TITLE: IF YOU GIVE YOUR HEART
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: PG-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun
- Choi Jong Hoon
- Kim Yun Mi
- etc
Wonbin mengetikkan sesuatu di ponselnya dan beberapa saat kemudian pria itu terlihat tersenyum membaca pesan balasan di ponselnya. Saat ini dia sedang berada di kantin Universitas Seoul, menunggu Yewon yang saat ini berada di kelasnya. Pria itu mengamati sekelilingnya dan melihat Yewon dan Yunmi berjalan memasuki kafetaria itu.
“Kalian datang berdua kesini apa untuk mengetesku?,”tanya Wonbin tepat pada saat kedua gadis itu berdiri di hadapannya.
“Memang kau bisa membedakan kami?,”tanya Yunmi seraya duduk di hadapan Wonbin, Yewon sendiri mengikutinya.
“Tentu saja. Kau Yunmi dan kau Yewon,”ucap Wonbin seraya menunjuk keduanya bergantian. Yewon dan Yunmi saling melempar pandangan, ternyata mereka menemukan Jonghoon kedua.
“Kau kenapa datang kemari,oppa? Bukankah kau sangat sangat sangat sangat sangat sangat sibuk?,”tanya Yewon.
“Hei! Apa kau sedang menyindirku?,”tanya Wonbin.
“Tidak. Apakah kau merasa tersindir?,”tanya Yewon lagi.
“Ntahlah… aku hanya merasa kau sedang menyindirku dengan tatapan polo situ,”jawab Wonbin.
“Sepertinya aku harus pergi!,”pamit Yunmi saat dilihatnya Cheolyong terlihat mencari-cari. Wonbin dengan bingung menatap kepergian Yunmi dan menatap Yewon. Yewon hanya menjawab dengan mengangkat dagunya tinggi menunjuk ke arah Cheolyong yang sedang berjalan ke arahnya.
“Apa kau Yunmi?,”tanya Cheolyong.
“Cheolyong-sii, apa kau yakin benar-benar menyukai saudaraku? Masa kau tidak bisa membedakan kami?,”Yewon balik bertanya dan Cheolyong menggaruk kepalanya seraya meringis.
“Sulit sekali untuk membedakan kalian,”ucapnya.
“Lalu Yunmi dimana?,”tanya Cheolyong.
“Kau cari saja sendiri. Jika kau tidak bisa menemukannya, tanyakan saja pada hatimu,”jawab Yewon dan Wonbin mengulum bibirnya berusaha menahan tawa mendengar ucapan aneh yang Yewon lontarkan.
“Oh. Baiklah,”ucap Cheolyong lalu pergi dari sana.
“Ya! Ucapan macam apa itu?,”tanya Wonbin langsung seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kenapa? Memang mada yang salah?,”tanya Yewon seraya mengerucutkan bibirnya.
“Hanya aneh saja. Tidak menyangka gadis sepertimu bisa mengatakan hal seperti itu,”jawab Wonbin.
“Memang aku gadis seperti apa?,”tanya Yewon semakin mengerucutkan bibirnya. Wonbin memajukan tubuhnya ke arah Yewon dan berbisik,”Menggairahkan.” Yewon langsung merasakan sekujur tubuhnya memanas mendengar kalimat bernada sensual itu. Sial! Wonbin sedang menggodanya.
“Kau mau makan apa?,”tanya Wonbin seolah dia tidak pernah mengatakan hal aneh.
“Jjangjjangmyun. Kau?,”tanya Yewon. Wonbin menatap konter-konter yang ada disana.
“Aku mau pizza,”jawab Wonbin.
“Biar aku yang belikan,”ucap Yewon seraya bangkit dan berjalan ke arah konter-konter penjual makanan.
Wonbin menoleh sekilas menatap Yewon yang tengah cemberut di sampingnya, sepertinya dia sudah membuat kesalahan-lagi, tapi dia tidak tau apa.
“Yewon-a, apa aku salah berucap lagi?,”tanya Wonbin dan Yewon melirik sebal. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa ada pria dewasa seperti Wonbin tetapi memiliki pemikiran yang sangat polos.
“Menurutmu?,”Yewon balik bertanya. Wonbin mendesah dan membanting stir hingga mobil itu menepi. Pria itu kemudian mematikan mesin mobil dan menatap Yewon.
“Bukankah dulu aku sudah pernah katakan padamu? Jika aku ada kesalahan, tolong langsung bilang. Kau tiba-tiba menjadi diam begini, aku benar-benar tidak mengerti,”ucap Wonbin. Yewon hanya terdiam dan memejamkan matanya.
“Ya! Jawab aku!,”ucap Wonbin dengan nada suara tetap lembut. Yewon kemudian membuka matanya dan menatap Wonbin.
“Aku mengantuk. Cepatlah pulang,”ucap Yewon.
“Katakan yang sebenarnya!,”ucap Wonbin lagi.
“Mengatakan apa?,”tanya Yewon.
“Baiklah, terserah kau saja,”ucap Wonbin akhirnya dan kembali menyalakan mesin mobil lalu melajukannya.
“Aku tidak suka,”ucap Yewon beberapa saat kemudian setelah mobil melaju cukup jauh. Wonbin melirik sekilas dan tidak mengucapkan sepatah katapun, menunggu kalimat selanjutnya yang akan Yewon ucapkan.
“Aku tidak suka saat teman-temanku menatapmu seperti ingin memakanmu. Aku tidak suka kau yang terlalu ramah pada mereka. Aku tidak suka mendengar gadis lain memanggilmu oppa. Aku tidak suka saat tadi kau beramah-tamah dengan teman-temanku. Menyebalkan sekali melihatnya,”ucap Yewon dengan nada suara yang penuh kekesalan. Wonbin benar-benar tidak tau harus merespon apa, karena baginya semua itu wajar.
“Dan kau terlihat sangat menikmatinya saat gadis-gadis itu menggodamu,”ucap Yewon dengan tatapan tajam. Wonbin berdehem pelan.
“Apa kau cemburu?,”tanya pria itu tanpa menatap Yewon dan Yewon terdiam. Dia kembali menatap jalanan di depannya dan tidak menjawab pertanyaan pria itu.
==============================
“Apakah kau akan terus mendiamiku seperti itu?,”tanya Wonbin seraya berjalan mendekati Yewon yang ntah sudah kapan berada di dalam ruang kerjanya. Gadis itu seolah tidak peduli dan tetap membaca buku yang ada di pangkuannya. Wonbin berlutut di depan Yewon dan mengambil buku yang gadis itu baca. Yewon dengan kesal menatap Wonbin yang kini tengah meletakkan buku itu di meja di belakangnya.
“Kita selesaikan masalah ini. Aku benar-benar tidak suka kau mendiamiku seperti itu,”ucap Wonbin seraya menyentuh lutut Yewon perlahan. Yewon memalingkan wajahnya.
“Aku sudah berlutut seperti ini dan kau tetap tidak mau menatapku?,”tanya Wonbin tetapi Yewon tetap bergeming. Wonbin pun akhirnya bangkit dan menarik tangan Yewon perlahan, Yewon langsung mendelik menatapnya.
“Ikutlah…,”ucap Wonbin. Yewon pun dengan segan akhirnya berdiri dan mengikuti Wonbin yang kini menuntunnya. Yewon sedikit terkesiap saat menyadari bahwa Wonbin membawanya ke arah kamarnya, ke kamar pria itu.
“Mau apa?,”tanya Yewon saat Wonbin menyentuh gagang pintu kamarnya, Wonbin tersenyum.
“Kau tenang saja. Aku tidak ada maksud jahat,”jawab Wonbin dan akhirnya membuka pintu kamarnya. Yewon pun masuk dan mengamati kamar itu. Kamar itu sangat simple,tetapi nyaman. Yewon menatap tempat tidur Wonbin dan ntah kenapa dia ingin sekali tidur disana, karena terlihat benar-benar nyaman jika merebahkan tubuh disana.
“Duduklah dimana pun kau mau,”ucap Wonbin dan Yewon hanya mengangguk lalu duduk di atas karpet yang sangat lembut dan nyaman. Yewon memperhatikan Wonbin yang tengah berjalan ke arah sisi tempat tidur dan melihat pria itu membungkukkan tubuhnya untuk mengambil sesuatu di kolong tempat tidur itu.
“Gitar?,”tebak Yewon saat melihat benda yang ditarik Wonbin. Wonbin hanya tersenyum dan membuka tempat gitar itu.
“Ya, aku menyembunyikan ini,”jawab Wonbin seraya berjalan perlahan mendekati Yewon dan duduk di hadapannya. Wonbin memangku gitarnya dan memainkan gitar itu perlahan.
“Aku sangat menyukai musik. Tapi appa melarangku,”cerita Wonbin seraya tersenyum perlahan pada Yewon.
“Aku bukanlah pria sempurna yang kau pikirkan. Dan kau tau, aku sudah terbiasa didekati gadis-gadis sejak aku masih SMA. Dan masalah tadi siang, aku bukan bermaksud untuk tebar pesona. Mereka lah yang mendekatiku,”ucap Wonbin.
“Aku tidak mengerti. Kenapa kau malah membawaku kesini dan menunjukkan gitar itu?,”tanya Yewon.
“Agar kau tidak marah. Dengar, kau sangat menakutkan saat diam seperti tadi. Rasanya seperti ada gunung es yang menyelimutimu sehingga aku tidak bisa mendekat,”jawab Wonbin.
“Apa yang harus aku lakukan agar kau tidak marah?,”tanya Wonbin. Yewon terdiam.
“Ijinkan aku tidur disini,”jawab Yewon dan Wonbin membelalakan matanya.
“Tempat tidurmu terlihat sangat nyaman,”ucap Yewon dan Wonbin tersenyum.
“Jika kau tidur disini, lalu aku tidur dimana?,”tanya Wonbin.
“Kau bisa memakai kamarku,”jawab Yewon.
“Tidak. Tidak. Suasana di kamarmu berbeda sekali. Aku tidak akan bisa tidur,”tolak Wonbin.
“Di kamar Seunghyun, kalau begitu,”ucap Yewon.
“Tidak. Lebih baik aku tidak tidur dari pada harus tidur di kamarnya yang seperti kapal pecah itu,”tolak Wonbin.
“Kalau begitu disini saja,”ucap Yewon dan Wonbin mengangkat alisnya.
“Kau serius? Aku tidak bisa jamin bahwa aku tidak akan melakukan apapun,”ucap Wonbin.
“Aku tidak peduli,”ucap Yewon seraya berjalan menuju tempat tidur Wonbin dan merebahkan tubuhnya.
“Seperti dugaanku. Nyaman sekali,”ucap Yewon seraya menarik selimut menutupi tubuhnya. Gadis itu kemudian melemparkan bantal ke arah Wonbin.
“Karpet itu juga sangat nyaman,”ucap Yewon seraya tertawa.
“Aishhh!! Jadi kau menyuruhku tidur disini?,”tanya Wonbin dan Yewon hanya tertawa.
“Tentu saja. Memang kau pikir aku akan membiarkanmu tidur di sampingku?,”ucap Yewon.
“Ya, baiklah,”ucap Wonbin seraya bangkit untuk meletakkan kembali gitarnya, tetapi kemudian pria itu duduk di sisi tempat tidur.
“Tapi disini lebih nyaman,”goda Wonbin seraya merebahkan tubuhnya di samping Yewon.
“Hey! Kenapa kau tidur disini? Tskkk….,”ucap Yewon kesal lalu bangkit,tetapi Wonbin dengan segera menarik tubuhnya dan membuat Yewon kembali merebahkan tubuhnya.
“Bukankah pada akhirnya kita akan tidur bersama?,”goda Wonbin dan Yewon langsung membalik tubuhnya memunggungi Wonbin.
“Kau tidak tidur?,”tanya Yewon seraya mengerjapkan matanya. Menatap Wonbin yang ternyata sedari tadi duduk di sofa seraya menatap keluar. Wonbin menoleh dan menatap Yewon yang kini duduk bersandar di punggung tempat tidurnya. Gadis itu melirik jam di meja nakas dan melihat angka 3 disana.
“Aku tidak bisa tidur. Benar-benar sulit sekali mengendalikan diri,”jawab Wonbin.
“Maksudmu?,”tanya Yewon seraya menguap dan menutup matanya.
“Memang kau pikir tidur bersebelahan dengan seorang gadis itu mudah? Itu sulit, Yewon-a,”jawab Wonbin.
“Tapi aku tetap saja tidur walaupun kau di sampingku,”ucap Yewon tanpa membuka matanya.
“Itu berbeda,”ucap Wonbin.
“Sudahlah, kau tidur lagi saja. Masih terlalu pagi untuk bangun,”ucap Wonbin sebelum Yewon bertanya semakin panjang. Yewon menyibakkan selimutnya dan berjalan menghampiri Wonbin.
“Ayo!,”ajak gadis itu seraya mengulurkan tangannya. Wonbin hanya menatapnya dan Yewon dengan paksa menarik Wonbin.
“Aku tau kau sangat lelah, jadi kau harus tidur,”ucap Yewon seraya naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sisi Wonbin.
“Jangan memunggungiku!,”ucap Wonbin tepat saat Yewon hendak membalik tubuhnya. Gadis itu kemudian menatap Wonbin.
“Lalu kau ingin bagaimana?,”tanya Yewon seraya menatap mata Wonbin. Wonbin menghindari tatapan Yewon dan menarik gadis itu mendekat seraya memegang pinggang Yewon. Yewon pun kini tidur menghadap ke arahnya dan Wonbin memejamkan matanya. Yewon membenarkan posisinya dan menatap Wonbin yang kini tertidur.
“Apa kau benar-benar tidur?,”tanya Yewon beberapa saat kemudian. Wonbin membuka sebelah matanya.
“Kenapa? Tidak bisa tidur?,”tanya Wonbin dan Yewon mengangguk sebagai jawaban. Wonbin kemudian benar-benar membuka matanya dan membenarkan posisi tidurnya, menatap langit-langit kamarnya dengan salah satu tangannya berada di belakang kepalanya.
“Apa kau besok libur?,”tanya Yewon dan Wonbin menoleh.
“Memang kenapa?,”tanya Wonbin.
“Apa kau bisa menemaniku semalaman? Kita mengobrol,”ucap Yewon seraya bangun dan duduk menatap Wonbin.
“Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?,”tanya Wonbin. Yewon menatapnya, menimbang-nimbang apakah dia harus mengatakan yang sejujurnya atau tidak.
“Aku Yewon,”ucap Yewon dan Wonbin mengernyit.
“Tentu saja kau Yewon. Lalu?,”tanya Wonbin.
“Aku bukan gadis baik-baik,”ucap Yewon lagi dan Wonbin memiringkan posisi tidurnya.
“Jika maksudmu kau adalah pacar adikku dan kau mengatakan kau bukan gadis baik-baik, kurasa itu tidak masuk dalam hitungan,”ucap Wonbin dan Yewon tertegun. Wonbin bangun dan duduk menghadap Yewon.
“Aku tau semuanya. Aku menyelidikinya. Aku tidak sebodoh Seunghyun,”ucap Wonbin dengan tatapan lembut.
“Aku tau kau masih ragu dengan perasaanmu. Mungkin aku belum menjadi satu-satunya di hatimu. Dan mungkin Seunghyun lebih mendominasi. Tapi asal kau tau, aku tidak akan membiarkan Seunghyun terus mendominasi hatimu. Kau akan menjadi istriku, kurasa Seunghyun pun tau,”ucap Wonbin lagi.
“Dia tidak tau. Dia berpikir bahwa aku adalah Yunmi. Yunmi lah yang akan menjadi istrimu,”ucap Yewon menatap langsung ke mata Wonbin. Tatapan lembut pria itu perlahan berubah, Wonbin memalingkan wajahnya dan turun dari tempat tidur.
“Aku akan tidur di kamarmu,”ucap Wonbin tanpa menatap Yewon dan berjalan ke arah pintu lalu menutupnya. Yewon hanya bisa terdiam. Sepertinya keputusannya untuk berterus terang benar-benar salah. Wonbin marah padanya dan tak lama lagi, pria itu pasti akan membeberkan semuanya.
“Seunghyun-a, kau sudah tidurkah?,”tanya Wonbin di depan pintu kamar Seunghyun seraya mengetuknya perlahan. Selang beberapa detik, pintu pun terbuka dan terlihatlah wajah Seunghyun dengan wajah lesu.
“Kau sudah tidur?,”tanya Wonbin.
“Aku tertidur,”ralat Seunghyun.
“Ada apa,hyung?,”tanya pria itu seraya berjalan ke arah meja di kamarnya dan menenggak segelas air mineral. Wonbin duduk di kursi yang ada disana dan Seunghyun duduk di tepi tempat tidurnya.
“Siapa pacarmu?,”tanya Wonbin.
“EH? Kenapa tiba-tiba menanyakannya?,”tanya Seunghyun seraya merebahkan kepala di bantal yang dipeluknya.
“Apakah Yewon?,”tanya Wonbin.
“Huh? Maksudmu Yunmi?,”ralat Seunghyun. Karena bagaimana pun dia tidak boleh membuat Wonbin tau bahwa yang ada di rumah mereka adalah Yunmi.
“Ya. Apakah gadis itu?,”tanya Wonbin lagi. Seunghyun merebahkan tubuhnya.
“Kurasa Yewon sudah mengatakannya. Sudahlah,hyung. Aku sangat mengantuk,”jawab Seunghyun seraya memejamkan matanya. Wonbin menatap punggung adiknya itu. Seandainya dia tidak terlanjur jatuh cinta pada Yewon, pasti dia akan dengan sangat rela memberikan gadis itu untuk Seunghyun. Tapi situasi saat ini berbeda. Dia tidak mungkin menyerahkan Yewon begitu saja walau pada kenyataannya Seunghyun lah yang terlebih dahulu bertemu Yewon. Dan lagi pula, jelas-jelas Yewon mencintai Seunghyun. Apakah ada kesempatan baginya untuk mendapatkan tempat yang sama di hati Yewon? Wonbin pun memutuskan untuk pergi dari kamar Seunghyun. Dia sedikit ragu apakah dia harus kembali ke kamarnya, atau sebaiknya dia tidur di ruang kerjanya. Karena rasanya… dia belum siap bertemu Yewon. Bertemu gadis yang sudah membohonginya. Karena sebelumnya dia berpikir bahwa Seunghyun sudah tau yang sebenarnya, tapi ternyata salah. Gadis itu membohongi dirinya dan juga Seunghyun.
“Apakah kau pikir kami mainanmu?,”gumam Wonbin sedih.
DON'T DARE TO PLAGIAT THIS FANFIC!!!
Please leave your comment if u appreciate me! ^^
credit: Yewonnie
Primadonnas' Island blog