Sunday, August 28, 2011

[FF/S/NC-17/9] IF YOU GIVE YOUR HEART

<< Part 1 << Part 2 << Part 3 << Part 4 << Part 5 << Part 6 << Part 7 << Part 8




TITLE: IF YOU GIVE YOUR HEART
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
- Choi Jong Hoon
- Kim Yun Mi
- etc


Wonbin mengulum senyum saat Yewon diam saja di sebelahnya. Mereka saat ini sedang dalam perjalanan pulang dan sepertinya Yewon masih malu dengan kejadian tadi.

“Kenapa diam saja?,”tanya Wonbin angkat bicara.

“Aku mengantuk,”jawab Yewon berbohong.

“Benarkah? Apa kau mau aku melakukan sesuatu agar kau tidak mengantuk?,”tanya Wonbin menggodanya. Yewon mendelik kesal.

“Berhentilah menggodaku, oppa!,”ucap Yewon kesal.

“Siapa yang menggodamu? Memang kapan aku menggodamu?,”tanya Wonbin pura-pura tidak mengerti. Yewon menghiraukannya dan kembali memusatkan tatapannya pada jalanan di sampingnya.

“Setidaknya kau harus bertanggung jawab dengan kissmark di leherku. Mungkin sekarang tidak terlihat karena aku mengenakan kemeja, tetapi aku tidak mungkin memakai kemeja di rumah,”ucap Wonbin. Yewon yang mendengarnya hanya bisa menelan ludahnya.

“Pakai baju berkerah tinggi saja,”usul Yewon.

“Hey! Apa kau ingin aku mati kepanasan, huh?,”tanya Wonbin.

“Tidak mungkin! Rumahmu kan ber-AC. Jika ada yang bertanya, katakan saja kau kedinginan,”ucap Yewon.

“Apa kau ingin aku terlihat bodoh?,”tanya Wonbin.

“Tskk.. terserah kau saja. Aku tidak peduli,”ucap Yewon kesal dan kembali memalingkan wajahnya. Wonbin melirik sekilas wajah Yewon dari pantulan kaca dan pria itu tersenyum. Gadis di sebelahnya benar-benar sensitif. Wonbin tiba-tiba menghentikan mobilnya dan Yewon langsung menoleh. Yewon belum sempat memprotes tetapi Wonbin dengan cepat memegang tengkuk gadis itu dan mengarahkan bibirnya ke sisi kanan leher gadis itu. Yewon hanya bisa terpaku. Gadis itu benar-benar tidak berkutik. Apa yang sedang dilakukan Wonbin? Mencumbunya kah? Yewon pun akhirnya memejamkan matanya menyesapi perasaan nikmat yang tiba-tiba menjalari tubuhnya. Tetapi beberapa menit kemudian gadis itu langsung membuka matanya dan mendorong Wonbin. Sial! Apa yang mereka lakukan di pinggir jalan begini? maki Yewon dalam hati. Yewon menyentuh leher kanannya dan Wonbin tersenyum menatapnya.

“Sekarang sudah impas,”ucapnya tanpa rasa bersalah dan kembali melajukan mobilnya. Yewon dengan perlahan membuka telapak tangannya yang menempel di leher dan melihat ke jendela di sisinya. Gadis itu mengerang kesal saat dilihatnya tanda merah menyala tepat di lehernya. Gadis itu kemudian menyibakkan rambutnya ke depan untuk menutupi tanda merah itu. Sedikit berhasil, tapi tetap ada kemungkinan orang lain bisa melihatnya.

“Kau menyebalkan!,”ucap Yewon kesal seraya menatap Wonbin.

“Kau yang terlebih dahulu memulainya. Ingat itu!,”ucap Wonbin seraya tersenyum menatap Yewon tetapi Yewon hanya mendengus kesal dan menatap lurus ke depan.



[Baby you’re the only one good for you..]

Yunmi terbelalak menatap layar ponselnya. Bukan, ponsel Yewon. Tadi Yewon memberikan ponsel miliknya pada Yunmi, dengan tujuan agar rencananya berhasil. Yunmi dengan ragu menjawab panggilan itu.

“Halo..”ucap Yunmi.

[Jagi, aku sudah bertemu Yunmi.]

Yunmi menelan ludahnya. Sial! Kenapa Seunghyun menelepon? Dia sama sekali belum siap menghadapi laki-laki itu.

“Bagaimana pendapatmu?,”tanya Yunmi.

[Kalian benar-benar mirip. Bahkan sikap pemarah kalian pun sama. Hahaha..]

“Kami kan kembar. Kau harus ingat itu,”ucap Yunmi.

“Oh iya, omong-omong. Ada apa menelepon?,”tanya Yunmi.

[Aku ingin bertemu.. sudah lama sekali kita tidak berkencan]

“Eh?”ucap Yunmi refleks. Bagaimana ini? Dia menoleh pada Jonghoon, tetapi pria tampan itu sama sekali tidak mempedulikannya. Pria itu kini sedang membaca agenda Yewon.

[Kenapa? Apa kau tidak mau bertemu denganku?]

“Bukan begitu. Hanya saja…,”ucap Yunmi bingung. Yunmi berharap Jonghoon menoleh dan merebut ponselnya, seperti apa yang sering pria itu lakukan jika Yewon menerima telepon saat gadis itu sedang mengerjakan tugasnya. Tetapi sepertinya Jonghoon sama sekali tidak peduli. Pria itu hanya duduk di hadapannya, menemaninya mengerjakan tugas, tetapi dirinya justru asyik sendiri membaca agenda Yewon.

“Baiklah. Kau ingin kita bertemu dimana?,”jawab Yunmi akhirnya seraya meninggikan suaranya, berharap Jonghoon sadar. Dan bingo! Pria itu langsung mengangkat kepalanya menatap Yunmi.

[Bertemu di taman dekat kampusmu saja. Bagaimana?]

“Ok. Aku kesana,”ucap Yunmi seraya menutup flip ponsel itu dan membereskan bukunya.

“Kau mau kemana?,”tanya Jonghoon.

“Bertemu dengan Seunghyun,”jawab Yunmi seraya menyampirkan tasnya lalu berdiri dan melewati Jonghoon. Tetapi gadis itu berhenti dan menoleh.

“Kau tidak mau mengantarku?,”tanya Yunmi. Jonghoon menoleh.

“Aku harus menemui Yewon jam 7 nanti,”jawab Jonghoon seraya menatap jam tangannya. Yunmi hanya bisa menghentakkan kakinya dengan kesal. Jonghoon benar-benar menyebalkan! Semenjak Yewon pergi dari rumah –kemarin—pria itu menjadi sangat acuh padanya dan juga galak. Apa-apaan semua ini? Apakah selama ini dia bersikap baik hanya untuk Yewon dan dirinya telah salah paham? Benar-benar menggelikan. Jonghoon mengambil ponselnya dan menghubungi Yewon, tetapi suara Yunmi lah yang menjawab.

“Kenapa kau yang menjawab?,”tanya Jonghoon. Seandainya dia tidak sedang kesal, mungkin dia akan tertegun karena Jonghoon bisa membedakan suaranya dan Yewon padahal suara mereka sama.

[Apa kau bodoh? Bukankah Yewon memberikan hp nya padaku?]

“Ahh… benar. Ya sudah,”ucap Jonghoon langsung memutus sambungan dua arah itu. Yunmi yang saat itu ada di koridor kampus hanya bisa bersungut-sungut menerima perlakuan tidak sopan yang Jonghoon lakukan padanya.

“Menyebalkan! Kurasa pria itu jelmaan malaikat dan iblis,”gerutu Yunmi.



==============================



“Kau mau kemana?,”tanya Wonbin yang saat itu sedang duduk di ruang keluarga bersama Yewon. Yewon yang saat itu berdiri di depan dvd player langsung menoleh.

“Aku mau pergi kencan, hyung. Memang kau pikir aku tidak iri melihat kalian?,”jawab Seunghyun setengah bergurau.

“Tskk… Terus saja meledekku,”omel Wonbin.

“Bilang saja kau ingin aku cepat-cepat pergi supaya kau bisa berduaan dengan Yewon,”cibir Seunghyun seraya berlalu dari sana. Yewon selesai memasukkan kepingan dvd ke dalam dvd player dan gadis itu duduk di sofa. Sangat jauh dari sofa yang diduduki Wonbin.

“Kenapa duduk disana?,”protes Wonbin.

“Kurang jelas,”jawab Yewon sekenanya seraya memperhatikan layar yang sudah menayangkan bagian pembuka film itu. Wonbin tidak memprotes lagi dan ikut menatap layar di hadapannya. Apa ini? Film hantu? tanya Wonbin dalam hati. Pria itu melihat ke arah Yewon dan melihat gadis itu menelan ludahnya saat preview film itu ditayangkan. Wonbin tersenyum melihatnya. Sepertinya Yewon bukanlah gadis yang berani menonton film horror, tapi mungkin rasa penasarannya lah yang membuatnya berani menonton.

“Oppa…”ucap Yewon manja seraya menatap Wonbin.

“Apa?,”tanya Wonbin pura-pura tidak tau. Ruangan disana memang sengaja dimatikan oleh Wonbin saat Yewon mengatakan ingin menonton film, karena itulah kebiasaan keluarganya. Yewon berdiri perlahan-lahan dan menutup kupingnya saat didengarnya teriakan dari film itu. Yewon dengan cepat berjalan ke arah Wonbin, tetapi dia justru menyandung kaki Wonbin dan jatuh di atas badan pria itu.

“Maaf!,”ucap Yewon lalu duduk di samping Wonbin.

“Kurasa ini bukan film horror,”ucap Wonbin saat melihat adegan seorang gadis menusuk-nusuk perutnya sendiri dengan pisau dalam keadaan tidur. Yewon tidak menjawab dan hanya merapat ke bahu Wonbin dan mengintip adegan-adegan disana.

“Aku tidak suka. Oppa, matikan!,”ucap Yewon.

“Bukankah kau yang membawanya?,”tanya Wonbin heran.

“Aku mengambilnya dari kamar Jonghoon oppa sebelum kesini. Aku penasaran karena covernya,”jawab Yewon. Wonbin pun langsung berdiri dan berjalan menuju dvd player lalu mematikannya.

“Apa kau ingin menonton film lain?,”tanya Wonbin dan dilihatnya Yewon mengangguk. Pria itu kemudian membuka rak dvd dan melihat koleksi ibunya karena sepertinya selera Yewon tidak akan berbeda jauh dengan selera ibunya karena mereka adalah perempuan. Wonbin kemudian mengambil satu dvd film jepang. Terlihat tulisan “I Give My First Love to You” di sampul depannya.

“Oppa, kau menyetel film apa?,”tanya Yewon penasaran.

“Yang jelas bukan film yang seperti tadi,”jawab Wonbin seraya menekan tombol close di remote dvd yang di pegangnya dan dia berjalan mendekati Yewon.



Wonbin menolehkan kepalanya dan dilihatnya Yewon mengusap pipinya dengan punggung tangannya. Sepertinya gadis itu menangis. Wonbin pun menjulurkan tangannya ke meja untuk meraih kotak tissue dan memberikannya pada Yewon, Yewon menoleh sekilas.

“Apa kau selalu menangis saat menonton film seperti ini?,”tanya Wonbin dan dilihatnya Yewon menganggukkan kepalanya.

“Aku membayangkan jika diriku mengalami hal yang sama dengan mereka. Konyol bukan? Tapi memang begitulah,”jawab Yewon.

“Bagaimana jika aku yang ada di posisi pria itu? Apakah kau bisa bersikap seperti gadis itu?,”tanya Wonbin memusatkan pandangannya pada film di depannya. Sepanjang film tadi, sang wanita terlihat begitu tegar di hadapan kekasihnya yang sakit, tetapi wanita itu tidak bisa berhenti menangis jika si pria memeluknya.

“Aku tidak yakin. Aku pasti akan terus menangis,”jawab Yewon.

“Tapi aku tidak akan bersikap seperti pria itu,”ucap Wonbin dan Yewon menoleh, menatap wajah Wonbin dari samping yang tengah menatap lurus ke depan.

“Aku tidak akan menjauhi gadis yang aku cintai. Walaupun pasti sangat menyakitkan melihat gadis yang kita cintai berusaha tersenyum padahal dia ingin menangis. Tapi bukankah sangat kejam jika menjauhi gadis yang jelas-jelas selama ini ada untuk kita?,”ucap Wonbin lalu menoleh menatap Yewon dan tersenyum. “Bagaimana menurutmu? Bagaimana jika kau yang ada di posisi pria itu?,”tanyanya.

“Aku akan terus bersama pria yang kucintai hingga akhir hayatku. Tapi… aku benar-benar tidak mau membayangkannya. Walaupun sepertinya sangat romantis, tapi jika akhirnya tidak bahagia bukankah sama saja?,”ucap Yewon.

“Kau salah. Mereka tetap bahagia. Walaupun mereka berpisah pada akhirnya, tapi sangat jelas bahwa mereka tetap saling mencintai, di lubuk hati mereka yang terdalam. Dan walaupun pada akhirnya gadis itu menikah dengan pria lain, tapi di lubuk hatinya pasti masih ada cinta untuk pria itu,”ucap Wonbin menatap adegan pernikahan sang gadis di hadapannya. Yewon ikut menatap layar, dia memikirkan ucapan Wonbin.

“Jadi menurutmu, cinta tidak harus memiliki?,”tanya Yewon dan Wonbin tersenyum.

“Kau jangan salah paham!,”ucap Wonbin dan Yewon kembali menatapnya, pandangan mata mereka bertubrukan.

“Walaupun aku memiliki pandangan seperti itu, tapi bagiku, tiap orang yang saling mencintai harus saling memiliki. Dan hanya mautlah yang bisa memisahkan. Kau tau, siapapun tidak ada yang bisa melawan maut. Walaupun kau berusaha sekuat tenaga untuk terus bersama,”jelas Wonbin dan Yewon tertegun. Wonbin sangat dewasa, itulah yang ada dipikirannya.

“Dan selama maut tidak menjadi halangan, setiap orang yang saling mencintai harus berusaha untuk bersatu. Itulah pendapatku,”ucap Wonbin seraya mengusap rambut Yewon perlahan.

“Kurasa kau belum pernah memikirkannya,”ucap Wonbin.

“Yewon-a, aku penasaran dengan satu hal,”ucap Wonbin tiba-tiba dan Yewon menjadi waspada.

“Kau lebih suka aku bagaimana? Aku yang pendiam atau aku yang agresif?,”tanya Wonbin dan Yewon mengedipkan matanya, jujur saja dia tidak mengerti kenapa Wonbin tiba-tiba menanyakan hal itu.

“Sifat asliku adalah pendiam. Tapi apa kau tau bahwa semua pria memiliki sisi agresif di dalam dirinya? Hanya saja… sisi pendiamku lebih terlihat dari pada sisi agresifku. Dan karena kelakuanmu pagi tadi, kurasa sisi agresifku mulai muncul,”jelas Wonbin. Yewon menelan ludahnya.

“Tapi jika kau lebih suka aku yang pendiam, aku akan tetap seperti ini,”lanjut Wonbin. Yewon berdiri dan menyalakan lampu ruangan itu. Rasanya benar-benar bahaya jika mereka terus berada dalam keadaan seperti itu padahal mereka sedanga atau akan membahas hal yang cukup intim. Yewon kembali duduk di sisi Wonbin dan menatap pria itu.

“Aku sendiri tidak tau. Tapi yang jelas, sikapku pun tidak jelas. Kurasa pagi tadi ada hantu yang merasuki tubuhku,”ucap Yewon dan Wonbin tertawa pelan.

“Jadi maksudmu, itulah hal agresif terakhir yang akan kau lakukan padaku?,”tanya Wonbin.

“EH?”ucap Yewon bingung.

“Jujur saja, aku sangat menyukai sifatmu. Benar-benar tidak bisa ditebak. Kau bisa sangat manis, tetapi beberapa saat kemudian kau menjadi pemarah. Kau tiba-tiba berubah agresif, tetapi beberapa saat kemudian kau menjadi sangat pemalu dan juga polos,”ucap Wonbin. Tangan pria itu terulur dan membelai pipi Yewon.

“Aku menyukai semua sifatmu. Aku benar-benar menyukainya. Kau begitu menarik dimataku,”ucap Wonbin dan kata-kata itu bagaikan sihir di telinga Yewon. Gadis itu menjadi diam tidak berkutik dan bahkan saat Wonbin mendekatkan wajahnya untuk menyapukan bibirnya di bibirnya pun dia hanya diam. Dia masih berusaha mencerna semuanya. Apakah beberapa saat yang lalu Wonbin baru saja mengungkapkan ketertarikannya? Atau pria itu hanya menggodanya? Yewon memejamkan matanya saat Wonbin melumat bibirnya. Rasanya otaknya benar-benar tidak berfungsi menerima kenikmatan nan lembut yang Wonbin salurkan ke seluruh tubuhnya melalui bibirnya. Wonbin tiba-tiba menghentikan ciumannya dan menatap Yewon, Yewon dengan perlahan membuka matanya dan menatap wajah Wonbin yang hanya berjarak beberapa senti di depannya.

“Tunggu! Apakah yang kita lakukan ini benar?,”tanya Wonbin dan Yewon menelan ludahnya. Gadis itu tidak tau harus menjawab apa.

“Sayangnya itu bukanlah pertanyaan yang harus kau jawab,”ucap Wonbin tersenyum dan kembali mendaratkan bibirnya di atas bibir Yewon. Sial! Wonbin sedang menggodanya! Itulah yang dia ketahui. Tetapi ntah mengapa dia tidak bisa memprotes dan mendorong tubuh Wonbin menjauh darinya. Semua ini salah, dia tau itu. Tapi… ntah mengapa untuk saat ini, dalam suasana ini, otaknya berpikir bahwa ini semua benar. Dan sialnya, dia benar-benar tidak tau bagaimana cara menghentikannya. Tubuhnya seolah mendamba tubuh maskulin yang kini melekat di tubuhnya. Dia bisa merasakan otot-otot Wonbin menegang walau terbalut pakaian pria itu. Yewon akhirnya dengan tekad sekuat baja, mendorong tubuh Wonbin perlahan, menjauhkan tubuhnya.

“Kita bisa melakukannya perlahan. Jangan menciumku terlalu lama,”ucap Yewon dengan semburat merah di kedua pipinya. Wonbin tersenyum. Yewon benar-benar sangat menarik. Beberapa saat lalu dia merasakan keagresifan bibir gadis itu yang membalas ciumannya, dan kini, gadis yang sama, gadis yang beberapa saat lalu mengantarkan gelombang kenikmatan, terlihat menatapnya dengan semburat merah menghiasi wajahnya. Wonbin benar-benar tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum dan membelai pipi merah itu. Sesuatu yang baru pertama kali dilihatnya. Melihat seorang gadis merona, apalagi, rona indah itu disebabkan olehnya. Benar-benar pengalaman baru yang sangat menyenangkan, atau mungkin… menggairahkan. Dan sepertinya, mulai detik ini dia harus berusaha keras untuk menjauhkan tangannya agar tidak terus menyentuh gadis di hadapannya dan agar otaknya tidak terus memikirkan bibir merah merekah yang baru saja dicumbunya. Rasanya… semua yang ada di tubuh Yewon benar-benar berbahaya baginya. Menyesalkah dia? Tentu saja tidak, tapi jika memikirkan untuk terus mengendalikan dirinya, rasanya dia menyesal sudah menyentuh gadis itu. Dan sepertinya kejadian pagi tadi akan memiliki banyak akibat, terutama di tubuhnya. Ya, dia harus berusaha keras mengontrol tubuhnya. Mengontrol tubuhnya agar bersabar untuk menikmati lebih dari apa yang sudah dia cicipi.



===============================



Diam-diam Jonghoon mengikuti taksi yang Yunmi tumpangi. Walau bagaimana pun, tetap tanggung jawabnyalah untuk melindungi. Menepis bahwa kini dia tidak memegang tanggung jawab penuh atas Yewon. Dan memikirkan rencana Yewon, terbersit perasaan khawatir pada Yunmi. Bagaimana pun dia tidak mau Yunmi tersakiti. Rasanya menyakiti gadis itu dengan menolaknya saja sudah hal yang buruk, dan juga ucapannya semalam yang terlalu jahat pada Yunmi. Dan sekarang, dia harus mencegah agar Yunmi tidak jatuh cinta pada Seunghyun. Memikirkan bahwa Yewon saja bisa jatuh ke dalam pelukan Seunghyun, apa lagi dengan Yunmi? Dia sangat tau bahwa Yunmi tipe gadis yang mudah salah paham dengan segala kebaikan yang diterimanya, terlebih dari seorang pria. Dan sepertinya, dia harus terus mengingatkan gadis itu bahwa kini dia berperan sebagai Yewon, bukan dirinya sendiri. Dan semua sikap baik yang –akan- Seunghyun berikan padanya semata-mata karena pria itu mengira dirinya adalah Yewon, kekasihnya.



Yunmi sedikit tertegun saat Seunghyun langsung memeluknya dan mengharumi rambutnya. Pelukan pria itu di tubuhnya terasa seperti sengatan listrik, karena jujur saja, sepanjang hidupnya belum ada seorang pria pun yang memeluknya, kecuali ayahnya sendiri.

“Aku benar-benar merindukanmu,”itulah ucapan pertama yang Seunghyun katakan. Dan ntah mengapa suara pria itu terdengar begitu indah di telinganya padahal sebelumnya dia sudah mendengarnya. Apa karena saat ini jarak di antara mereka sangat intim sehingga suara pria itu terdengar begitu indah? Seunghyun meregangkan pelukannya dan menatap Yunmi dengan kening mengernyit.

“Kenapa kau tidak membalas ucapanku? Apa kau tidak merindukanku?,”tanya Seunghyun dengan ekspresi lucu dan mau tak mau Yunmi tersenyum.

“Tentu saja aku merindukanmu. Hanya saja aku begitu terkejut karena tiba-tiba kau memelukku,”jawab Yunmi. Sepertinya dia sedikit berhasil dalam menjalankan peran ini. Untung saja dia akrab dengan Yewon, jadi dia tau bagaimana cara bicara dan juga jalan pikiran saudara kembarnya itu.

“Kau sudah makan? Aku lapar sekali. Kau tau, hyung dan Yunmi benar-benar menyebalkan. Mereka benar-benar mengumbar kemesraan. Aku sampai iri dibuatnya, seharusnya kau juga tinggal di rumah kami,”ucap Seunghyun seraya menggandeng tangan Yunmi dan mengajaknya berjalan mencari restoran terdekat. Yunmi langsung mencubit pinggang pria itu.

“Enak saja kau bicara! Bisa-bisa kau salah mengenali kami,”ucap Yunmi. Seunghyun meringis. Bagaimana pun dia memang tidak bisa membedakan keduanya. Dan Yunmi sendiri, dia merasa sedikit bersalah pada Seunghyun. Sepertinya pria di sampingnya ini adalah pria yang baik. Tetapi dia justru membantu Yewon membohonginya. Dia benar-benar belum bisa menebak bagaimana reaksi Seunghyun nanti jika pria itu tau yang sebenarnya.

==========================TBC======================

Part 10 >>

DON'T DARE TO PLAGIAT THIS FANFIC!!!


Please leave your comment if u appreciate me! ^^
credit: Yewonnie
Primadonnas' Island blog

 
 

Followers

My Update