TITLE: IF YOU GIVE YOUR HEART
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
- Choi Jong Hoon
- Kim Yun Mi
- etc
Seunghyun mengikuti Yewon yang kini berjalan di atas hamparan pasir. Gadis itu terus saja menggerutu karena Seunghyun mengajaknya kesini padahal dari awal dia sudah mengatakan bahwa dia tidak suka pantai.
“Kau benar-benar menyebalkan. Bukankah tadi sudah aku katakan bahwa aku tidak suka pantai? Kenapa kau malah mengajakku kemari? Aku ingin sekali pergi dari tempat ini, tapi aku tidak tau jalan. Kau benar-benar menyebalkan. Kurasa aku harus memotong gajimu,”ucap Yewon lalu memutar tubuhnya dan menatap Seunghyun dengan kesal.
“Kau mengatakan tidak suka pantai karena udara panas, dan sekarang sudah sore, jadi udara sudah tidak panas. Dan kau mengatakan kau tidak suka pantai karena kau tidak suka dengan pasir pantai, bukankah aku sudah menawarkan untuk menggendongmu? Aku tidak masalah dengan hal itu,”ucap Seunghyun santai.
“Dan kau mengatakan kau tidak suka dengan air laut, dan sekarang kita tidak di pinggir pantai, nona. Dan kau juga mengatakan kau tidak suka dengan hewan-hewan di pinggir pantai dan sampai detik ini kita tidak bertemu dengan satupun dari mereka,”lanjut Seunghyun tidak membiarkan Yewon memprotes.
“Untuk itu, sebelum kita menemukan hewan-hewan itu, sebaiknya kau ikuti saranku,”ucap Seunghyun lalu berjongkok di hadapan Yewon.
“Naiklah. Dan berhentilah menggerutu,”perintah Seunghyun.
“Untuk apa aku harus menurutimu?,”tanya Yewon.
“Karena aku yang memegang kendali atas dirimu. Kalau kau tidak menurut, aku bisa meninggalkanmu disini. Dan ahhh… Kau tidak bisa berbahasa Jepang dan orang-orang di daerah ini tidak ada yang bisa berbahasa inggris. Dan satu hal lagi, aku tidak yakin kau membawa kamusmu,”jawab Seunghyun lalu tersenyum penuh kemenangan, tetapi Yewon tentu saja tidak melihatnya. Yewon pun menghentakkan kakinya dengan kesal dan akhirnya menuruti kemauan Seunghyun. Dia pun akhirnya membiarkan Seunghyun menggendongnya di punggungnya.
“Kau ternyata cukup berat,”ucap Seunghyun saat bangun dan mulai berjalan.
“Kalau begitu turunkan aku!,”ucap Yewon tersinggung.
“Hei! Kau ini cepat sekali marah. Aku hanya bercanda,”ucap Seunghyun tenang. Pria itu kemudian berjalan semakin mendekat ke arah pantai.
“Ya!! Jangan dekat-dekat air!,”omel Yewon.
“Kau tenang saja. Kau tidak akan basah. Dan… aku sangat menyukai air laut, jadi aku ingin mendekati mereka. Kalau kau tidak mau, aku akan menurunkanmu,”ucap Seunghyun seraya merendahkan tubuhnya tetapi Yewon tetap melingkarkan tangannya di leher pria itu.
“Kalau begitu, berhentilah menggerutu, nona,”ucap Seunghyun. Setelah itu tidak ada percakapan di antara mereka. Keduanya memandang matahari yang mulai tenggelam dan merasakan terpaan angin yang kian kencang.
“Ayo pulang!,”rengek Yewon seraya mengeratkan pelukannya. Seunghyun sedikit menolehkan kepalanya ke belakang. Dia baru ingat bahwa Yewon mengenakan pakaian seadanya tanpa jaket atau pakaian hangat melekat di tubuhnya.
“Kuharap kita tidak ketinggalan bus terakhir,”ucap Seunghyun.
“Kau tidak mau makan malam dulu?,”tanya Seunghyun.
“Makan di hotel saja. Aku tidak mau ketinggalan bus,”tolak Yewon seraya menyandarkan kepalanya di bahu Seunghyun.
“Seunghyun-ssi,”panggil Yewon beberapa saat kemudian.
“Hm?,”tanya Seunghyun seraya menoleh.
“Bisa tidak kau menggendongku seperti ini sampai ke halte bus?,”tanya Yewon.
“As ur wish,”jawab Seunghyun.
“Aku mengantuk,”ucap Yewon seraya memejamkan matanya. Seunghyun hanya tersenyum. Yewon benar-benar gadis unik, pikirnya. Gadis itu bisa sangat menyebalkan, atau sangat manis dan sangat manja. Benar-benar gadis yang menarik.
“Kurasa aku menyukaimu,”ucap Seunghyun dalam bahasa Jepang.
“Hm?,”tanya Yewon yang belum sepenuhnya tertidur.
“Tidurlah. Halte bus masih jauh,”ucap Seunghyun.
“Seunghyun-ssi,”ucap Yewon di depan pintu kamarnya. Seunghyun bersikeras ingin mengantar Yewon sampai kamar setelah mereka menyantap makan malam.
“Besok… bisa temani aku lagi?,”tanya Yewon.
“Eh? Kupikir kau memecatku karena tadi aku membawamu ke pantai,”ucap Seunghyun dan Yewon menggelengkan kepalanya.
“Bermain denganmu menyenangkan sekali. Besok aku tunggu jam 9 pagi. Selamat malam!,”ucap Yewon tersenyum manis lalu masuk ke dalam kamarnya. Seunghyun hanya tersenyum menatap pintu kamar Yewon yang sudah tertutup.
“Kenapa aku senang sekali? Aku menyukainya kah?,”terka Seunghyun seraya berjalan menjauhi kamar Yewon.
“Sudahlah, biarkan semuanya berjalan perlahan. Tapi…. Berapa hari dia akan disini? Seminggu kah?,”terka Seunghyun.
==========================
Seunghyun turun ke lobi dan mendapati Yewon sudah menunggunya disana. Gadis itu berdiri menatap keluar, sehingga dia tidak menyadari kehadiran Seunghyun.
“Pagi,”bisik Seunghyun di telinga Yewon dan Yewon langsung menoleh seraya tersenyum.
“Pagi,”sapa Yewon.
“Seunghyun-ssi, kita sarapan di luar saja. Bagaimana?,”tanya Yewon dan Seunghyun mengangguk.
“Tuan.. ada telpon dari nyonya,”ucap seorang pegawai hotel menghampiri Seunghyun saat dia dan Yewon baru saja hendak meninggalkan lobi.
“Tunggu sebentar,”ucap Seunghyun pada Yewon dan pria itu menghilang bersama pria yang tadi memanggilnya. Yewon pun memutuskan untuk duduk di salah satu sofa menunggu Seunghyun.
“Nona, bisa ikut saya?,”seorang pegawai wanita tiba-tiba menghampiri Yewon.
“Eh?,”tanya Yewon kaget tetapi gadis itu pun akhirnya mengikuti kemana perginya wanita itu. Yewon dengan bingung mengikuti wanita itu naik ke lift menuju lantai tertinggi gedung itu. Menyusuri lorong-lorong panjang dengan berbagai kesibukan terlihat di tiap ruangan yang ada disana. Hingga akhirnya, wanita itu membukakan sebuah ruangan dan mempersilahkan Yewon masuk.
“Anda tunggu saja disini. Tadi Tuan sudah berpesan pada saya bahwa dia mungkin akan agak terlambat datang menemui Anda. Saya permisi,”ucap wanita itu setelah meletakkan secangkir teh untuk Yewon lalu menutup pintu ruangan itu dan pergi dari sana. Yewon mengamati ruangan luas di hadapannya. Sebuah tempat tidur besar berada di sudut lain ruangan ini. Terdapat pula meja dan lemari besar di sudut lain seperti ruang kerja dan juga ruangan yang menyerupai ruang tamu yang kini sedang di dudukinya.
“Tuan? Siapa maksud wanita itu? Dan kenapa aku mau saja mengikutinya? Bagaiman jika Seunghyun menungguku?,”gumam Yewon.
Yewon langsung menolehkan kepalanya saat didengarnya pintu terbuka. Dilihatnya Seunghyun datang dengan nampan berisi makanan di tangannya.
“Apakah kau menunggu lama? Maaf, ada sedikit masalah,”ucap Seunghyun lalu menutup pintu dengan kakinya dan meletakkan makanan-makanan yang dibawanya di hadapan Yewon.
“Seunghyun-ssi, apakah kau pemilik hotel ini?,”tanya Yewon. Seunghyun tidak menjawab dan hanya tersenyum seraya menyerahkan sumpit pada Yewon.
“Tidak. Ibuku yang memiliki hotel ini,”jawab Seunghyun.
“Sama saja,”gumam Yewon.
“Tentu saja tidak sama. Aku adalah pegawai ibuku, bukan pemilik hotel ini,”jelas Seunghyun.
“Apa aku mengganggu waktumu?,”tanya Yewon dan Seunghyun langsung mengangkat kepalanya.
“Kau sepertinya sangat sibuk. Tapi aku tidak tau bahwa kau adalah pemilik hotel ini. Jika aku tau, aku pasti tidak akan seenaknya memintamu menemanik bermain seharian kemarin,”ucap Yewon menyesal.
“Apa kau menyesal?,”tanya Seunghyun dan Yewon menggelengkan kepalanya.
“Bukan begitu. Hanya saja… aku merasa tidak enak,”ucap Yewon.
“Apa kau mau menebusnya?,”tanya Seunghyun.
“Eh?,”tanya Yewon bingung.
“Aku memang sangat sibuk dan sepertinya hari ini aku tidak bisa menemanimu pergi bermain. Jika kau tidak keberatan, maukah kau menemaniku seharian?,”tanya Seunghyun. Dan Yewon mengerjapkan matanya.
“Disini. Di ruangan ini. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku. Tapi jika kau ingin bermain keluar, silahkan saja. Aku tidak masalah,”ucap Seunghyun. Yewon terdiam.
“Sudahlah, kau pergi bermain saja. Aku akan meminta salah satu tour guide di hotel ini untuk menemanimu,”ucap Seunghyun seraya berdiri dan berjalan menuju meja kerjanya. Berniat untuk menghubungi salah satu pegawainya.
“Baiklah,”jawab Yewon dan Seunghyun langsung menoleh. Pria itu bingung dengan maksud jawaban Yewon.
“Aku akan menemanimu disini seharian,”lanjut Yewon dan Seunghyun tersenyum.
“Apa tidak masalah? Bukankah kau kesini untuk berlibur?,”tanya Seunghyun.
“Aku tidak mau bermain dengan orang lain. Aku hanya ingin denganmu,”jawab Yewon dan Seunghyun langsung tertegun mendengarnya. Yewon sendiri hanya menatap Seunghyun, membiarkan mata mereka saling memandang dan saling mencari jawaban di mata masing-masing.
“Aku… aku rasa… aku…,”ucap Yewon gugup.
“Jangan katakan!,”potong Seunghyun.
“Eh?,”ucap Yewon bingung.
“Tidak seharusnya seorang gadis mendahului perkataan yang seharusnya diucapkan oleh pria terlebih dahulu,”ucap Seunghyun seraya berjalan menghampiri Yewon dan berdiri di hadapannya.
“Apakah dugaanku benar? Kurasa kau ingin mengatakan bahwa… kau menyukaiku. Hm?,”tanya Seunghyun dan rona merah terlihat memancar di pipi Yewon. Seunghyun tersenyum dan membelai pipi itu.
“Aku tidak mengijinkanmu mengatakan itu,”ucap Seunghyun dan Yewon mengerjapkan matanya bingung. Seunghyun dengan pelan menundukkan wajahnya dan menyapukan bibirnya di bibir tipis Yewon dengan sangat perlahan.
“Aku menyukaimu. Kau begitu menarik di mataku. Aku tidak peduli jika kau menganggap aku begurau, karena kita baru saja bertemu kemarin. Tapi itulah yang aku rasakan saat ini dan kuharap untuk ke depannya,”ucap Seunghyun lembut.
“Seunghyun-ssi,”ucap Yewon dan Seunghyun meletakkan telunjuknya di depan bibir gadis itu.
“Kau masih memanggilku dengan panggilan itu? Apakah itu tidak keterlaluan?,”tanya Seunghyun dan Yewon tersenyum.
“Seunghyun-a,”ucap Yewon.
“Oppa,”ucap Seunghyun.
“Kau tidak pantas dipanggil oppa,”ucap Yewon lalu kembali duduk.
“Eh? Kenapa?”tanya Seunghyun bingung.
“Ntahlah, aku tidak menemukan sisi dewasa di dirimu,”jawab Yewon acuh dan memakan sarapannya.
“Apa? Aku sangat dewasa, Yewon-a,”ucap Seunghyun.
“Tidak,”jawab Yewon.
“Sudahlah, cepat kerjakan pekerjaanmu. Dan kau tenang saja, aku akan menghabiskan semua makanan ini,”ucap Yewon tidak membiarkan Seunghyun untuk memprotesnya.
“Kau benar-benar gadis yang menarik. Tssskkk… Sifat dan sikap mu terus berubah,”gumam Seunghyun seraya berjalan ke meja kerjanya dan Yewon hanya tersenyum di belakangnya.
“Aku dalam masalah besar,”gumam Yewon saat dia ingat bahwa ada pria di Korea sana yang menunggunya, calon suaminya.
“Aku harus memikirkan cara agar umma dan appa mau membatalkan perjodohan konyol itu,”gumam Yewon.
“Kau bicara apa?,”tanya Seunghyun yang ternyata sedari tadi memperhatikan Yewon dan melihat bibir gadis itu bergerak, walau dia tidak bisa mendengar ucapannya. Yewon hanya menjawabnya dengan mengangkat bahunya dan kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
===========================
“Kau pulang besok?,”tanya Seunghyun yang kini sedang duduk di balkon kamarnya menatap langit yang membentang luas di hadapannya. Tidak terasa sudah satu minggu dia menghabiskan waktu dengan Yewon.
“He’em. Jonghoon oppa sudah ribuan kali mengingatkanku. Dia benar-benar menyebalkan,”ucap Yewon.
“Kau memberitahunya tentang hubungan kita?,”tanya Seunghyun.
“Tidak. Aku akan memberitahunya nanti saat aku sampai di Korea. Kurasa aku harus menyiapkan pendengaranku untuk mendengarkan ocahannya,”jawab Yewon dan Seunghyun tertawa pelan.
“Dia sepertinya sangat menyayangimu. Atau jangan-jangan… dia mencintaimu?,”terka Seunghyun dan langsung mendapat lirikan tajam dari Yewon.
“Tidak mungkin. Dia tidak mungkin menyukai gadis sepertiku. Dan lagi pula aku tidak mungkin menyukai pria cerewet seperti dia,”ucap Yewon.
“Kau sendiri kapan kembali ke Korea?,”tanya Yewon.
“Minggu depan,”jawab Seunghyun.
“Sayang sekali kita tidak bisa pulang bersama. Jika saja kau bisa mengundur kepulanganmu,”ucap Seunghyun.
“Ya, aku tau. Tidak bisa,”ucap Seunghyun sudah mengerti maksud dari tatapan Yewon.
“Apa kau akan menungguku?,”tanya Seunghyun.
“Hm? Tentu saja. Kenapa tidak?,”Yewon balas bertanya.
“Aku takut kehilanganmu,”jawab Seunghyun sungguh-sungguh.
“Huh?,”ucap Yewon bingung.
“Ntahlah, aku merasa gelisah saja. Aku benar-benar ingin terus bersamamu, sehingga aku yakin bahwa kau tidak akan lari dariku,”jawab Seunghyun.
“Kau seperti anak kecil, Seunghyun-a,”ucap Yewon tertawa pelan.
“Bukankah kau sudah punya no.teleponku? kau bisa menghubungiku kapan saja saat kau ada waktu luang. Aku tidak menuntutmu untuk menghubungiku setiap hari,”ucap Yewon menenangkan.
“Tapi aku ingin mendengar suaramu setiap hari. Bahkan jika bisa, aku ingin melihatmu setiap hari,”ucap Seunghyun.
“Hei! Apa kau sedang merayuku? Tidak akan mempan, Tuan,”ucap Yewon seraya menepuk pelan bahu Seunghyun.
“Sudah kuduga,”canda Seunghyun.
“Aku benar-benar lelah. Bisa kita bertemu di kolam berenang?,”tanya Seunghyun di telepon. Pria itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya untuk hari ini dan langsung menelepon Yewon.
“Tentu saja tidak. Apa aku gila mengajakmu berenang tengah malam begini?,”ucap Seunghyun saat mendengar respon Yewon.
“Hanya ingin bersamamu saja. Besok kau kan harus kembali,”ucap Seunghyun dan kemudian tertawa mendengar omelan Yewon di seberang sana.
“Hahha… tidak. Aku tidak akan membiarkanmu untuk tidur. Besok kau tidur di pesawat saja. Sudahlah, sebaiknya kau cepat ke kolam berenang. Aku sudah di depan lift hendak kesana,”ucap Seunghyun lalu memutus sambungan telepon itu.
Yewon berjalan menuju kolam berenang yang dimaksud Seunghyun dengan wajah kesal. Gadis itu tidak habis pikir bahwa Seunghyun begitu egois dan memaksanya untuk turun tengah malam seperti ini disaat pria itu tau bahwa dia sudah tidur.
“Aku ingin sekali menceburkanmu ke kolam,”ucap Yewon saat dilihatnya Seunghyun dari kejauhan. Sedang duduk di pinggir kolam dengan kaki di dalam kolam dan tangannya memainkan air kolam itu.
“Untuk apa menyuruhku datang tengah malam begini?,”tanya Yewon di belakang Seunghyun. Seunghyun langsung menoleh.
“Kau mengagetkanku saja. Duduklah!,”ucap Seunghyun seraya menepuk lantai di sebelahnya.
“Tidak. Dingin sekali,”tolak Yewon lalu duduk di bangku di pinggir kolam. Seunghyun pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti Yewon dan duduk di depan gadis itu.
“Aku ingin menghabiskan malam denganmu,”ucap Seunghyun dengan tampang polosnya.
“Apa?! Ya! Apa kau gila? Lebih baik kau membiarkanku tidur. Benar-benar menyebalkan,”gerutu Yewon.
“Aku tau aku menyebalkan. Tapi tidak bisakah kau mengiyakan keinginanku?,”tanya Seunghyun. Yewon terdiam.
“Baiklah. Lalu kau mau apa? Memang kau tidak merasa kedinginan disini?,”tanya Yewon.
“Mau pindah ke lobi?,”usul Seunghyun.
“Ya. Kurasa tempat itu lebih baik. Setidaknya aku tidak akan beku jika disana,”jawab Yewon menyetujui.
“Kau harus menungguku,”pesan Seunghyun pagi itu di bandara.
“Aku mengerti. Kau sudah mengucapkannya ribuan kali. Bosan sekali mendengarnya,”gerutu Yewon.
“Apa kau ingin aku menjemputmu nanti saat kau kembali ke Korea?,”tanya Yewon.
“Tidak perlu. Kurasa saat aku kembali kesana. Aku akan langsung ke kantor appa,”tolak Seunghyun halus.
“Ohh.. Baiklah. Aaahh~~ Awas kalau kau berani tebar pesona pada gadis-gadis jepang!,”pesan Yewon tegas.
“Ahaha.. Kau tenang saja. Aku tidak tertarik,”jawab Seunghyun dan Yewon menatapnya sangsi.
“Aku serius, Yewon-a. kau tenang saja. Justru aku yang seharusnya khawatir. Khawatir jika kau berselingkuh dengan Jonghoon hyung,”gurau Seunghyun.
“Tsskkk.. Apa kau ingin mati di tanganku?,”ancam Yewon.
“Hahha.. aku hanya bergurau. Kau menakutkan sekali. Sudahlah, cepat masuk! Apa kau mau ketinggalan pesawat?,”ucap Seunghyun saat didengarnya pengumuman keberangkatan.
“Aku pergi. Sampai jumpa!,”pamit Yewon lalu mengecup pelan pipi Seunghyun dan berjalan menjauhi pria itu seraya melambaikan tangannya.
“Keputusanku menolak perjodohan itu ternyata tepat,”ucap Seunghyun.
Part 4 >>
DON'T DARE TO PLAGIAT THIS FANFIC!!!
Please leave your comment if u appreciate me! ^^
credit: Yewonnie
Primadonnas' Island blog