TITLE: IF YOU GIVE YOUR HEART
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
- Choi Jong Hoon
- Kim Yun Mi
- etc
“Hyung,”Wonbin langsung mengangkat kepalanya saat ada yang memanggilnya dan benar saja, saat ini Seunghyun berjalan menghampirinya dengan senyuman khasnya.
“Ambil ini!,”ucap Wonbin langsung menyerahkan bertumpuk-tumpuk map pada Seunghyun.
“EH???! Apa ini?,”tanya Seunghyun bingung.
“Kau harus membantuku menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanku. Lusa aku akan bertemu dengan calon istriku. Dan kau… harus bertanggung jawab,”jawab Wonbin tegas.
“EH?! Kenapa aku harus bertanggung jawab?,”tanya Seunghyun.
“YA! Seharusnya kau yang dijodohkan, bukan aku, ingat itu,”jawab Wonbin.
“Sudahlah, sekarang cepat bantu aku mengerjakan itu. Kau membawa laptopmu kan? Kerjakan disini!,”perintah Wonbin seraya kembali berkutat dengan pekerjaannya.
“Hyung, apa kau tidak mau mendengar ceritaku dulu?,”tanya Seunghyun.
“Tskkk… Cepat selesaikan!,”ucap Wonbin kesal.
“Baiklah… baiklah.. kau ini benar-benar workaholic,”gumam Seunghyun dan mulai menyalakan laptop di hadapannya seraya membuka lembar demi lembar berkas-berkas itu.
“Hyung, aku mendapatkan seorang kekasih,”ucap Seunghyun beberapa menit kemudian seraya mulai mengetikkan data yang ada di map tersebut.
“Gadis Jepang?,”terka Wonbin tanpa mengalihkan matanya dari pekerjaannya.
“Bukan. Gadis Korea, kami bertemu saat di Jepang tempo hari,”jawab Seunghyun tanpa menghentikan pekerjaannya. Jika sampai Wonbin melihatnya berhenti bekerja, bisa-bisa hyung nya akan menyuruhnya tutup mulut. Jadi cara terbaik adalah seperti ini, bercerita sambil tetap mengerjakan perintah hyungnya itu.
“Dia tinggal di Jepang kah?,”tanya Wonbin.
“Tidak. Dia hanya berlibur ke Jepang,”jawab Seunghyun dan Wonbin menatapnya.
“Ceritakan secara detail. Jangan menyuruhku bertanya,”ucap Wonbin.
“Kami bertemu di Jepang dua minggu lalu. Aku melihatnya saat di bandara Incheon. Awalnya aku hanya merasa tertarik biasa dan aku pun berpikir bahwa aku hanya kebetulan saja melihatnya. Tapi saat aku sampai di hotel, gadis itu datang ke hotel umma. Dan saat itu kamar hotel sedang penuh, dan aku pun sengaja meminjamkan kamar yang biasanya kau pakai, hyung,”cerita Seunghyun.
“Uhhh.. Kurasa aku langsung ke intinya saja. Intinya kami menghabiskan hari-hari bersama. Aku menjadi tour guide nya, dan kami berpacaran,”lanjut Seunghyun seraya menatap Wonbin dan tersenyum.
“Kau yakin dia gadis baik-baik?,”tanya Wonbin.
“EHH???!! Tentu saja!,”jawab Seunghyun yakin.
“Kalian sudah bertemu lagi?,”tanya Wonbin.
“Belum. Aku bahkan lupa mengabarinya bahwa aku sudah sampai. Ini semua gara-gara kau, hyung,”ucap Seunghyun yang langsung teringat dan dia pun kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan singkat untuk Yewon.
“Ah.. ngomong-ngomong, hyung. Apa kau sudah tau wajah calon istrimu?,”tanya Seunghyun seraya meletakkan kembali ponselnya di atas meja.
“Tentu saja. Appa sudah memperlihatkan fotonya padaku,”jawab Wonbin.
“Apa dia cantik, hyung?,”tanya Seunghyun seraya kembali mengerjakan ‘pekerjaannya’.
“Cantik. Tapi… ntahlah, aku kurang merasa cocok dengan gayanya. Dia itu tipemu, Seunghyun-a. bukan tipeku,”jawab Wonbin.
“Eh??!! Benarkah? Coca cola?,”tanya Seunghyun sedikit kaget.
“Yah… bisa dikatakan begitu. Ya! Apa kau mau kembali menerima perjodohan ini?,”tanya Wonbin berharap Seunghyun akan setuju setelah mengetahui bahwa gadis itu memiliki tubuh coca cola seperti yang diidam-idamkan Seunghyun selama ini.
“Tskk.. Lupakan! Aku sudah mempunyai kekasih, hyung. Dan asal kau tau, kekasihku juga ‘coca cola’,”tolak Seunghyun seraya tersenyum.
“Tskkk… sudah kuduga,”ucap Wonbin.
==============================
“Kau mau kemana? Bertemu kekasihmu?,”tanya Yunmi saat melihat Yewon langsung berdiri setelah membaca pesan singkat di ponselnya.
“Iya, dia sudah kembali. Nanti malam kami akan bertemu. Ya! Gantikan aku untuk mata pelajaran sore ini, ok?,”ucap Yewon.
“Kau mau kemana?,”tanya Yunmi-lagi-.
“Tentu saja aku harus bersiap-siap. Aku harus pergi sekarang sebelum Jonghoon oppa tau. Bye!!,”pamit Yewon lalu pergi begitu saja.
“Tskkk… Orang itu suka sekali seenaknya. Memang mata pelajaran terakhir dia apa?,”gumam Yunmi seraya melihat jadwal mata kuliah.
“Bahasa Korea,”jawab sebuah suara dan Yunmi langsung mengangkat kepalanya.
“EHHH???!! Jonghoon oppa!,”ucap Yunmi kaget. Jonghoon langsung duduk di hadapannya dan menatapnya lekat.
“Anak itu mau pergi kemana?,”tanya Jonghoon.
“Eh?! Aku tidak tau,”jawab Yunmi berbohong.
“Jangan membohongiku, Yunmi-a,”ucap Jonghoon menatapnya tajam. Yunmi sedikit takut melihat tatapan Jonghoon. Dia berusaha sekuat tenaga untuk terlihat tenang, tetapi tampaknya itu tidak berhasil. Yunmi mengalihkan pandangannya dari Jonghoon dan menatap jam tangannya.
“Aku harus menggantikan Yewon,”ucap Yunmi bergegas pergi. Jonghoon hanya menatap punggung Yunmi yang kian menjauh.
“Aku pasti akan mengetahuinya. Tskkk… Tapi aku benar-benar tidak punya petunjuk,”gumam Jonghoon. Jonghoon berpikir. Pria itu mencoba menerka kira-kira dimana Yewon berada saat ini.
“Ini sudah sore. Dia pergi terburu-buru. Apakah dia ada rencana malam ini?,”terka Jonghoon. Pria itu pun kemudian mengambil ponselnya dan memencet beberapa angka.
“Yeoboseyo! Apakah Yewon ada disana?,”tanya Jonghoon.
“Ahh… Aku mengerti. Terima kasih!,”ucap Jonghoon beberapa saat kemudian dan mengakhiri sambungan dua arah itu.
“Seperti dugaanku,”ucap Jonghoon lalu pria itu berdiri dan pergi dari sana.
“Aku menemukanmu,”gumam Jonghoon dari dalam mobil saat dilihatnya Yewon keluar dari butik langganannya. Jonghoon menstarter mobilnya dan mengikuti Yewon yang berjalan menyusuri pertokoan. Gadis itu masuk ke sebuah restoran. Jonghoon langsung tersenyum saat melihat Yewon duduk di bangku dekat jendela. Jonghoon terus mengamati Yewon. Dia menerka bahwa gadis itu sedang menunggu seseorang.
“Aneh sekali. Tidak biasanya dia mau menunggu. Bukankah itu hal yang paling dibencinya? Siapa yang dia tunggu?,”gumam Jonghoon seraya berpikir. Jonghoon langsung membelalakkan matanya saat beberapa menit kemudian datang seorang pria menghampiri Yewon dan langsung mencium bibir gadis itu.
“Ya! Kau apa-apaan?,”omel Yewon saat Seunghyun dengan seenaknya langsung menciumnya.
“Kenapa? Apa salah kalau aku mencium kekasihku?,”tanya Seunghyun dengan senyuman khasnya seraya duduk di samping Yewon.
“Apa kau sudah menunggu lama?,”tanya Seunghyun.
“Iya. Sudah satu jam aku menunggu. Ini merupakan rekor. Aku benar-benar benci menunggu dan ntah kenapa aku malah menunggumu selama itu,”jawab Yewon dengan wajah masam.
“Karena kau mencintaiku,”ucap Seunghyun dengan kerlingan nakal khasnya.
“Tskkk… Kau ini percaya diri sekali,”omel Yewon dengan wajah bersemu.
“Tapi aku benar kan?,”goda Seunghyun. Yewon berusaha mengontrol ekspresinya dan menatap Seunghyun tajam.
“Kenapa selama itu, huh? Apa yang kau lakukan sebelum kesini?,”tanya Yewon.
“Aku membantu hyungku. Dia punya banyak pekerjaan dan aku disuruh membantunya karena lusa dia akan bertemu dengan calon istrinya,”jawab Seunghyun seraya membaca menu.
“Kau makan apa?,”tanya Seunghyun.
“Terserah kau saja. Aku bisa makan apapun,”jawab Yewon seraya tersenyum manis. Seunghyun hanya tersenyum dan kemudian memanggil pelayan. Disaat Seunghyun sedang menyebutkan makanan yang ingin dia pesan, Yewon menoleh dan melihat Jonghoon tengah menatapnya di dekat pintu resto itu. Yewon seketika membeku. Jonghoon dengan santai berjalan ke arahnya tanpa melepas tatapannya. Seunghyun langsung mendongakkan kepalanya saat sadar bahwa ada orang lain di dekat mereka.
“Maaf mengganggu acara kalian, tapi aku harus membawa Agassi pulang,”ucap Jonghoon langsung mengulurkan tangannya.
“Apa kau yang bernama Jonghoon?,”tanya Seunghyun dan Jonghoon langsung menoleh. Seunghyun langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya,”Aku Seunghyun. Kekasih Yewon. Senang bertemu denganmu,”ucap Seunghyun tersenyum. Jonghoon langsung mengalihkan tatapannya dan memandang Yewon dengan tatapan –apa-maksud-ucapan-pria-itu.
Yewon hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan tidak berani menatap Jonghoon yang kini ada di sisinya. Tadi Jonghoon langsung menariknya dan membawanya keluar, meninggalkan Seunghyun sendirian disana. Dan semenjak masuk ke dalam mobil, Jonghoon tidak mengucapkan sepatah kata pun. Pria itu hanya diam dengan rahang mengatup rapat. Jonghoon benar-benar marah, itulah yang ada di benak Yewon. Jujur saja dia paling tidak ingin melihat Jonghoon seperti ini. Pria itu benar-benar sangat berbeda. Yewon ingin sekali membuka mulutnya dan mengajak Jonghoon berbicara agar suasana tidak setegang ini, tetapi dia takut jika dia membuka mulutnya, justru keadaan akan semakin buruk. Untuk itu, Yewon pun akhirnya memutuskan untuk tetap bungkam, berharap agar Jonghoon membuka mulutnya dan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Tapi sayangnya itu tidak terjadi. Saat sampai di rumah, Jonghoon langsung turun dan membukakan pintu mobil untuk Yewon tanpa menatap gadis itu. Dan kemudian Jonghoon kembali masuk ke dalam mobil untuk memarkir mobil itu di dalam garasi.
“Oh? Yewon-a, kau sudah pulang,”sapa Eunhye, ibunya. Yewon hanya tersenyum tipis dan menaiki tangga.
“Anak itu kenapa?,”gumam Eunhye.
“Jonghoon-a,”panggil Eunhye saat dilihatnya Jonghoon masuk.
“Ada apa, Nyonya?,”tanya Jonghoon.
“Apa yang terjadi?,”tanya Eunhye.
“Tidak ada apa-apa. Saya permisi,”pamit Jonghoon lalu pergi menuju kamarnya.
“Ada apa dengan mereka? Apa bertengkar?,”terka Eunhye.
=============================
Saat Wonbin sedang bersantai di pinggir kolam renang rumahnya, tiba-tiba Seunghyun menghampirinya dan duduk di depannya dengan wajah tertekuk. Wonbin yang saat itu sedang memejamkan matanya seraya mendengarkan lagu langsung membuka matanya.
“Kau kenapa? Putus dengan kekasihmu?,”tanya Wonbin.
“Kau jangan sembarangan bicara, hyung!,”ucap Seunghyun kesal.
“Ya! Kenapa tiba-tiba memarahiku? Kau ini aneh sekali,”ucap Wonbin mencoba tidak terpancing emosi. Seunghyun meletakkan tangannya di meja dan menyandarkan dagunya di meja.
“Hyung, aku dalam masalah besar,”ucap Seunghyun dengan wajah sedih.
“Bukankah itu sudah biasa?,”ucap Wonbin dan Seunghyun langsung menatapnya.
“Baiklah, ceritakan! Aku akan mendengarkan,”ucap Wonbin seraya melepas earphonenya dan menegakkan posisi duduknya.
“Tadi saat aku dan kekasihku bertemu, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menghampiri kami dan membawa dia pergi,”cerita Seunghyun.
“Dia bukan kekasihnya,”potong Seunghyun saat melihat Wonbin hendak membuka mulutnya.
“Bisa dikatakan bahwa pria itu adalah bodyguardnya, hanya saja mereka sangat akrab bagaikan adik-kakak,”lanjut Seunghyun.
“Hyung, kekasihku itu sangat menurut sekali pada pria itu. Bagaimana jika pria itu menyuruh kami putus? Aku tidak mau, hyung,”ucap Seunghyun.
“Apakah pria itu tidak setuju dengan hubungan kalian?,”tanya Wonbin angkat bicara.
“Aku tidak tau. Lagi pula… kami baru bertemu tadi. Dan bukankah aku sudah mengatakan padamu bahwa aku dan kekasihku baru saja bertemu dua minggu lalu?,”ucap Seunghyun.
“Dan kau bertemu dengan kekasihmu di Korea tanpa seijin pria itu?,”tanya Wonbin dan Seunghyun mengangkat bahunya, tanda bahwa dia tidak tau.
“Kau yang salah Seunghyun-a. mmm… atau bisa dikatakan kekasihmu itu yang salah,”ucap Wonbin berusaha memberikan nasihat. Seunghyun hanya menatapnya.
“Mungkin kekasihmu tidak meminta ijin pada pria itu, sedangkan kau pasti tau kan apa tugas bodyguard? Mungkin pria itu salah paham dan menganggap kau bukanlah pria yang aman untuk berdekatan dengan majikannya itu,”ucap Wonbin menyimpulkan.
“Tapi tadi aku sudah memperkenalkan diriku dan mengatakan bahwa aku kekasihnya, tapi pria itu langsung membawa kekasihku pergi,”ucap Seunghyun kembali meletakkan dagunya di atas meja. Dia benar-benar tidak tau harus berbuat apa. Dia benar-benar tidak tau bagaimana harus menghadapi situasi ini. Wonbin menatap adiknya itu dan berpikir.
“Besok saja kau bertemu lagi dengan kekasihmu dan kalian bicarakan hal itu,”saran Wonbin.
“Do’akan saja semoga aku masih bisa bertemu kekasihku,”ucap Seunghyun seraya bangkit dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan lunglai.
“Masalahku lebih rumit darimu, Seunghyun-a,”gumam Wonbin. Pria itu kembali teringat pemandangan tempo hari. Dia masih penasaran dengan pria yang bersama Yewon. Buruk sekali jika ternyata pria itu—Jonghoon-- adalah kekasihnya.
“Apa aku harus membicarakan masalah ini dengan appa?,”ucap Wonbin menimbang-nimbang.
“Tapi… aku tidak mau semua menjadi rumit,”ucap Wonbin.
“Sudahlah, aku akan memikirkan hal itu nanti. Kurasa aku harus membicarakan hal itu secara langsung dengan Yewon,”ucap Wonbin seraya bangkit.
“Tskkk.. Kenapa aku jadi gugup memikirkan bahwa aku akan bertemu dengannya?,”gumam Wonbin bingung.
Yewon duduk di kamarnya seraya menatap ponselnya. Dia benar-benar tidak tau harus bagaimana. Tadi saat dia ke kamar Jonghoon, pria itu hanya bungkam dan berpura-pura sibuk membaca agendanya. Dan kini, Yewon benar-benar tidak tau harus bagaimana. Jonghoon marah padanya. Dia ingin sekali bercerita pada Yunmi, tapi saudaranya itu sudah tidur. Dan dia pun ragu, apakah dia harus menelepon Seunghyun atau tidak. Seunghyun pasti marah, itulah yang ada di pikirannya saat ini. Seunghyun pasti bingung, pria itu sama sekali tidak tau masalahnya. Dan diapun tidak yakin jika Seunghyun akan mengerti jika dia menceritakan masalahnya.
“Aku harus bagaimana?,”gumam Yewon seraya menelungkupkan kepalanya di bantal. Yewon tidak menyadari bahwa kini Jonghoon tengah menatapnya dari depan pintu. Sebenarnya dia merasa tidak enak telah membuat Yewon seperti ini. Hanya saja… dia benar-benar kecewa dengan tindakan Yewon. Dia benar-benar tidak habis pikir bahwa gadis itu bisa senekad itu. Menjalin hubungan dengan pria lain saat dirinya sudah mempunyai calon suami dan akan segera menikah. Jonghoon benar-benar tidak tau harus menasihati Yewon bagaimana. Dia merasa Yewon berulah seperti itu karena dia terlalu memanjakan gadis itu. Jonghoon terpaksa berbuat seperti ini, berharap Yewon akan mengerti bahwa tindakannya itu salah. Bagaimana pun, dia tidak mau jika suatu saat nanti Yewon akan mengalami kesulitan dan terjerumus dalam masalah besar karena ulahnya sendiri.
===========================================
Yunmi yang duduk di belakang hanya bisa menatap dengan bingung kedua orang yang ada di hadapannya. Tidak biasanya selama perjalanan ke kampus, Yewon dan Jonghoon akan diam seperti ini. Aneh sekali rasanya berada di dalam mobil yang sepi padahal biasanya ramai.
“Kalian berdua kenapa?,”akhirnya Yunmi memberanikan diri untuk bertanya.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya malas bicara saja,”jawab Yewon tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di luar melalui jendela di sampingnya.
“Tapi kalian aneh sekali. Apa kalian bertengkar?,”tanya Yunmi dan kedua orang itu memilih diam.
“Tskkk… Kalian kejam sekali. Kenapa tidak mau bercerita padaku? Apa kalian pikir aku hanya nyamuk?,”tanya Yunmi.
“Bukan begitu, Yunmi-a. ini bukan masalahmu, jadi kuharap kau jangan ikut campur,”ucap Jonghoon menjelaskan seraya menatap Yunmi dari pantulan cermin.
“Kuharap kalian segera berbaikan! Mengerikan sekali berada dalam situasi seperti ini,”gerutu Yunmi.
Selama pelajaran hari itu Yewon benar-benar tidak bersemangat. Tidak berbicara dengan Jonghoon seharian benar-benar menguapkan seluruh semangatnya selama ini. Biasanya Jonghoon selalu siap untuk dijadikan teman bicara. Tapi sekarang tidak. Bahkan Jonghoon pun sama sekali tidak muncul secara tiba-tiba seperti yang biasa dilakukannya. Yewon hanya bisa berharap dia bisa memiliki waktu untuk berbicara dengan Jonghoon, tapi sepertinya pria itu dengan sengaja menghindarinya. Buktinya saja sekarang pria itu benar-benar tidak muncul padahal ini sudah jadwalnya untuk menjemputnya. Dan Yunmi… saudaranya itu kini sedang berada di dalam kelas. Gadis itu memiliki jadwal yang penuh hari ini. Yewon hanya bisa merutuki nasibnya. Kenapa semuanya bisa sejelek ini? Dan bahkan sampai detik ini Seunghyun sama sekali tidak menghubunginya.
“Kemana perginya pria itu? Apa dia membuangku begitu saja?,”rutuk Yewon. Disaat Yewon sedang menggerutu, Jonghoon duduk di hadapannya, menatapnya, tetapi gadis itu tidak menyadarinya.
“Sudah waktunya kau pulang, Yewon-a,”ucapan Jonghoon itu langsung mengagetkan Yewon dan gadis itu langsung menatapnya dengan mata membelalak lebar.
“Ayo!,”ucap Jonghoon dingin dan pergi meninggalkan Yewon.
“Sial! Dia masih marah padaku,”umpat Yewon seraya berjalan mengikuti Jonghoon.
Part 6 >>
DON'T DARE TO PLAGIAT THIS FANFIC!!!
Please leave your comment if u appreciate me! ^^
credit: Yewonnie
Primadonnas' Island blog