereka,”pinta Seunghyun.
“Bujuk apa? Aku bahkan tidak tau duduk perkaranya,”ucap Wonbin bingung.
“Jadi kau akan membujuk mereka jika kau tau duduk perkaranya?,”tanya Seunghyun seraya bangun dan menatap Wonbin.
“Tidak. Aku yakin pasti itu hal buruk,”ucap Wonbin kemudian membaca berkas di depannya.
“Hyung~~~ kau benar-benar harus membantuku,”ucap Seunghyun seraya mendekat dan duduk di hadapan Wonbin.
“Jelaskan dulu, baru nanti aku pikirkan apakah aku akan membantumu atau tidak,”ucap Wonbin tanpa menatap Seunghyun. Seunghyun menyandarkan punggungnya di kursi dan menghembuskan napasnya.
“Tadi umma dan appa mengatakan bahwa aku harus segera menikah,”ucap Seunghyun.
“Bagus kalau begitu. Menikahlah,”ucap Wonbin.
“Tskkk… menyebalkan,”gerutu Seunghyun.
“Tapi, hyung… kau tau sendiri kan aku masih muda? Mana mungkin aku menikah secepat itu,”ucap Seunghyun.
“Itu bukan alasan,”ucap Wonbin tanpa mengalihkan pandangan dari berkas yang dibacanya.
“Hyung, bagaimana kalau kau saja yang menikah?,”tanya Seunghyun dan Wonbin langsung mengangkat kepalanya.
“Kau gila?,”tanya Wonbin dengan tatapan tajam.
“Ya! Usiamu itu sudah pantas untuk menikah,hyung. Sedangkan aku? Tidak pantas!,”ucap Seunghyun.
“Bangsa Eskimo saja menikah di usia 12 tahun. Jadi kurasa tidak ada masalah. Kau sudah 24 tahun dan usia itu di Korea sudah legal untuk menikah,”jelas Wonbin.
“Hyung… kau benar-benar tidak pengertian!,”gerutu Seunghyun kesal.
“Tskkk… sudah berapa kali aku membantu menyelesaikan masalahmu, huh?,”tanya Wonbin dan Seunghyun diam.
“Dan kurasa ini bukan suatu masalah. Pernikahan bukanlah suatu masalah,”ucap Wonbin.
“Lihat saja! Kau yang lebih pantas untuk menikah, hyung… Ayolah! Kau saja yang menikah. Sebenarnya perjanjian orang tua kita dengan orang tua gadis itu hanyalah menikahkan anak mereka. Tidak ada perjanjian untuk menikahkan anak itu denganku. Jadi, itu tidak masalah jika hyung yang menikahinya,”ucap Seunghyun tetap berusaha untuk membujuk Wonbin.
“Dengar, aku sangat sibuk, Seunghyun-a. aku tidak mungkin punya waktu untuk mengurus istri dan anakku nanti. Dan kurasa itulah alasan mengapa umma dan appa memilihmu untuk menikah dengan gadis itu,”jelas Wonbin.
“Lagi pula… apakah gadis itu sangat jelek sampai kau tidak mau menikah dengannya?,”tanya Wonbin.
“Aku tidak tau dan tidak mau tau,”jawab Seunghyun.
“Kau harus mencari tau dulu. Dari pada nanti kau menyesal,”nasihat Wonbin.
“Tidak. tidak. Aku tidak akan menyesal. Sudahlah, aku akan mengatakan pada umma dan appa bahwa kau yang akan menikahi gadis itu,”ucap Seunghyun mengambil keputusan sendiri dan berdiri lalu berjalan menuju pintu.
“Ya!!! Aku belum mengatakan setuju, Seunghyunnie!!!,”teriak Wonbin tetapi Seunghyun mengacuhkannya dan berjalan semakin menjauh.

==========================

“Wonbin-a, Seunghyun mengatakan kau yang akan menggantikannya. Benarkah itu?,”tanya Hyunbin, ayahnya.
“Tidak, appa. Aku belum mengatakan setuju,”jawab Wonbin.
“Tapi kurasa… itu memang yang terbaik,”ucap Hyunbin.
“Apa?!,”pekik Wonbin kaget.
“Kau tau sendiri bahwa Seunghyun sangatlah acuh. Dan aku tidak yakin dia akan bisa menjadi suami yang baik. Sedangkan kau tau? Gadis yang akan menjadi menantuku adalah anak yang baik. Aku akan sangat berdosa sekali jika menikahkan gadis sebaik itu dengan Seunghyun,”ucap Hyunbin.
“Tapi, appa. Aku pun tidak yakin jika aku bisa menjadi suami yang baik. Aku sangat sibuk. Dan kau tau sendiri bahwa wanita membutuhkan perhatian, dan aku tidak yakin aku bisa memberikan perhatian itu,”ucap Wonbin.
“Appa mengerti tentang kesibukanmu. Untuk itulah appa akan mengajukan syarat pada Seunghyun untuk bekerja di kantor, membantu pekerjaanmu,”ucap Hyunbin dan Wonbin tetap terlihat ragu.
“Appa percaya padamu, Wonbin-a. kau tidak pernah mengecewakan appa,”ucap Hyunbin.
“Ahh… Kurasa kau akan langsung jatuh cinta pada gadis itu,”ucap Hyunbin seraya membuka laci kerjanya dan memberikan selembar foto. Wonbin menerima foto itu dan melihat dua orang gadis dengan wajah yang sama di foto itu. Wonbin lantas menatap Hyunbin.
“Mereka kembar, tapi yang akan menjadi istrimu adalah gadis yang berada di sisi kiri, Yewon,”jelas Hyunbin.
“Tapi… bagaimana aku bisa membedakan mereka? Mereka mirip sekali,”ucap Wonbin bingung.
“Yewon memiliki tahi lalat di bahunya,”ucap Hyunbin.
“Itu sama sekali bukan petunjuk, appa. Apakah nanti saat bertemu dengannya aku harus menarik bajunya? Benar-benar tidak masuk akal,”ucap Wonbin dan Hyunbin tertawa.
“Saat kau bertemu dan bicara dengannya appa yakin kau akan langsung bisa membedakannya dengan kembarannya itu,”ucap Hyunbin.
“Tapi gadis itu tidak terlihat seperti gadis baik. Justru yang di sebelah kanan yang terlihat polos,”ucap Wonbin memberi penilaian.
“Yewon memang bukan gadis polos, tapi dia gadis baik. Apakah kau lebih menginginkan istri yang polos? Baiklah, kalau begitu appa akan mengatakan pada orang tua mereka untuk menjodohkanmu dengan Yunmi,”ucap Hyunbin. Wonbin terdiam dan tetap memandang foto di tangannya.
“Tidak. Aku dengan Yewon saja. Bukankah lebih baik mencari pasangan hidup yang berbeda sifat dengan kita?,”ucap Wonbin.
“Ya, kau benar. Kau sangat berbeda dengan Yewon. Gadis itu sangat cerewet, jadi kurasa kau tidak akan bosan mengobrol dengannya. Dan kuharap dia tidak akan bosan bersamamu,”ucap Hyunbin.
“Ya, aku harap juga begitu,”ucap Wonbin.
“Kapan kau bisa bertemu dengannya?,”tanya Hyunbin.
“Tidak tau. Aku masih sangat sibuk,”jawab Wonbin.
“Kalau kau senggang, kau langsung ke rumahnya saja. Ini alamatnya,”ucap Hyunbin memberikan selembar kartu nama.
“Bukankah itu tidak sopan, appa?”tanya Wonbin.
“Orang tuanya lah yang menyarankan seperti itu,”jawab Hyunbin.
“Baiklah. Tapi aku tidak yakin aku bisa kesana dalam waktu dekat,”ucap Wonbin seraya mengambil kartu nama itu.

=============================

“Seunghyun-a, yang benar saja. Bukankah minggu lalu kau baru ke Jepang?,”ucap Hyegyo saat Seunghyun datang ke kamarnya dan berpamitan untuk pergi ke Jepang.
“Umma, kau kan tau sendiri aku suka Jepang. Lagi pula disana kan aku juga membantu bisnismu,”ucap Seunghyun.
“Tapi tidak perlu setiap saat kesana. Bukankah kau seharusnya mempersiapkan dirimu untuk bertemu dengan calon istrimu?,”tanya Hyegyo.
“Umma, aku tidak akan menikah, untuk apa aku bertemu dengan gadis yang tadinya akan menjadi calon istriku?,”jawab Seunghyun.
“Apa maksudmu, Seunghyun-a? bukankah tadi aku dan appa mu sudah menjelaskannya?,”tanya Hyegyo bingung mendengar ucapan anaknya.
“Aku sudah meminta hyung yang menggantikanku,”jawab Seunghyun santai.
“Apa?! Menggantikanmu?,”pekik Hyegyo tidak percaya.
“Sudahlah,umma. Jangan kaget seperti itu. Yang penting janji kalian terpenuhikan? Aku tidak mau melangkahi kakakku sendiri, biarlah dia yang menikah terlebih dahulu,”ucap Seunghyun.
“Tapi, Seunghyun-a. apa Wonbin setuju?,”tanya Hyegyo.
“Tidak tau. Umma bujuk saja. Dia pasti akan langsung setuju,”jawab Seunghyun dengan senyum khasnya.
“Kau ini…,”ucap Hyegyo kesal.
“Sudahlah,umma. Aku berangkat sekarang,”ucap Seunghyun setelah melihat jam tangannya dan berdiri.
“Berapa lama kau akan disana?,”tanya Hyegyo.
“Mmm… Mungkin seminggu, dua minggu, sebulan, setahun,”jawab Seunghyun.
“Awas kau kalau kau pergi sampai sebulan!,”ucap Hyegyo dan Seunghyun hanya tertawa.
“Kau tenang saja,umma. Anakmu yang tampan ini akan baik-baik saja,”ucap Seunghyun.

Seunghyun duduk di kursi menunggu pengumuman untuk masuk ke pesawat, sesuatu mengusik pandangannya sehingga diapun menatap si pembuat “keributan” itu.
“Yewon-a, biar aku bersamamu,”ucap Jonghoon.
“Tidak! Kalau kau ikut denganku bagaimana dengan Yunmi,huh?,”tolak Yewon untuk yang kesekian kalinya.
“Oh.. ayolah!! Kau tidak tau apapun tentang Jepang, kau bahkan tidak bisa bahasa Jepang,”ucap Jonghoon mengikuti Yewon duduk di kursi tunggu, berjarak 3 baris dari kursi yang diduduki Seunghyun.
“Kau tenang saja, aku bisa menggunakan bahasa inggris,”ucap Yewon acuh.
“Tapi orang Jepang tidak bisa berbahasa inggris. Percuma saja!,”ucap Jonghoon bersikeras.
“Aku akan menggunakan kamus, kau tenang saja,”ucap Yewon lagi.
“Kamus itu tidak akan berguna, Yewon-a,”ucap Jonghoon bersikukuh pada pendiriannya.
“Sudahlah,oppa. Kau pergi saja!,”ucap Yewon.
“Tidak. Aku ikut denganmu. Aku akan membeli tiket sekarang,”ucap Jonghoon lalu berdiri tetapi Yewon menarik tangannya.
“Aku akan melompat dari pesawat jika kau tetap memaksa ikut,”ancam Yewon.
“Kau tidak akan bisa,”ucap Jonghoon.
“Ayolah,oppa! Biarkan aku menikmati liburanku sendiri!,”mohon Yewon.
“Ya! Kau pergi ke Busan saja tersesat. Bagaimana ke Jepang,huh? Dan kau pikir aku akan percaya padamu? Melepasmu begitu saja sama saja memberikan umpan pada buaya. Gadis bodoh!,”omel Jonghoon.
“Oppa…,”rengek Yewon seraya bergelayut di lengan Jonghoon.
“Oh Tuhan!! Jangan tunjukkan ekspresi itu!,”ucap Jonghoon kesal mencoba tidak menatap ke wajah Yewon yang saat ini sedang menunjukkan puppy eyes andalannya.
“Apa jaminannya kau akan baik-baik saja disana?,”tanya Jonghoon.
“Ada Kwan,”jawab Yewon.
“Apa?! Pria itu? Ya! Kau pikir aku akan mempercayakanmu pada pria itu? Tskkk.. Pria itu bahkan lebih berbahaya dari pada semua perampok,”ucap Jonghoon kesal.
“Tapi memang hanya Kwan yang aku kenal disana,”ucap Yewon.
“Aku sudah bersumpah tidak akan membiarkan pria itu mendekatimu lagi. Dan kau jangan mengumpankan dirimu padanya!,”omel Jonghoon.
“Aishh!! Baiklah baiklah. Aku tidak akan menemui Kwan,”ucap Yewon akhirnya dengan wajah merengut.
“Biarkan aku menemanimu,”bujuk Jonghoon melembut.
“Tidak,”jawab Yewon.
“Kenapa?,”tanya Jonghoon kesal.
“Aku hanya ingin sendiri,oppa! Aku ingin menenangkan diriku. Kau tenang saja. Aku tidak akan menimbulkan kesulitan. Jika aku menemui kesulitan, aku pasti akan menghubungimu,”janji Yewon. Jonghoon menatapnya sangsi.
“Aku berjanji!,”ucap Yewon lagi. Jonghoon terdiam.
“Baiklah, kau hanya boleh disana selama seminggu,”ucap Jonghoon mengajukan syarat.
“Ok!,”ucap Yewon tersenyum senang. Jonghoon kemudian duduk kembali di kursi dan Yewon mengikutinya.
“Sudah membawa obat kan?,”tanya Jonghoon.
“Um.. Kau tenang saja,”jawab Yewon.
“Jangan sembarangan makan,”pesan Jonghoon.
“Aku tau,”jawab Yewon. Beberapa saat kemudian gadis itu tertawa.
“Kau seperti orang tuaku saja,”ucap Yewon.
“Iya, dan kau seperti bayi yang baru bisa berjalan,”ucap Jonghoon yang langsung mendapat pukulan di bahunya. Seunghyun yang sedari tadi mendengar percakapan itu hanya tersenyum. Pria itu mengangkat ponselnya dan memotret Yewon.
“Cantik,”ucapnya saat melihat hasil jepretannya.

========================

“Bagaimana cara memesan kamar ya?,”ucap Yewon seraya membuka-buka kamusnya. Kini dia berada di sebuah hotel di Jepang dan dia benar-benar tidak tau harus bagaimana.
“Sudahlah, aku menggunakan bahasa inggris saja,”ucap Yewon lalu berjalan ke arah resepsionis.
“I want to book a room,”ucap Yewon. Seunghyun yang berada di sebelahnya menatapnya tetapi Yewon tidak mempedulikannya.
“Single bed or double bed, Miss?,”tanya resepsionis itu.
“Double bad!,”jawab Yewon semangat. Dia benar-benar tidak bisa tidur jika di kasur yang kecil.
“Ah.. Sorry, Miss. All rooms with double bed already booked,”ucap resepsionis itu setelah melihat data.
“Hah? Lalu bagaimana? Apa aku harus ganti hotel?,”gumam Yewon.
“Mau bertukar denganku?,”tanya Seunghyun dan Yewon langsung menoleh.
“Eh? Kau orang Korea?,”tanya Yewon sedikit terkejut dan Seunghyun mengangguk disertai senyuman khasnya.
“Aku pesan satu kamar lagi dengan single bed,”ucap Seunghyun dalam bahasa Jepang. Seunghyun kemudian memberikan kartu kamarnya yang sudah dia pesan sebelumnya pada Yewon.
“Terima kasih!,”ucap Yewon.
“Tidak masalah,”jawab Seunghyun lalu pergi meninggalkan Yewon.
“Sepertinya pria itu bisa berbahasa Jepang,”gumam Yewon.
“Hmm… Sudahlah, aku ke kamar saja. Nanti aku mau pergi kemana ya?,”gumam Yewon seraya berjalan menuju lift dengan koper di tangannya.

TING…TONG..
Yewon yang sedang membaca peta lokasi langsung mengangkat kepalanya saat mendengar bel kamarnya berbunyi.
“Siapa ya?,”gumam Yewon seraya berjalan ke arah pintu dan mengintip dari lubang kaca.
“Eh? Pria yang tadi kan?,”gumam Yewon saat melihat wajah Seunghyun di depan pintu. Gadis itupun kemudian membukakan pintunya.
“Ada keperluan apa?,”tanya Yewon sopan.
“Mau jalan-jalankah?,”tawar Seunghyun.
“Eh?,”tanya Yewon bingung.
“Aku tau ini pertama kalinya kau kesini. Jadi dari pada kau tersasar, bukankah sebaiknya kau pergi dengan orang yang lebih tau?,”tanya Seunghyun.
“Kau mau menjadi guide ku kah?,”tanya Yewon dan Seunghyun mengangkat alisnya.
“Guide?,”tanya Seunghyun.
“Iya, guide. Aku tidak mau menerima kebaikan dari orang yang baru aku kenal secara cuma-cuma,”ucap Yewon.
“Jadi kau akan membayarku?,”tanya Seunghyun dan Yewon mengangguk.
“Baiklah, jika kau maunya begitu,”ucap Seunghyun setuju.
“Kau tunggulah di lobi. Nanti aku akan kesana. Aku harus mengganti bajuku dulu,”ucap Yewon.
“As your wish, princess,”jawab Seunghyun dengan senyuman khasnya dan pergi dari sana.
“Tskkk… Setipe dengan Kwan. Jika Jonghoon oppa tau, aku bisa kena marah,”ucap Yewon lalu menutup pintu kamarnya.

“Tempat apa yang tidak kau suka?,”tanya Seunghyun. Kini mereka sedang berjalan menyusuri jalanan Tokyo, masih belum memutuskan akan pergi kemana.
“Aku tidak suka pantai,”jawab Yewon.
“Tidak suka?,”tanya Seunghyun terkejut.
“Kenapa?,”tanyanya lagi.
“Ntahlah, aku tidak suka dengan udara panas. Tidak suka dengan air laut, tidak suka dengan pasir pantai, tidak suka dengan hewan-hewan yang ada di pinggir pantai. Dan lagi pula… aku takut terkena tsunami,”jawab Yewon dan Seunghyun langsung tertawa setelah mendengar kalimat terakhir.
“Kenapa? Apakah salah?,”tanya Yewon bingung.
“Tidak. Kawaii~~,”jawab Seunghyun.
“Kawaii? Aaahh~~ aku mengerti. Tapi… memang pantai itu lucu?,”tanya Yewon polos dan Seunghyun tersenyum mendengarnya.
“Kau sangat polos ternyata, berbeda dengan penampilanmu,”ucap Seunghyun.
“Memang maksudmu apa?,”tanya Yewon.
“Nanti juga kau akan tau,”ucap Seunghyun.
“Ya! Bagaimana kalau kita makan okonomiyaki?,”tanya Seunghyun menunjuk kedai makanan di pinggir jalan.
“Ayo!!,”ucap Yewon semangat.

===================TBC=====================

Part 3 >>

DON'T DARE TO PLAGIAT THIS FANFIC!!!


Please leave your comment if u appreciate me! ^^
credit: Yewonnie
Primadonnas' Island blog

 
 

Followers

My Update