TITLE: IF YOU GIVE YOUR HEART
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
- Choi Jong Hoon
- Kim Yun Mi
- etc
Yewon masuk ke dalam gerbang kediaman keluarga Wonbin dan melihat Wonbin sudah menunggunya di pintu masuk.
“Kurasa dia,”ucap Jonghoon seraya mematikan mesin mobil dan keluar. Pria itu langsung membuka bagasi dan mengeluarkan koper Yewon. Yewon sendiri turun dan dengan canggung tersenyum pada Wonbin. Dia sedikit terpesona melihat senyuman pria itu, sangat manis. Eye-smile, batin Yewon. Dia sangat menyukai pria yang memiliki eye-smile. Wonbin mengambil koper yang diturunkan Jonghoon.
“Ayo masuk!,”ajak pria itu.
“Tidak. Aku harus kembali. Aku harus menjemput Yunmi,”tolak Jonghoon halus.
“Yewon-a, jangan menyusahkan orang lain. Cukup aku saja yang kau susahkan,”pesan Jonghoon dan Yewon langsung mencubit pinggang pria itu. Wonbin terkekeh pelan melihat interaksi kedua orang itu. Akhirnya dia benar-benar bertemu dengan Yewon, Yewon yang asli. Dia sedikit bimbang apakah dia harus menanyakan soal semalam atau tidak, tapi sepertinya tidak usah, putus Wonbin mengurungkan niatnya.
“Ayo masuk!,”ajak Wonbin dan membuka pintu.
“Yo!!,”tiba-tiba Seunghyun sudah berjalan ke arah mereka. Pria itu tersenyum pada Yewon.
“Maafkan aku… Yewon-ssi,”ucap Seunghyun sedikit bingung. Pria itu hampir saja mengucapkan nama Yunmi. Dia berpikir bahwa gadis di hadapannya saat ini adalah Yunmi dan Yewon hanya meringis menanggapi ucapan pria itu.
“Meminta maaf untuk apa?,”tanya Wonbin bingung.
“Semalam, hyung,”jawab Seunghyun dan Wonbin mengernyitkan keningnya.
“Sudahlah, cepat antar dia ke kamar. Dan, hyung. Kau harus lebih sering pulang cepat seperti ini, supaya Yewon tidak kesepian,”pesan Seunghyun.
“Hei! Kau berani menasihatiku?,”tanya Wonbin dan Seunghyun hanya mengibaskan tangannya dan berlalu ke dapur.
“Ah.. Yewon-ssi. Kalau kau lapar, kau ambil saja makanan di dapur,”ucap Seunghyun berbalik. Yewon hanya menganggukkan kepalanya.
“Kamarmu di kamarku,”ucap Wonbin saat mereka menaiki tangga.
“Eh?,”pekik Yewon.
“Aku hanya bergurau,”canda Wonbin, lagi-lagi menunjukkan eye-smile-nya. Yewon memaki dalam hati. Bisa-bisa dia jatuh cinta pada pria di hadapannya ini jika pria itu terus tersenyum seperti itu padanya.
“Uhmm.. Wonbin-ssi,”panggil Yewon.
“Oppa,”ralat Wonbin seraya membuka pintu kamar Yewon.
“Kedua orangtuamu dimana?,”tanya Yewon.
“Ini kamarmu. Tepat di samping kamarmu adalah kamarku dan di depan adalah kamar Seunghyun,”jelas Wonbin.
“Appa masih di kantor dan kurasa umma sedang berbelanja. Kau tau, dia bahagia sekali saat tau kau akan tinggal disini. Dan kuharap kau bersiap-siap dengan semua sikap anehnya padamu nanti. Dia sangat ingin anak perempuan,”ucap Wonbin.
“Benarkah? Kenapa dia tidak membuatnya lagi?,”gurau Yewon seraya duduk di atas kasur. Wonbin menarik bangku di dekatnya dan duduk di hadapan Yewon.
“Uhh… sejujurnya. Punya adik satu saja sudah menyebalkan,”ringis Wonbin dan Yewon tertawa. Wonbin tersenyum. Ternyata Yewon benar-benar gadis yang diinginkannya. Gadis itu bisa dengan mudahnya merasa… nyaman? di dekatnya.
“Ahh.. Oppa, kau kenapa mau menikah denganku?,”tanya Yewon langsung.
“Tidak tau,”jawab Wonbin jujur.
“Ehhh?? Menyebalkan! Kalau begitu sama denganku,”cibir Yewon.
“Benarkah?,”tanya Wonbin sangsi.
“Benar. Aku tidak mau melihat wajah suamiku sebelumnya. Dan kau tau? Jonghoon oppa menakut-nakutiku dengan mengatakan bahwa wajah suamiku itu jelek dan lain-lain. Tapi ternyata tidak. Kau sangat tampan, oppa,”ucap Yewon blak-blakkan dan Wonbin berdehem. Pria itu sedikit malu mendengar keterusterangan Yewon.
“Kau malu,oppa? Aigoo~~ Kau manis sekali dengan semburat merah itu,”ucap Yewon semakin menggoda Wonbin.
“Ya ya.. terserah kau saja. Aku pergi. Kau silahkan beristirahat,”ucap Wonbin bangkit dan mengembalikan posisi kursi yang tadi dia ambil.
“Tidak mau. Lebih baik kau mengajakku berkeliling rumah ini. Rumah ini sangat besar. Bukankah akan sangat lucu jika aku tersesat di dalam rumah?,”ucap Yewon.
“Uhh… jujur saja, aku masih ada pekerjaan kantor. Bagaimana kalau Seunghyun yang mengajakmu berkeliling?,”usul Wonbin dan Yewon mengerjapkan matanya. Bingung harus menjawab apa. Tapi bagaimana pun, dia harus siap jika harus berinteraksi hanya berdua saja dengan Seunghyun. Dan… Dia harus melatih dirinya sebagai Yunmi.
“Hm? Bagaimana?,”tanya Wonbin lagi karena Yewon tak kunjung menjawab.
“Ok,”jawab Yewon akhirnya.
================================
“Yunmi-ssi, maafkan aku!,”itulah hal pertama yang diucapkan Seunghyun saat dia hanya berdua saja dengan Yewon.
“Tidak apa-apa. Tapi lain kali jangan menatapku seperti semalam,”ucap Yewon.
“Baik. Ah… Kau tidak kuliah, Yunmi-ssi?,”tanya Seunghyun.
“Tidak. Yewon yang menggantikanku,”jawab Yewon.
“Sepertinya menyenangkan sekali mempunyai saudara kembar,”ucap Seunghyun.
“Tidak juga. Terkadang itu sangat menyusahkan. Tapi sangat menyenangkan jika melihat orang-orang bingung membedakan kami,”jawab Yewon.
“Benar. benar. Kalian terlalu mirip. Semalam saja aku sampai marah-marah pada Yewon karena salah paham,”ringis Seunghyun.
“Ahh.. Yunmi-a, apa kau tau tentang hubunganku dan Yewon?,”tanya Seunghyun.
“Aku tau. Tapi sebelumnya Yewon tidak memberitahuku nama dan fotomu, jadi saat semalam bertemu denganmu, aku benar-benar tidak mengenalimu,”jawab Yewon.
“Ahh.. Jadi begitu,”ucap Seunghyun paham.
“Omong-omong, Seunghyun-ssi. Kenapa kita hanya melewati semua ruangan? Apa kau tidak mau memberitahuku ruangan apa itu semua?,”tanya Yewon.
“Ahh… Maaf! Aku lupa,”ucap Seunghyun seraya memeletkan lidahnya.
“Sudahlah, sekarang aku langsung membawamu ke tempat yang paling penting di rumah ini,”ucap Seunghyun. Yewon pun mengikuti Seunghyun melewati beberapa ruangan yang tertutup rapat. Sepertinya pria itu benar-benar tidak berniat menjelaskan seluk beluk rumah ini. Mereka pun berpapasan dengan beberapa pelayan dan setelah melewati ruangan paling besar, yang Yewon duga adalah ruang keluarga, mereka berdiri di depan sebuah ruangan dan Seunghyun langsung membukanya.
“Tada!! Inilah ruangan terpenting! Kau bisa mencari calon suamimu disini!,”gurau Seunghyun. Wonbin yang tengah mengerjakan pekerjaannya langsung menoleh. Yewon pun masuk dan mengamati ruangan itu. Ruangan yang luas, banyak rak-rak buku dan juga terdapat sofa yang nyaman di sudut ruangan. Dan tentu saja 2 buah meja kerja. Satu yang sedang diduduki Wonbin, dan yang satunya sepertinya meja ayah kedua pria itu.
“Kau benar-benar harus mengingat ruangan ini, Yewon-a. aku dedikasikan ruangan ini sebagai ruang kencan kalian berdua,”gurau Seunghyun.
“Hey! Berhentilah bergurau, Seunghyun-a!,”ucap Wonbin dan Seunghyun hanya memeletkan lidahnya.
“Hyeongsu-nim, selamat bersenang-senang!,”ucap Seunghyun lalu menutup pintu.
“Apa… aku boleh disini?,”tanya Yewon. Dia takut mengganggu pekerjaan Wonbin.
“Tentu saja,”jawab Wonbin. Yewon pun berjalan mendekat dan duduk di hadapan Wonbin. Wonbin menatapnya.
“Kau tenang saja. Aku tidak akan menimbulkan suara apapun. Aku hanya ingin mengamati bagaimana pria sedang serius bekerja karena aku tidak pernah melihatnya,”ucap Yewon. Wonbin pun mencoba mengacuhkan Yewon. Mengacuhkan tatapan gadis itu yang tak lepas dari wajahnya. Yewon menopang dagunya di meja dan mengamati gerak-gerik Wonbin. Setelah beberapa saat, Wonbin benar-benar merasa tidak nyaman dengan tatapan intens Yewon. Pria itu pun akhirnya menghentikan pekerjaannya dan berdehem.
“Kurasa kau jangan di hadapanku. Kau mengganggu konsentrasiku,”ucap Wonbin dan Yewon mengerucutkan bibirnya.
“Baiklah,”ucap Yewon lalu bangkit dan menuju rak buku.
“Tidak ada komik kah?,”tanya gadis itu menoleh pada Wonbin.
“Aku sudah tau jawabannya,”ucap gadis itu saat melihat tatapan Wonbin. Yewon pun akhirnya memutuskan untuk duduk di sofa yang berada di pojok ruangan dan mengamati lingkungan luar rumah dari jendela. Terlihat beberapa tukang kebun sedang menyiram tanaman, memberi pupuk dan juga memotong rumput. Harus dia akui bahwa keluarga Wonbin bukanlah keluarga sembarangan. Mengingat hal itu membuatnya meringis. Sepertinya benar ucapan Jonghoon padanya, dia tidak boleh menyusahkan. Dia harus bersikap lebih dewasa dan juga lebih sopan.
==============================
Yewon yang sedang membereskan pakaiannya langsung menoleh saat mendengar pintu dibuka. Dilihatnya wanita paruh baya yang masih sangat cantik tersenyum ramah padanya seraya menutup pintu. Yewon menduga bahwa wanita cantik di hadapannya ini adalah calon ibu mertuanya.
“Apa kau sedang sibuk, Yewon-ssi? Ah.. apa aku boleh memanggilmu dengan panggilang ‘Yewon-a’?,”tanya Hyegyo.
“Tentu saja….,”Yewon sedikit bingung untuk memanggil Hyegyo dengan sebutan apa.
“Omonim,”sambung Hyegyo.
“Aku hanya sedang membereskan pakaianku, omonim. Sebentar lagi selesai. Kau tadi dari mana, omonim?,”tanya Yewon.
“Aku tadi habis berbelanja. Ah.. Apa kau mau memasak makan malam denganku?,”tawar Hyegyo. Yewon meringis mendengarnya.
“Sejujurnya… aku sama sekali tidak pernah masuk ke dapur,”ucap Yewon. Hyegyo mendelik menatapnya. Apakah dia telah memberikan image buruk pada calon ibu mertuanya?
“Benarkah?,”tanya Hyegyo akhirnya dan Yewon mengangguk perlahan seraya menggigit bibir bawahnya.
“Tidak masalah. Aku bisa mengajarimu,”ucap Hyegyo tersenyum ramah.
“Kau tenang saja, Yewon-a. walaupun kau tidak bisa memasak, kau tetaplah calon menantu yang paling aku inginkan,”ucap Hyegyo seraya menggenggam tangan Yewon, mencoba menenangkan hati gadis itu.
“Ya sudah, kau selesaikan dulu saja pekerjaanmu. Aku tunggu di dapur,”ucap Hyegyo lalu bangkit dan menutup pintu. Yewon menghembuskan napasnya. Rasanya dia jahat sekali bersikap seperti ini pada keluarga yang baik ini. Apa dia tetap harus membohongi Seunghyun? Tapi dia benar-benar tidak mau mengecewakan Seunghyun. Dia tetap ingin melihat senyum manis pria itu.
Yewon masuk ke dapur dan mendapati Hyegyo sedang mengeluarkan semua bahan makanan dari kantung belanjaannya.
“Oh, Yewon-a? kemarilah…,”ajak Hyegyo. Yewon menghampiri wanita itu. Sebenarnya dia sedikit bingung dengan Hyegyo. Disana sudah ada banyak pelayan yang membantunya, tapi kenapa dia tetap memintanya untuk membantunya? Memang sebanyak apa makanan yang biasa mereka siapkan untuk makan malam?
“Kita akan membuat kue kesukaan Wonbin,”ucap Hyegyo. Yewon hanya diam dan memperhatikan semua bahan di hadapannya.
“Wonbin sangat menyukai tiramisu. Dan kurasa, sebagai calon istrinya, bukankah sudah seharusnya kau mengetahui makanan kesukaan calon suamimu dan bisa membuatnya?,”ucap Hyegyo.
“Hem. Apa yang bisa kubantu, omonim?,”tanya Yewon.
“Tolong kau ambilkan bahan-bahan yang tertulis di resep,”ucap Hyegyo. Yewon pun membuka buku resep di hadapannya dan mencari-cari resep tiramisu. Setelah mendapatkannya, dia memberikan semua bahan yang dibutuhkan sebagai adonan kepada Hyegyo.
“Yewon-a, bisa tolong kau pegang ini? Aku harus melelehkan cokelat,”ucap Hyegyo menyerahkan mixer kepada Yewon. Yewon pun menerimanya dan mulai mengaduknya.
“Adukkan berlawanan arah jarum jam, Yewon-a,”pesan Hyegyo. Yewon pun menuruti instruksi yang Hyegyo berikan. Dia dengan serius membuat adonan itu.
“Apakah ini sudah, omonim?,”tanya Yewon beberapa saat kemudian. Hyegyo melihat ke dalam adonan Yewon.
“Iya, sudah,”jawab Hyegyo.
“Dimana dia? Apa masih di ruangan yang tadi?,”gumam Yewon seraya membawa kue yang satu jam lalu selesai dibuatnya. Tentu saja dalam keadaan dingin. Yewon mengetuk pintu ruang kerja Wonbin dan Wonbin membukanya. Pria itu menatap Yewon dengan bingung, lalu menatap ke bawah, melihat apa yang Yewon bawa.
“Untukku?,”tanya Wonbin.
“Tentu saja. Memang di dalam ada orang lain?,”tanya Yewon seraya melongokkan kepalanya. Wonbin mengambil nampan yang di bawa Yewon dan mereka masuk. Wonbin menutup pintu menggunakan kakinya dan menghampiri Yewon yang sudah duduk di sofa.
“Kau yang membuatnya kah?,”tanya Wonbin.
“Omonim yang membuatnya. Aku hanya membantunya,”jawab Yewon.
“Apa kau bisa memasak?,”tanya Wonbin seraya mencicipi kue kesukaannya itu.
“Jika itu termasuk kriteria wanita idamanmu, maaf sekali, Tuan. Aku sama sekali tidak bisa memasak,”jawab Yewon sedikit tersinggung, karena sepertinya bisa memasak menjadi kriteria semua pria. Benar-benar menyebalkan.
“Ya, itu adalah salah satu kriteria gadis idamanku,”jawab Wonbin jujur seraya memakan kuenya. Dia tidak memperhatikan perubahan ekspresi wajah Yewon yang berubah keruh.
“Lalu apa lagi kriteria ‘wanita’ idamanmu?,”tanya Yewon penuh penekanan.
“Hebat dalam berolahraga, dan tentu saja pintar,”jawab Wonbin benar-benar tidak menyadari perubahan suasana hati Yewon.
“Kalau begitu, silahkan kau mencarinya!,”ucap Yewon kesal lalu langsung bangun dan keluar dari ruangan itu. Wonbin menatap punggung Yewon dengan bingung.
“Apakah dia marah?,”tanya Wonbin pada dirinya sendiri.
“Hyeongsu-nim, tiramisu ini enak sekali,”ucap Seunghyun dari ruang keluarga saat dilihatnya Yewon melintas. Tetapi gadis itu sama sekali tidak mempedulikannya dan terus berlalu.
“Ada apa dengan dia?,”gumam Seunghyun bingung. Tak berapa lama, dilihatnya Wonbin keluar dari ruang kerjanya.
“Hyung, Yewon kenapa?,”tanya Seunghyun langsung.
“Aku juga tidak tau,”jawab Wonbin lalu pergi mengikuti Yewon yang tentu saja sudah menghilang dari pandangannya.
“Apa-apaan mereka itu? Belum sehari bertemu, sudah bertengkar? Tskk… Aku jadi mengkhawatirkan kehidupan mereka selanjutnya,”gumam Seunghyun.
=========================================
“Yewon-ssi, apa aku boleh masuk?,”tanya Wonbin di depan pintu kamar Yewon.
“Tidak boleh!,”jawab Yewon dari dalam.
“Hey, kau kenapa? Apa aku telah membuat kesalahan?,”tanya Wonbin bingung. Pintu pun kemudian dibuka dengan kasar dan terlihat wajah kesal Yewon.
“Aku mau pulang!,”ucap Yewon kesal.
“Eh?? Kenapa?,”tanya Wonbin bingung.
“Bukankah kau ingin mencari gadis lain?,”tanya Yewon.
“Eh?”ucap Wonbin bingung.
“Tunggu. Kita bicara dulu,”ucap Wonbin seraya memegang bahu Yewon dan mendorong gadis itu perlahan kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Wonbin mendudukkan Yewon di kasur dan dia sendiri duduk di atas kursi belajar Yewon.
“Apa maksudmu dengan aku ingin mencari gadis lain?,”tanya Wonbin langsung.
“Bukankah tadi kau mengatakan kau menginginkan gadis yang pintar memasak, pintar berolahraga dan pintar dalam segala hal? Aku tidak termasuk kriteria itu, Tuan. Jadi bukankah itu berarti kau ingin mencari gadis lain sebagai calon pendampingmu?,”ucap Yewon. Wonbin meringis. Ternyata dia benar-benar harus berhati-hati saat bicara dengan gadis di hadapannya ini. Dia tidak menyangka bahwa Yewon yang sangat mudah bergaul, ternyata di dalamnya sangat sensitive.
“Itu sebelum aku tau kau,”jawab Wonbin dan Yewon mengerjapkan matanya. Sial! Maki Wonbin dalam hati. Kenapa Yewon menampakkan ekspresi seperti itu? Membuatnya benar-benar ingin langsung memeluk gadis itu saat ini juga.
“Sudahlah, yang jelas pada intinya dan yang terpenting aku sudah memilihmu sebagai calon istriku. Dan lagi,itu semua hanya kriteria. Bukan berarti aku harus mendapatkan gadis seperti itu,”ucap Wonbin.
“Dan juga, Yewon-ssi. Jika lain kali aku salah berucap atau aku membuatmu marah, tolong langsung katakan. Jangan langsung pergi seperti itu. Kau tau, aku tidak tau cara memperlakukan seorang gadis dengan baik. Untuk itu, aku mengharapkan bantuan darimu. Mungkin pria sepertiku memang sangat menyebalkan karena tidak bisa membaca pikiran dan bahkan tidak bisa mengerti perasaan seorang gadis, tapi jujur saja. Aku benar-benar tidak mengerti. Aku bukan sengaja mengatakan hal seperti tadi karena kupikir kau bertanya dan aku harus menjawabnya. Aku tidak tau bahwa ucapan itu menyakitimu. Aku benar-benar minta maaf!,”ucap Wonbin penuh penyesalan. Yewon sedikit terkesiap mendengar penjelasan Wonbin. Jonghoon saja tidak pernah bersikap selembut ini saat dia sedang marah pada pria itu. Tapi Wonbin? Pria yang baru ditemuinya beberapa jam yang lalu benar-benar bersikap lembut padanya. Bukankah biasanya pria akan sangat kesal dengan sikap kekanak-kanakkannya itu? Apa lagi mereka baru saja bertemu. Tapi Wonbin berbeda. Yewon seperti menemukan sisi lembut pria di hadapannya ini. Dan ntah mengapa, dia mulai sedikit percaya bahwa Wonbin bisa menjadi tempatnya untuk bertumpu. Sepertinya pria ini bisa diandalkan, setidaknya itulah yang ada di benaknya saat menatap mata hitam pria di hadapannya ini.
“Aku juga minta maaf!,”ucap Yewon akhirnya seraya menunduk. Wonbin tersenyum dan mengusap bahu Yewon perlahan.
“Lain kali, kau harus lebih berterus terang padaku. Jika kau marah padaku, kau katakan saja langsung. Ok?,”ucap Wonbin dan Yewon mengangguk.
Part 8
DON'T DARE TO PLAGIAT THIS FANFIC!!!
Please leave your comment if u appreciate me! ^^
credit: Yewonnie
Primadonnas' Island blog