Thursday, August 25, 2011

[FF/S/NC-17/4] IF YOU GIVE YOUR HEART

<< Part 1 << Part 2 << Part 3




TITLE: IF YOU GIVE YOUR HEART
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
- Choi Jong Hoon
- Kim Yun Mi
- etc


“Masalah apa lagi yang kau buat?,”tanya Jonghoon setengah bercanda saat Yewon akhirnya tiba dan menghampirinya.
“Apakah kau selalu berpikir bahwa aku ini pembuat masalah?,”ucap Yewon tersinggung.
“Aku hanya bercanda. Ayo!,”ucap Jonghoon seraya mengambil koper Yewon dan mereka berjalan keluar dari bandara. Mereka menunggu beberapa menit sampai akhirnya mobil Jonghoon tiba. Jonghoon segera memasukkan koper Yewon ke dalam bagasi dan membukakan pintu mobil untuk majikannya tersebut.
“Kuharap kau sudah puas berlibur,”ucap Jonghoon saat masuk ke kursi kemudi dan memasang seatbeltnya.
“Tentu saja,”jawab Yewon.
“Ahhh… Kurasa pertemuanmu dengan calon suamimu diundur,”ucap Jonghoon menatap lurus ke depan seraya melajukan mobilnya. Yewon sedikit tertegun mendengarnya. Dia menimbang-nimbang apakah dia harus menceritakan tentang Seunghyun pada Jonghoon atau tidak. Tapi dia tau pasti Jonghoon akan memarahinya.
“Diundur jadi kapan?,”tanya Yewon berusaha terlihat santai seraya mengaktifkan ponselnya dan melihat pesan dari Seunghyun. Gadis itu tersenyum membaca pesan singkat itu.
“Aku tidak tau. Tapi sepertinya calon suamimu itu orang yang sibuk. Mungkin menunggu sampai dia punya waktu,”jawab Jonghoon.
“Kuharap dia tidak akan pernah punya waktu,”gumam Yewon dan Jonghoon langsung menoleh sekilas.
“Walaupun dia tidak punya waktu, apa kau yakin orang tuamu akan melupakan perjodohan itu begitu saja? Bisa saja mereka langsung menyelenggarakan pernikahan kalian dan mempertemukan kalian untuk pertama kalinya saat itu,”ucap Jonghoon.
“Lebih baik begitu. Karena aku tidak yakin jika kami bertemu dan aku mengatakan menolak perjodohan itu, umma dan appa akan mengabulkannya. Kurasa mereka justru akan semakin memaksaku, jadi lebih baik tidak usah bertemu saja,”ucap Yewon acuh.
“Hey… sebenarnya apa yang sudah terjadi?,”tanya Jonghoon merasa aneh dengan sikap Yewon. Yewon menoleh dan menatapnya.
“Memang aku kenapa?,”tanya Yewon bingung.
“Ntahlah… aku hanya merasa ada yang aneh saja,”jawab Jonghoon tanpa melepaskan pandangannya dari jalanan di hadapannya. Yewon sedikit gelisah. Dia tidak habis pikir bahwa Jonghoon mempunyai insting setajam itu.
“Omong-omong, apa kau membawakan sesuatu untukku?,”tanya Jonghoon menoleh sekilas dan melihat Yewon tersenyum.
“Sudah kuduga kau tidak membelikanku apapun,”ucap Jonghoon yang sudah bisa menebak maksud dari senyuman yang Yewon berikan.
“Maaf!,”ucap Yewon menyesal.
“Ya ya.. aku maklum. Kau pasti bersenang-senang disana dan ke pub pada malam hari sehingga kau tidak sempat mencari hadiah untukku,”ucap Jonghoon menyimpulkan. Yewon ingin sekali mengkoreksinya, tetapi dia berpikir ulang, karena nanti Jonghoon pasti akan menanyakan lebih jauh.
“Ahh.. Yunmi bagaimana? Apakah hubungan kalian sudah ada kemajuan?,”tanya Yewon berusaha mengalihkan pembicaraan. Jonghoon memutar bola matanya mendengar pertanyaan yang menurutnya konyol itu.
“Seperti biasa, aku mengantar Yunmi ke kampus,”jawab Jonghoon santai.
“Hey! Bukan itu yang kumaksud. Kau mengajaknya kencankah?,”tanya Yewon.
“Aku tidak mungkin kencan dengannya, Yewon-a. bukankah kau teman kencanku?,”gurau Jonghoon dan kini giliran Yewon yang memutar bola matanya.
“Kau benar-benar menyebalkan. Apakah kau takut Yunmi akan menolakmu? Apa perlu aku memastikannya? Aku bisa menanyakan padanya,”ucap Yewon semangat dan Jonghoon menatapnya tajam.
“Baiklah baiklah.. Aku tidak akan melakukannya,”ucap Yewon setelah melihat tatapan Jonghoon. Gadis itu kembali menatap lurus ke jalanan dan sesekali membuka ponselnya saat menerima pesan singkat yang dikirimkan Seunghyun.

============================

“Yunmi-a, ada yang ingin aku ceritakan. Tapi kumohon kau rahasiakan hal ini dari Jonghoon oppa,”ucap Yewon menatap saudara kembarnya. Yunmi yang saat itu sedang membaca buku langsung mengangkat kepalanya dan menatap Yewon. Dia melihat raut wajah serius yang sangat jarang ditampakkan Yewon. Yunmi pun akhirnya menutup bukunya dan menarik bantal ke pangkuannya.
“Ada apa? Tidak biasanya. Bukankah biasanya kau bercerita pada Jonghoon oppa?,”tanya Yunmi.
“Untuk yang satu ini aku tidak bisa memberitahunya. Atau lebih tepatnya tidak bisa memberitahu siapapun, kecuali kau,”jawab Yewon. Yunmi menegakkan posisi duduknya. Dia mempunyai firasat buruk. Ntah kenapa dia yakin Yewon akan memberinya kabar buruk, tetapi dia tidak bisa menerka apa kabar buruk itu. Yewon menghela napasnya dan menggigit bibir bawahnya, tergambar kegelisahan di wajah gadis itu.
“Tunggu. Kurasa aku harus minum dulu. Tenggorokanku tiba-tiba terasa kering,”ucap Yewon turun dari kasur dan mengambil minum yang ada di meja, lalu gadis itu kembali naik ke atas kasur dan duduk di hadapan Yunmi.
“Yunmi-a, kurasa… Aku tidak bisa menggantikanmu untuk perjodohan itu,”ucap Yewon.
“Eh?,”ucap Yunmi kaget. Yewon menggigit bibirnya lalu menatap Yunmi.
“Aku benar-benar minta maaf, Yunmi. Tapi sungguh, aku benar-benar tidak bisa menggantikanmu. Karena aku…,”ucap Yewon lalu menghela napasnya dan berusaha terlihat tenang. Yunmi menunggunya dengan gelisah. Otaknya saat ini benar-benar tidak bisa berpikir jernih setelah mendengar ucapan Yewon.
“Aku sudah mempunyai kekasih,”lanjut Yewon dan Yunmi membelalakkan matanya.
“Apa?!,”pekik Yunmi tidak percaya.
“Ba… Bagaimana mungkin? Aku tau kau tidak mempunyai kekasih, Yewon-a. bahkan pria yang dekat denganmu hanya Jonghoon op…,”ucapan Yunmi langsung terputus saat dia teringat sesuatu.
“Yewon-a, apakah… kau berpacaran dengan Jonghoon oppa?,”tanya Yunmi was-was.
“Tskkk… Tentu saja tidak! Bukankah tadi aku mengatakan padamu bahwa aku tidak bisa menceritakan masalah ini pada Jonghoon oppa?,”ucap Yewon tidak habis pikir dengan jalan pikiran Yunmi yang pendek itu.
“Lalu… pria lain? Siapa? Hongki?,”terka Yunmi.
“Tskkk… Aku tidak pernah dekat dengan pria itu,”ucap Yewon.
“Lalu siapa?,”tanya Yunmi penasaran.
“Untuk sekarang aku tidak bisa memberitahumu,”ucap Yewon.
“Kenapa?,”tanya Yunmi.
“Kau harus berjanji untuk menerima perjodohan itu, Yunmi-a,”ucap Yewon mengajukan syarat.
“Apa kau gila? Umma dan appa pasti sudah memperkenalkanmu pada keluarga pria itu, bukan aku,”ucap Yunmi.
“Bukankah itu sama saja?,”tanya Yewon menatap Yunmi. Yunmi langsung membuka mulutnya tidak percaya. Tidak! Jangan sampai apa yang terlintas di otaknya juga terlintas di otak Yewon, harap Yunmi.
“Kita kembar, Yunmi-a. ingat itu! Tidak akan ada yang bisa membedakan kita, kecuali Jonghoon oppa. Kau tau kan?,”ucap Yewon. Yunmi menggelengkan kepalanya.
“Tidak! Aku tidak mau, Yewon-a. aku sudah tau jalan pikiranmu,”ucap Yunmi seraya turun dari kasur dan berjalan mondar-mandir dengan gelisah.
“Aku mohon, Yunmi-a. sekali ini saja!,”pinta Yewon.
“Tidak! Yewon-a, walaupun kita kembar, tapi aku tidak mungkin bisa menggantikanmu! Dan lagi, Jonghoon oppa pasti menyadarinya!,”ucap Yunmi tetap bersikukuh.
“Kau tenang saja. Kita hanya akan bertukar saat umma dan appa ingin mempertemukan aku dengan pria itu. Untuk kehidupan sehari-hari, kita jalankan dengan normah. Aku mohon, Yunmi-a!,”pinta Yewon.
“Yewon-a, itu sangat berisiko,”ucap Yunmi.
“Tidak! Itu tidak akan menjadi masalah!,”ucap Yewon meyakinkan.
“Itu akan menjadi masalah besar, Yewon-a. ayolah! Kumohon kau lebih realistis. Jika aku menggantikanmu, itu berarti aku yang akan menikah dengan pria itu. Dan pria itu pasti akan merasa tertipu,”ucap Yunmi.
“Itulah! Itu jalan keluarnya, Yunmi-a. dengan hal itu, maka perjodohan bisa batal! Tidak akan ada satupun dari kita yang akan menikah dengan pria itu,”ucap Yewon tetap berusaha meyakinkan. Yunmi berpikir keras, gadis itu kembali duduk di kasur dengan segala pikiran berkecamuk. Yewon menatapnya penuh harap.
“Hanya saat pertemuan saja kan?,”tanya Yunmi dan Yewon mengangguk semangat.
“Tapi kau harus memberitahuku siapa pacarmu,”ucap Yunmi mengajukan syarat.
“Kau tenang saja,”jawab Yewon tetap menunggu jawaban dari Yunmi.
“Baiklah,”ucap Yunmi dengan berat hati. Yewon langsung memeluk Yunmi dengan erat.
“Terima kasih! Aku mencintaimu, Yunmi-a!,”ucap Yewon bahagia.
“Jangan sampai ada yang tau tentang rencana kita, ok?,”ucap Yewon dan Yunmi mengangguk.

===============================

“Yewon-a, apakah rumor itu benar?,”tanya Hongki pagi itu saat bertemu Yewon di lorong kampus.
“Rumor apa?,”Yewon balas bertanya.
“Tentang kau yang akan dijodohkan,”jawab Hongki dan Yewon menghentikan langkahnya. Gadis itu menatap Hongki.
“Kumohon jangan bahas hal itu,”ucap Yewon lalu kembali berjalan.
“Jadi itu benar?,”tanya Hongki tidak percaya.
“Iya dan kumohon jangan menanyakannya lebih lanjut! Aku tidak mau mengingat tentang hal itu,”jawab Yewon seraya masuk ke dalam kelas dan duduk di tempatnya biasa, dan tentu saja Hongki duduk di hadapannya.
“Bisa menceritakannya padaku?,”tanya Hongki penuh harap.
“Oh.. Ayolah! Bukankah tadi sudah aku katakan aku tidak mau membahasnya?,”ucap Yewon kesal.
“Baiklah, aku tidak akan membahasnya,”ucap Hongki lalu berpindah tempat duduk menjadi di belakang Yewon.
“Tapi… Apakah pria itu sangat tampan?,”tanya Hongki lagi dan Yewon memutar bola matanya kesal.
“Jika kau tetap menanyakannya, aku akan pindah tempat duduk,”ucap Yewon kesal dan Hongki langsung diam. Selama kelas pagi itu, Hongki benar-benar tidak membahas hal itu lagi. Dan saat kelas selesai, Yewon dengan segera pergi sebelum Hongki sempat mencecarnya lagi dengan berbagai pertanyaan.

“Yeoboseyo!,”ucap Yewon menerima panggilan telepon dari Seunghyun. Gadis itu kini berada di atap gedung, dia tidak mungkin menjawab panggilan telepon di sembarang tempat, karena Jonghoon bisa muncul kapan saja.
[Ada apa dengan suaramu?]
“Ahh… Tidak ada apa-apa. Hanya sedikit kesal dengan temanku,”jawab Yewon.
[Pria?]
“Iya, kenapa? Cemburu? Tskkk… Kau tidak perlu cemburu dengan pria seperti dia,”ucap Yewon.
[Hahaha… Tidak. Untuk apa?]
“Ahh… Ada apa meneleponku pagi-pagi? Apa kau tidak sibuk?,”tanya Yewon.
[Aku baru selesai meeting. Dan sekarang aku sedang memeriksa laporan hasil rapat tadi]
“Lalu kenapa meneleponku? Seharusnya kau menyelesaikan pekerjaanmu,”ucap Yewon.
[Apa kau tidak rindu padaku? Aku hampir gila karena merindukanmu]
“Hahaha… Kau menggelikan,”ucap Yewon.
[Apakah benar tidak ada masalah?]
“Ya, kau tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja,”jawab Yewon meyakinkan Seunghyun.
[Aku perlu membuktikannya]
“Hahhaha… Bagaimana bisa? Ingat, kau sekarang sedang di Jepang,”ucap Yewon.
[Tskkk… Kau benar.]
“Yewon-a,”tiba-tiba Jonghoon memanggilnya. Yewon dengan refleks memutus sambungan telepon dan membalik tubuhnya. Dilihatnya Jonghoon sedang berjalan ke arahnya. Yewon tidak habis pikir bahwa Jonghoon bisa menemukannya.
“Kau sedang apa?,”tanya Jonghoon saat sudah berdiri di hadapannya. Yewon sedikit bernapas lega karena Jonghoon tidak mendengar, bahkan tidak melihat bahwa dia sedang menelepon.
“Aku hanya ingin merasakan terpaan angin. Hongki sangat menyebalkan. Pria itu terus mencecarku dengan pertanyaan tentang perjodohan. Benar-benar menyebalkan! Aku tidak habis pikir bahwa kabar itu akan menyebar begitu cepat,”jawab Yewon terpaksa berbohong, tapi dia yakin Jonghoon pasti akan mempercayai ucapannya.
“Aku juga sedikit kaget saat tau berita itu sudah tersebar,”ucap Jonghoon menimpali seraya menyandarkan tubuhnya di pagar tembok.
“Oppa, kenapa kau bisa menemukanku? Apakah kau vampire?,”tanya Yewon.
“Hahhaha… Aku ini mempunyai radar. Kau jangan lupa!,”jawab Jonghoon bergurau.
“Kau masih ada kelas?,”tanya Jonghoon.
“Iya, 30 menit lagi aku masuk kelas. Ayo!,”Jawab Yewon setelah melihat jam tangannya.
“Kau jangan terlalu memikirkan hal itu,”ucap Jonghoon saat menuruni tangga.
“Kau tenang saja,”ucap Yewon.
“Tapi aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Kau ini seseorang yang terlihat tidak ada beban, tapi sebenarnya kau memiliki beban yang kau pikul sendiri. Itulah yang tidak aku suka darimu,”ucap Jonghoon.
“Oppa, jangan seperti ini! Aku baik-baik saja,”ucap Yewon meyakinkan Jonghoon dan Jonghoon menatapnya.
“Aku merasa ada yang kau sembunyikan dariku,”ucap Jonghoon menatap dalam mata Yewon.
“Tidak. Kenapa kau berpikiran begitu?,”ucap Yewon berusaha terlihat santai.
“Aku pasti akan mengetahuinya. Ingat! Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku,”ucap Jonghoon yakin dan Yewon menelan ludahnya. Dia benar-benar harus berusaha lebih keras agar Jonghoon tidak curiga. Jika Jonghoon sampai tau, rencananya pasti akan gagal atau bahkan tidak akan pernah terlaksana.

====================================

Wonbin duduk di kantin Seoul University. Matanya tertuju pada seorang gadis yang tengah mendengarkan lagu dengan earphone di telinganya. Setelah bertanya kepada beberapa mahasiswa, akhirnya dia bisa melihat calon istrinya. Wonbin mengernyitkan keningnya saat dilihatnya seorang pria datang menghampiri Yewon—Jonghoon—dan meletakkan makan siang yang dibawanya di hadapan gadis itu. Wonbin menatap ekspresi wajah Yewon yang tersenyum pada Jonghoon dan melihat wajah bahagia terpancar dari gadis itu saat mengobrol dengan Jonghoon.
“Apakah dia kekasihnya?,”terka Wonbin.
Di sisi lain, atau tepatnya meja di mana Yewon dan Jonghoon duduk, kedua anak itu sedang membicarakan hal yang mereka anggap lucu.
“Kau tau, bahkan tadi saat dosen berpapasan denganku dan Yunmi, dia salah mengenali kami. Kurasa memang tidak akan pernah menjadi masalah tiap kali Yunmi menggantikanku di kelas,”ucap Yewon.
“Ya, tapi ntah mengapa aku bisa mengenali kalian. Kau tentu masih ingat kejadian saat prom night. Saat kau menggantikan Yunmi. Aku tidak sebodoh itu untuk kalian tipu,”ucap Jonghoon.
“Aku jadi penasaran… bagaimana kau bisa membedakan kami?,”tanya Yewon.
“Rahasia! Aku tidak akan memberitahumu,”ucap Jonghoon.
“Menyebalkan!,”ucap Yewon kesal dan tanpa sengaja matanya bersitatap dengan Wonbin. Wonbin sedikit terkesiap, tetapi pria itu berusaha santai hingga akhirnya Yewon tidak menatapnya.
“Kurasa aku sudah tidak aman,”ucap Wonbin lalu keluar dari sana.

Wonbin melajukan mobilnya untuk kembali menuju kantor dan menjawab panggilan yang masuk.
“Aku sedang dalam perjalanan. Mungkin 15 menit lagi,”ucap Wonbin lalu mengakhiri sambungan dua arah itu.
“Tskkk… Kurasa pria itu kekasihnya. Apa kedua orang tuanya tidak tau?,”gumam Wonbin masih memikirkan pemandangan yang tadi dilihatnya.
“Tapi….,”ucap Wonbin ragu.
“Sudahlah, aku tidak perlu memikirnya. Yang jelas aku harus segela menyelesaikan pekerjaanku. Sial! Seandainya saja Seunghyun mau membantuku,”ucap Wonbin kesal.
“Kurasa aku harus menyuruh anak itu pulang secepatnya,”ucap Wonbin.
15 menit kemudian, Wonbin sudah kembali ke kantor dan langsung berjalan ke ruangannya. Dilihatnya beberapa berkas menumpuk di atas mejanya. Berkas-berkas itu harus dia periksa dan juga tanda tangani. Dan dia yakin pasti dia harus lembur lagi untuk menyelesaikan semua itu. Wonbin meraih telepon di mejanya dan memencet beberapa nomor.
“YA! Kapan kau kembali? Kau harus membantuku,”ucap Wonbin saat Seunghyun menjawab panggilannya.
[Urusanku disini masih belum selesai, hyung. Aku masih harus menyelesaikan beberapa masalah lagi. Mungkin aku akan pulang 3 hari lagi dan aku berjanji akan membantumu]
“Aishh! Pekerjaan ini membuatku kesal,”ucap Wonbin seraya mulai membuka berkas di hadapannya.
[Apakah kau tidak sabar bertemu dengan calon istrimu? Apakah dia cantik, hyung?]
“Tskkk… Tidak ada gunanya aku meneleponmu. Sudahlah,”ucap Wonbin langsung memutus panggilan itu.
“Wonbin-a,”sebuah panggilan terdengar dan Wonbin langsung mengangkat kepalanya.
“Oh? Appa. Ada apa?,”tanya Wonbin sedikit kaget karena tidak biasanya ayahnya datang ke ruangannya. Hyunbin langsung duduk di hadapan Wonbin dan Wonbin pun menghentikan pekerjaannya.
“Apa kau siap bertemu dengan calon istrimu?,”tanya Hyunbin.
“Eh?,”tanya Wonbin kaget.
“Aku sudah membuat rencana mempertemukan kalian Sabtu ini. Aku harap kau tidak lembur hari itu,”ucap Hyunbin kemudian tersenyum dan pergi dari sana. Sebelum membuka pintu, pria paruh baya itu menoleh.
“Cepat selesaikan pekerjaanmu!,”ucap pria itu seraya tersenyum ramah.

========================TBC=====================

Part 5 >>

DON'T DARE TO PLAGIAT THIS FANFIC!!!


Please leave your comment if u appreciate me! ^^
credit: Yewonnie
Primadonnas' Island blog

 
 

Followers

My Update