TITLE: CHERISH YOUR HEARTACHE
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
Yewon hanya bisa duduk merengut di sisi Wonbin. Dia sudah tau pasti kemana Wonbin mengajaknya karena kini di sisinya terdapat hamparan laut yang luas. Wonbin pasti mengajaknya ke pantai dan jujur saja, dia tidak suka dengan pantai. Dia tidak suka saat harus berjalan di atas pasir yang halus dan tidak suka saat tubuhnya harus basah terkena air laut. Wonbin sesekali melirik Yewon dan tersenyum. Mungkin keputusannya mengajak Yewon kesini memang mengecewakan gadis itu, tapi dia tidak tau tempat mana lagi yang dirasa aman bagi mereka untuk berduaan dan bertindak selayaknya sepasang kekasih. Bagaimanapun dia tidak ingin mengambil resiko jika nanti ada orang yang salah paham melihat kedekatan mereka.
“Sudahlah, jangan cemberut begitu!,”ucap Wonbin seraya mengelus pelan pipi Yewon dengan jemarinya. Yewon menoleh dan menatap Wonbin dengan tatapan kesal.
“Kau menyebalkan sekali, oppa! Bukankah kau tau aku benci laut?,”ucap Yewon kesal tetapi Wonbin hanya tersenyum.
“Aku tidak tau lagi dimana tempat yang pas. Atau kau ingin aku mengajakmu kencan ke Jeju,huh?,”goda Wonbin. Yewon langsung mengalihkan pandangannya dan bersandar di jok seraya melipat tangannya di dada dan bungkam. Wonbin hanya melirik sekilas dan dia tau bahwa Yewon tidak akan bicara lagi padanya sepanjang perjalanan ini.
“Aku takut ada yang mengenalmu dan melihat kita berdua lalu salah paham. Bukankah kau tidak ingin itu terjadi?,”ucap Wonbin mencoba menjelaskan tetapi Yewon hanya diam saja.
“Baiklah, nanti kita tidak usah ke laut. Kita diam saja di hostel dan ke luar sebentar untuk berjalan-jalan dan aku berjanji tidak akan memaksamu mendekati laut, bagaimana?,”ucap Wonbin mencoba bernegosiasi tetapi Yewon tetap diam. Wonbin pun hanya menghela napas dan membiarkan kesunyian menyelimuti mereka. Dia tidak mencoba berbicara dengan Yewon lagi dan membiarkan gadis itu terus terdiam dan menatap lurus ke depan dengan ekspresi yang masih terlihat kesal.
=============================
Wonbin langsung merangkulkan sebelah tangannya di pinggang Yewon dan tangan yang lain membawa tas berisi pakaian mereka berdua. Yewon tetap saja cemberut di sampingnya dan berjalan dengan malas-malasan.
“Kau menyebalkan sekali, oppa. Aku tidak suka,”ucap Yewon. Wonbin hanya diam saja dan terus mengajak Yewon semakin mendekati sebuah hostel yang memang sudah dipinjamnya dari Jonghoon.
“Oppa, apakah tidak terlalu berlebihan sampai menyewa hostel segala?,”tanya Yewon menatap bangunan yang ada di hadapannya.
“Kau tenang saja. Ini milik Jonghoon dan aku meminjamnya,”jawab Wonbin.
“Benarkah? Jadi ini punya Jonghoon oppa?,”tanya Yewon tidak percaya dan melangkahkan kakinya masuk. Dia menatap sekeliling dan merasa kagum dengan desain hostel itu yang minimalis, sangat mencerminkan Jonghoon.
“Iya, memang Yunmi tidak pernah mengatakan padamu? Kurasa mereka pernah kesini,”jawab Wonbin dari arah dapur dan menuangkan air ke dua buah gelas dan membawanya. Dia memberikan pada Yewon dan duduk di depan gadis itu.
“Oppa, apakah akting kita sebagai sepasang kekasih sudah dimulai?,”tanya Yewon setelah meneguk air dingin dan tenggorokannya terasa benar-benar segar.
“Tentu saja,”jawab Wonbin.
“Ah~~ Aku sudah memutuskan apa keinginan ketigaku,”ucap Wonbin kemudian.
“Apa?,”tanya Yewon seraya mengambil earphone dari tasnya.
“Ijinkan aku menyentuhmu,”jawab Wonbin dan gerakan tangan Yewon langsung terhenti. Gadis itu menatap Wonbin dengan mata terbelalak.
“Kau jangan berpikiran terlalu jauh! Maksudku, ijinkan aku menggandeng tanganmu, merangkulmu, memelukmu dan... menciummu,”jelas Wonbin.
“Ya! Aku tidak setuju dengan pilihan terakhir!,”ucap Yewon.
“Tskkk... jika kau tidak mengijinkanku menciummu, itu sama saja bukan sepasang kekasih. Mana ada sepasang kekasih tidak berciuman,”ucap Wonbin merengut kesal. Yewon menatapnya tetapi kemudian tawa gadis itu langsung pecah, membuat Wonbin bingung dibuatnya.
“Kau lucu sekali, oppa. Ternyata kau bisa juga bersikap kekanak-kanakan,”ucap Yewon di sela tawanya.
“Aishh~~ menyebalkan,”gerutu Wonbin menatap Yewon yang melihat wajahnya dan kembali tertawa.
Yewon yang sedang memandang keluar langsung terperanjat saat Wonbin tiba-tiba memeluk pinggangnya dan mengecup bibirnya.
“Kenapa?,”tanya Wonbin saat melihat Yewon terperanjat dan tetap melingkarkan tangannya di pinggang Yewon, mendekatkan tubuh gadis itu ke tubuhnya.
“Kenapa tiba-tiba begitu? Untung aku tidak pingsan,”omel Yewon meletakkan tangannya di dada Wonbin, mencoba membuat jarak di antara keintiman itu karena ntah kenapa jantungnya berdebar keras dan dia tidak ingin Wonbin mengetahuinya. Wonbin kemudian melepaskan tubuh Yewon dan berdiri di samping Yewon, menatap lurus ke depan menatap hamparan pasir dan juga ombak yang berkejar-kejaran.
“Apa kau mau kesana?,”tanya Wonbin.
“Bukankah aku sudah bilang bahwa aku tidak mau? Dan bukankah kau sudah berjanji tidak akan membawaku kesana?,”ucap Yewon.
“Aku tau. Aku pikir kau ingin kesana, karena sedari tadi kau menatap lautan,”jawab Wonbin. Yewon melangkah menjauh dan duduk di sofa. Wonbin pun membalik badannya dan bersandar di jendela, menatap Yewon yang duduk di sofa.
“Kenapa kau sangat tidak suka laut, Yewon-a?,”tanya Wonbin mengalihkan pandangannya kembali ke lautan.
“Karena aku pernah tenggelam disana,”jawab Yewon dan Wonbin langsung menoleh.
“Benarkah?,”tanya Wonbin tidak percaya.
“Ya, saat aku berusia 6 tahun. Saat kau belum datang,”jawab Yewon seraya mengelus-elus bantal di pangkuannya. Wonbin menghampiri Yewon dan mendudukkan dirinya di samping Yewon lalu berbaring di pangkuan gadis itu, di atas bantal yang ada di pangkuannya.
“Lalu kau trauma?,”tanya Wonbin dan Yewon mengangguk. Yewon tanpa sadar mengelus rambut Wonbin dan menunduk menatap pria itu. Wonbin pun dengan perlahan menarik rambut panjang Yewon yang terjulur dan mendekatkan wajahnya. Yewon menutup matanya dan membiarkan Wonbin menciumnya dengan sangat lembut. Sensasi ciuman Wonbin benar-benar menenangkan dan seolah-olah mampu menghapus semua kekhawatirannya. Dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan bisa menikmati ciuman pria lain, yang tak lain adalah orang yang selama ini dianggapnya sebagai kakak. Wonbin melepas ciuman itu dan bangun lalu duduk. Yewon sedikit kecewa saat Wonbin tiba-tiba melepaskan ciuman itu padahal dia mulai menikmatinya. Tetapi kekecewaannya itu sirna saat Wonbin kembali memagut bibirnya dan mengelus lehernya perlahan. Ciuman pria itu sangat menggairahkan walaupun tetap berkesan lembut dan tidak menuntut. Dan mau tak mau, Yewon membandingkan ciuman Seunghyun dengan Wonbin dan terdapat perbedaan yang sangat besar disana. Seunghyun selalu langsung menyuruhnya membuka mulutnya dan pria itu akan langsung memasukkan lidahnya tiap kali mereka berciuman. Berbeda dengan Wonbin yang tetap bertahan bermain di luar dan memberinya kecupan-kecupan kecil di tiap sudut bibirnya. Sampai detik ini Wonbin belum mengikut sertakan lidahnya dalam ciuman itu, membuat Yewon sedikit frustasi karena dia benar-benar tidak terbiasa dengan ciuman yang seperti ini. Yewon pun mencengkram baju depan Wonbin berharap agar pria itu sadar bahwa dia menginginkan yang lebih dari pada ini. Wonbin ternyata mengerti sinyal yang diberikannya dan menjulurkan lidahnya walau hanya untuk menyusuri lekuk bibir Yewon. Yewon pun akhirnya memutuskan untuk memulai dan membuka mulutnya dan membalas ciuman Wonbin, menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Wonbin yang disambut oleh lidah pria itu. Tangan Yewon pun beralih dari dada Wonbin ke bahunya dan kini melingkarkan tangannya di sana. Wonbin pun menurunkan tangannya yang semula berada di tengkuk Yewon dan kini berada di pinggang gadis itu. Tangan kanan Wonbin naik ke punggung Yewon dan mengelusnya pelan, bisa didengarnya Yewon mendesah pelan di mulutnya. Wonbin tidak menyangka bahwa mencium Yewon akan memabukan seperti ini. Dia tidak menyangka bahwa Yewon akan meresponnya seperti ini. Dia juga tidak menyangka bahwa Yewon justru memperdalam ciuman ini.
Yewon menjauhkan wajahnya dari Wonbin dan menunduk seraya mengatur napasnya yang memburu, begitu juga dengan Wonbin. Tangan Yewon tetap melingkar di bahu Wonbin dan Wonbin menyibakkan rambutnya perlahan dan mengangkat wajah Yewon agar menatapnya. Wonbin bisa melihat semburat merah di pipi Yewon dan diusapnya pipi itu perlahan.
“Kau bagus sekali, Yewon-a,”ucap Wonbin.
“Ne?,”tanya Yewon bingung.
“Kau menarik tubuhmu tepat pada waktunya, karena jika tidak, mungkin aku akan langsung melepas bajumu satu per satu,”jawab Wonbin yang langsung membuat Yewon semakin malu dan membuat semburat merah di wajahnya semakin jelas.
“Kau tidak usah malu, Yewon-a. Aku senang kau seperti itu,”ucap Wonbin seraya mengelus pelan wajah dan rambut Yewon perlahan.
“Posisi ini sangat berbahaya,”ucap Wonbin menatap ke bawah. Yewon ikut menatap ke bawah dan baru menyadari bahwa kini dia berada di pangkuan Wonbin. Sebuah posisi yang sangat intim dan mungkin bisa membuat siapapun akan salah paham jika melihatnya. Wonbin langsung menahan punggung Yewon saat gadis itu hendak menjauhkan tubuhnya.
“Aku suka posisi ini,”ucap Wonbin seraya mencium leher Yewon perlahan. Yewon langsung menahan napasnya saat merasakan sentuhan bibir Wonbin dan juga napas pria itu di lehernya.
“Aku lapar, oppa,”ucap Yewon terbata. Wonbin kemudian menghentikan aksinya dan menatapnya lalu kemudian menatap jam dinding.
“Ternyata makan siang sudah lewat. Baiklah, ayo kita makan,”ucap Wonbin lalu Yewon dengan segera turun dari pangkuan Wonbin dan berdiri. Wonbin lalu berdiri dan berjalan menuju dapur, meninggalkan Yewon disana. Yewon benar-benar merasa sangat malu. Dia menghempaskan tubuhnya disofa dan mengipas-ngipas wajahnya dengan tangannya sendiri.
“Aishhh~~ Ada apa dengan tubuhku ini? Aishhh~~~ Aku benar-benar tidak bisa mengendalikan tubuhku,”umpat Yewon kesal pada dirinya sendiri yang ntah mengapa menjadi tidak terkontrol saat Wonbin menyentuhnya.
=============================
“Oppa!,”teriak Yewon dari dalam kamar mandi. Wonbin mendekat,”Ada apa?,”tanyanya.
“Tolong belikan aku pembalut,”sahut Yewon dari dalam.
“Apa?!,”pekik Wonbin kaget.
“Aku datang bulan, oppa. Aku tidak membawa pembalut. Tolong belikan!,”ucap Yewon lagi.
“Yang benar saja, Yewon-a! Aishhh~~ Apakah aku benar-benar harus membelinya sekarang?,”tanya Wonbin.
“Tentu saja! Cepatlah, oppa!!,”ucap Yewon kesal.
“Baiklah,”ucap Wonbin kemudian.
“Yang benar saja! Pasti memalukan sekali membeli pembalut. Ckckck... Kenapa bisa begini sih?,”umpat Wonbin kesal seraya keluar dari hostel.
“Kurasa tadi aku melewati supermarket. Sepertinya disana,”gumam Wonbin lalu berbelok ke kiri dan berlari. Dia tau bahwa keadaan ini sangat darurat maka diapun dengan sesegera mungkin masuk ke dalam supermarket. Wonbin menolehkan kepalanya bingung dan akhirnya diapun memutuskan untuk bertanya pada kasir.
“Dimana aku bisa mendapatkan pembalut?,”tanya Wonbin mencoba menepiskan rasa malunya.
“Ne?,”tanya kasir itu kaget.
“Pembalut wanita. Dimana aku bisa mendapatkannya?,”jelas Wonbin mencoba bersabar.
“Disana,”jawab kasir itu akhirnya. Wonbin kemudian dengan segera berlari ke sudut yang dimaksud dan menatap bertumpuk-tumpuk pembalut yang ada disana.
“Aigoo~~ Yang mana yang harus aku beli?,”gumam Wonbin bingung menatap semua pembalut dengan berbagai merk.
“Sudahlah, yang mana saja!,”ucap Wonbin akhirnya lalu menyambar 1 pack pembalut dan segera membayarnya. Dia kemudian berlari lagi menuju hostel. Dia tidak peduli walau peluh sudah membanjiri tubuhnya. Yang penting dia segera sampai dan memberikan pembalut itu pada Yewon.
“Makasih, oppa!,”ucap Yewon tersenyum senang saat sudah keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar.
“Sekarang aku mau mandi. Badanku benar-benar lengket. Gara-gara kau aku sampai harus berlari-lari,”ucap Wonbin lalu berjalan menuju kamar mandi. Yewon hanya tersenyum di belakang.
“Hhh... Wonbin oppa baik sekali. Kupikir dia tidak akan mau,”ucap Yewon tersenyum senang lalu menghempaskan pantatnya di sofa dan mengambil cemilan yang ada di meja. Dia kemudian menyalakan tv sambil menunggu Wonbin yang sedang mandi.
“Sepertinya aku harus membalas budi, oppa,”ucap Yewon seraya berpikir dengan cara apa dia bisa membalas budi Wonbin yang sudah dengan rela berlari untuk membelikannya pembalut.
“Tskk... Sudahlah, pikirkan nanti saja,”ucap Yewon kemudian karena sama sekali tidak mendapatkan ide.
=============TBC==============
DON'T DARE TO PLAGIAT THIS FANFIC!!!
Please leave your comment if u appreciate me! ^^
credit: Yewonnie
Primadonnas' Island blog